Enam | 4/5

12 0 0
                                    

Semua wajah yang mendengar hal itu berubah kaget. Tak terkecuali Inspektur Ronald yang terlihat menaikkan atensinya, menyadari bahwa akan ada kasus susulan dipundaknya.

"..mungkin orang terdekat yang mengenal Tuan Tama tidak akan tahu tentang kasus "terror" itu. Karena memang beliau merahasiakan dari siapapun, baik keluarga termasuk pada sekretaris pribadinya sekalipun. Secara singkat, bentuk terror yang dialami Tuan Tama bukan berupa ancaman kekerasan fisik atau penganiyaan yang membahayakan nyawa beliau, tetapi hanya dalam bentuk pesan singkat yang dikimkan pelaku via SMS, tapi..." Bung Andi menghela nafas, memberi jeda atas penjelasannya

"...tapi apa ?" sahut Tuan Nata.

Bung Andi melanjutkan "...tapi secara tidak langsung mengganggu mental kejiwaan Tuan Tama, bukan berarti membuat beliau...maaf... jadi gila, tapi terror itu membuat psikologis dan sikap beliau berubah".

"Betul, Mungkin terror itu membuat sikap aneh Tuan Tama muncul, beliau jadi mudah marah tanpa sebab, gugup dan mudah tersinggung. Tapi, tak lama setelah itu dia meminta maaf setelah menyadari sikapnya". Imbuh Amira menguatkan pernyataan Bung Andi.

Nyonya Cecilia yang sedari tadi menunduk, tak sanggup menahan air matanya. Tangannya menangkup muka, jemarinya sesekali menghapus tetes yang berlinang di pipi. Lelaki disebelahnya menepuk pelan pundaknya dengan harap meredakan isak yang hampir menjadi. Mungkin dia suaminya, karena belaiannya mengisyaratkan hal itu.

Bung Andi melanjutkan penjelasannya.

" Jadi, inti masalah Tuan Tama seperti itu. Sesuai dengan pesan beliau, dokumen yang berisi pesan terror ini tidak akan diberikan kepada publik, termasuk pada anggota keluarga..."

Tuan Nata sedikit tercengang dengan ucapan yang baru didengarnya barusan.

"...beliau hanya mengijinkan pihak Kepolisian untuk memiliki salinan dokumen ini, diharapkan bisa berguna untuk menelusuri pelaku terror.." Bung Andi mengambil dokumen kedua . "....saya akan menyerahkan ini setelah pembicaraan ini usai, Inspektur !".

" Siaap, Bung !". sahut Inspektur Ronald

" Oh, Iya. Bung. Selain tentang terror, apakah ada pesan yang berkaitan tentang masa depan PT. Prastama ?". Pria yang disinyalir rombongan eksekutif PT Prastama mulai unjuk suara.

Pernyataan pria itu diikuti ucapan dari seseorang yang berasal dari kubunya. "..Iyaa. Mungkin pesan khusus tentang penunjukkan seseorang pada posisi tertentu ? atau perubahan porsi saham ? atau mungkin ..."

" Shut up !!!.". Nyonya Cecilia menyambar tiba-tiba dengan nada tinggi. "...apakah hanya ada duit dan jabatan di otak kalian ??". sambil menunjuk kearah dua pria itu. Suaranya yang parau karena tangis, pecah seketika bercampur dengan emosi. Namun, sekali lagi suaminya mampu meredakannya dalam pelukan.

Dua pria itu tertunduk kaku. Seolah menyadari pertanyaan yang mereka lontarkan akan berbuah petaka. 

ENCODEWhere stories live. Discover now