Hannada menyetop taksi yang lewat didepan rumahnya. Usai mengambil handphone dan memarkir motor, dia melanjutkan untuk menemui perempuan bernama Ralina Amira.
" Pak, langsung menuju ke alamat ini ya !." Han menunjukkan alamat PT Prastama pada sopir Taksi.
" Siapp, mas !" sopir taksi mengencangkan sabuk pengaman, sembari menghidupkan lampu sein kanan.
Mungkin perjalanannya akan sedikit lama. Matahari sore mulai terasa hangat menandakan rutinitas macet akan kembali mengular. Hannada berpikir jam pulang kantor akan segera tiba, dan tidak sempat menemui perempuan itu. Dia menaikkan lengan kanannya dan sedikit melirik kearah jarum jam. Menyadari waktunya semakin sempit, ada baiknya jika bisa memonitor posisi Ralina Amira secara real time.
Han menghubungi Inspektur Ronald untuk memerintahkan anak buahnya di bagian komunikasi dan informasi. Jarinya bergerak cepat membuat pesan singkat, dia meminta lokasi dan keberadaan si target. Dia tidak menelpon, agar tidak mengundang pertanyaan bertubi dari sopir taksi. Walau bagaimanapun Han tidak bisa mengenalkan ke sembarang orang mengenai identitasnya. Mungkin publik melihat seorang seperti Hannada layak mendapat apresiasi atas usahanya mengungkapkan kebenaran. Namun, nyatanya tidak semua manusia menyukai kebenaran. Jika kebenaran itu bertentangan dengan kepentingannya, maka manusia bisa merubah yang salah menjadi tampak benar. Karena saat ini kebenaran bersifat relatif. Oleh karena itu, di setiap ujung penyampaian deduksi kebenaran dalam sebuah kasus. Detektif harus meyakinkan bahwa dirinya benar menilai kebenaran itu. Karena kebenarannya bukan hanya tentang membenarkan suatu hal, tapi juga menyalahkan hal yang lain juga.
*Beep Beep
Lamunan Hannada menghilang. Tersentak oleh suara dan getaran tanda pesan masuk. Dia mengecek sekilas, pesan itu berisi informasi bahwa lokasi target telah berhasil terdeksi dan termonitor pergerakannya. Sejauh ini target masih berada di PT Prastama.
" Maaf, Pak. Kira-kira masih jauh ngga ? Saya belum pernah ke daerah itu soalnya. Hehe" tanya Han dengan sedikit mendekatkan badan pada kursi sopir.
" Ehm.. tergantung, mas !. Kalau waktu normal sih lima belas menitan lagi sampek. Tapi, biasanya mau jam segini jalanan suka macet."
" Yayaya. Bangunin aja kalau saya ketiduran pas udah sampek !, Pak. Hehehe" Han menutup pembicaraan singkatnya.
YOU ARE READING
ENCODE
Mystery / Thriller2 x 24 jam. Itulah waktu yang diberi ayahnya untuk menyelesaikan sebuah kasus terbunuhnya Tuan Tama. Dalam prosesnya, Hannada terjebak dalam motif kasus yang membingungkan. Banyak alur, kode, serta motif yang sulit dipecahkan. Kode-kode itu muncul d...