Semenjak tragedi itu, rumah Tuan Tama dilarang untuk menerima tamu. Hanya lalu lalang kepolisian yang keluar masuk untuk keperluan penyelidikan. Rumah itu masih dalam sterilisasi, mencegah hilangnya barang bukti atau jejak yang sengaja dihapus oleh orang asing. Tetangga, keluarga maupun rekan kerja hanya cukup mengungkapkan bela sungkawa dalam sederet rangkaian bunga didepan gerbang. Pak Nardi siaga menjaga di pos satpam. Bibi Fay menyiapkan dan memenuhi kebutuhan lady home yang selalu mengurung diri, sesekali pula membantu memberikan informasi bila ditanya polisi. Sebenarnya polisi amat sangat membutuhkan informasi lady home sebagai saksi mata yang menemukan mayat Tuan Tama pertama kali. Namun, dia tak sudi membuka pintu kamar kecuali Bibi Fay yang mengetuk untuk mengantarkan makan. Wajahnya murung. Senyumnya tak pernah terlukis kembali.
Menjelang sore. Terlihat dua mobil sedan menepi kearah depan gerbang rumah Tuan Tama. Sekilas bewarna gelap keduanya dan beridentitas plat luar kota. Gerbang tidak langsung dibuka, karena masih ada police line yang menandakan rumah itu belum terbuka untuk umum. Mata pertama yang menyaksikan dua mobil itu adalah Pak Nardi. Dia lantas beranjak dari tempat duduknya di pos satpam sembari menengok kaca depan mobil menelisik penghuni didalamnya. Sulit rupanya menentukan wajah di dalam mobil. Kacanya gelap dan sedikit terhalang silau matahari sore. Hingga salah satu kaca pengemudi sedikit terbuka dan melongok keluar tanpa membuka pintu mobil.
*Beep beep beep*
" Woyy, Pak ! buka gerbangnya !" teriak salah satu pengemudi.
" Oh, Tuan Nata. Iya. Iya sebentar." Pak Nardi kaget setelah mengetahui siapa tamunya kali ini. "Maaf, saya kira siapa. Sebentar Tuan, saya copot dulu pembatas kuning dari polisi ini !" dengan wajah polosnya penuh senyum sambil menggulung police line.
Pak Nardi berpikir tak perlu meminta izin untuk mempersilahkan tamunya yang ia kenal bernama Tuan Nata itu. Karena baginya Tuan Nata juga bagian keluarga Prastama. Secara silsilah, Adhiaksa Prastama memiliki dua anak kandung dari pernikahannya dengan Nyonya Lyana . Anak pertama bernama Cecilia Julian Prastama, dan Tamahardi Putra atau Tuan Tama menyusul setelah lima tahun kelahiran kakaknya. Lima puluh tahun yang lalu tepat ketika Tuan Tama berusia 16 tahun, dia harus berpisah dengan kakaknya Cecilia karena orang tua mereka bercerai. Tak tahu pasti akar masalah penyebab perceraian itu. Namun, perceraian itu bermula ketika Nyonya Lyana melakukan gugat cerai dengan alasan hubungan mereka yang sudah tidak harmonis. Kesibukan Tuan Adhiaksa pada saat awal membangun PT. Prastama membuatnya kurang memberikan waktu untuk keluarga.
YOU ARE READING
ENCODE
Mystery / Thriller2 x 24 jam. Itulah waktu yang diberi ayahnya untuk menyelesaikan sebuah kasus terbunuhnya Tuan Tama. Dalam prosesnya, Hannada terjebak dalam motif kasus yang membingungkan. Banyak alur, kode, serta motif yang sulit dipecahkan. Kode-kode itu muncul d...