THREE

195 24 10
                                    

Tatapan tajam dari Bu Asna, membuat empat biang kerok ini ciut. Terutama Farrel. Wanita separuh baya yang menatap mereka dengan tajam ini, tak lain adalah Ibu kandung Farrel.

Bu Asna membenarkan kacamatanya yang sedikit miring, "Saya ini udah capek ngurusin kalian! Tidak hanya saya, guru-guru yang lainnya pun udah enek sama kalian!"

"Saya tahu kalian siswa yang cerdas, tapi jaga perilaku kalian juga dong!" bentak Bu Asna.

"Kamu juga, Dit. Apa itu merah-merah di bibir kamu? Kamu pakai gincu?" tanya Bu Asna.

Dengan cepat, Adit mengelap bibirnya yang comel karena lipstick yang ia kenakan, "Ini--anu, Bu-itu-anu-anu,"

"Ah ... Sudahlah! Sekarang kalian, berdiri di lapangan sampai jam pelajaran saya selesai. SEKARANG!" teriak Bu Asna yang membuat keempat cowok itu berhamburan keluar, dan segera melaksanakan hukuman mereka.

"Farrel, pulang sekolah mama mau ngomong sama kamu!" teriak Bu Asna dari dalam kantor, dan tidak digubris oleh Farrel.

.

Di sisi lain, ada dua cewek yang memperhatikan keempat cowok yang tengah menjalani hukuman tersebut. Dua cewek yang berbeda itu, memandang kearah orang yang sama.

"Alex ganteng banget ya, Al?" gumam Vio yang masih bisa didengar oleh Alexa.

Alexa yang tadinya memandangi Alex, kini menoleh kearah Vio yang tengah tersenyum tidak jelas, "Lo su-suka sama Alex?"

Vio melebarkan senyumannya, "Maybe."

Deg ...

Mendengar pernyataan ambigu dari Vio, membuat Alexa bagaikan dihempaskan ke tembok beton. Alexa menarik sudut bibirnya secara paksa.

Mata Alexa kini kembali tertuju pada Alex yang sudah kepanasan disana. Mata mereka bertabrakan saat itu juga. Hal itu membuat jantung Alexa berjingkrak-jingkrak di tempatnya.

Beberapa detik kemudian, Alex mengulum bibirnya, tersenyum. Alexa terkejut bukan main setelah mendapati senyuman manis dari Alex.

Namun, senyuman Alex tidak ditujukan padanya. Senyuman itu ditujukan untuk Vio. Alexa melirik Vio yang juga membalas senyuman dari Alex.

"Bantuin gue supaya gue bisa deket sama dia sih, Al," bisik Vio.

Alexa lagi-lagi memasang fake smile-nya, "I-iya, Vi. Gue bakal bantuin lo kok,"

***

Seorang wanita bertubuh jangkung seperti Madame Maxime di film Harry Potter seri keempat itu, tengah mendongeng tentang sejarah Belanda menjajah Indonesia.

Hanya dua sampai empat murid yang masih setia mendengar dongeng tidur dari guru yang diduga bernama Bu Elva.

"Bolos yok!" ajak Dinda. Alexa yang tadinya mendengarkan Bu Elva, kini menoleh kearah Dinda.

"Palak lo! Gak! Gue gak mau!" tolak Alexa mentah-mentah.

Dinda mendengus kesal, "Sekali-kali sih, Al. Bentar lagi kan jamnya mau habis," pinta Dinda.

Akhirnya, Alexa mengangguk pasrah. Ia sebenarnya juga tidak tahan dengan ocehan Bu Elva yang tak bermakna tersebut.

"Gue ikut!" bisik Vio.

.

Akhirnya, mereka berhasil keluar dari kelas mereka sendiri. Cukup berpura-pura dengan ijin ke UKS dan toilet, hal itu berhasil membuat mereka bertiga lolos dari ceramahan Bu Elva.

Tiffany tidak ikut dengan mereka, karena dia sendiri tidur dengan pulasnya di kelas. Hal itu membuat Alexa, Dinda, dan Vio tidak tega membangunkannya.

Sekarang, mereka tengah bercanda ria seraya menyantap makanan di surga dunia para siswa, kantin.

"AKHIRNYA!" sorak Dinda tiba-tiba.

"Ssttt... Jangan berisik, bego! Congor lo ini gede bener!" geram Alexa.

Dinda hanya menyunggingkan senyum kuda yang menjadi khasnya.

"Anjir, ngantuk banget gue tadi," keluh Vio.

"Apalagi gue, Vi. Kok lo betah sih, Al denger ocehan Bu Elva?" tanya Dinda.

Alexa hanya memutar bola matanya, "Karena dia guru, dan segala ocehannya itu ada gunanya juga kali, "

Dinda dan Vio hanya mendengus kesal.

"Hai!" sapa seseorang yang menbuat Alexa, Dinda maupun Vio terkejut bukan main.

Mereka mendapati Alex yang tersenyum manis, duduk tepat disamping Vio, dan berseberangan dengan Alexa.

Mata Alexa dan Dinda membulat sempurna. Tidak dengan Vio yang berusaha menyembunyikan wajah merahnya, karena malu.

"Boleh gabung gak nih?" tanya Alex yang membuat Alexa hampir tersedak.

"Bo-boleh kok," jawab Dinda nada bergetar.

Alex melemparkan senyuman manis lagi kepada Dinda. Senyuman manis dari Alex, terasa asing bagi Dinda. Menurut Dinda, senyuman itu adalah palsu.

"Eh, boleh kenalan gak?" tawar Alex yang membuat ketiga cewek itu lagi-lagi terkejut.

"I-iya. Gue Violetta, panggil aja Vio. Kalo dua cew--"

"Hai, Vio! Boleh minta ID Line-nya?" potong Alex dengan cepat.

Vio mengangguk kegirangan, dan memberikan ponselnya pada Alex. Alexa yang menyaksikan pemandangan tersebut, hanya bisa menahan diri. Rasa sakit sekaligus panas, menyelimuti dirinya.

"Din, gue ke toilet dulu ya," bisik Alexa dan langsung beranjak pergi.

Bagus? B aja? Jelek? Atau malah makin jelek? 😰

Tinggalkan jejak!

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang