ONE

349 28 6
                                    

Alexandra Adelia Adira, cewek jadi-jadian setengah konyol itu berlari dengan kecepatan maksimal, menyusuri koridor, dan berusaha menggapai Bu Asna -Guru Matematika-.

"Bu! Ibu! Tunggu, Bu! Ulangan saya ada yang bener disalahin!" teriak cewek yang kerap disapa Alexa itu.

Lagi-lagi, ulangan Matematikanya kecil. Lagi-lagi, cewek aneh itu protes pada gurunya. Ia tidak terima atas kecilnya nilai Matematika.

Bruuukkk ...

Alexa terjengkang kedepan, dan menabrak seseorang. Posisinya sangat tidak mengenakan. Alexa menimpa tubuh orang yang ditabraknya.

Betapa terkejutnya ia karena orang yang ditabraknya adalah cowok yang memiliki wajah bule.

Alexander Louis Devone.

Hanya cowok itulah yang memiliki wajah blasteran satu-satunya di SMU Tunas Bangsa ini. Mata coklat Alexa bertubrukan dengan mata hijau samudera milik cowok yang seringkali dipanggil Alex.

Sadar akan posisinya, Alexa langsung bangkit dengan wajah yang memerah karena menahan malu. Jantungnya sudah berjingkrak-jingkrak sedari tadi.

"Ma-maaf." ucap Alexa dengan nada pelan.

Cowok dihadapannya ini menatap Alexa dengan tajam, "Kalo jalan pake mata!"

Ucapan pedas dari Alex seakan menohok Alexa begitu saja. Kalian tahu?

Cowok dihadapannya ini adalah mantan pacar Alexa sendiri. Mereka berpacaran sejak kelas 9, dan berakhir dikelas sebelas. Ceritanya panjang, dan cukup rumit untuk dijelaskan.

Beberapa detik kemudian, Alex pergi meninggalkan Alexa yang membeku ditempat. Menatap Alex yang kini sudah hilang dari pandangannya.

"Mau sampe kapan kita gini terus, Lex?" gumam Alexa seraya menahan rasa sakit didadanya.

Tiba-tiba, Alexa menepuk dahinya karena teringat sesuatu, "Eaalaaah! BU ASNA!"

***

"Hai, para jomblo karatan!" sapa Dinda Angelita Nugroho saat tiba dikelas 12 IPA-3. Semua mata tertuju pada Dinda si cewek gesrek itu. Sepertinya, urat malu cewek itu sudah terputus.

Dinda melangkahkan kakinya menuju tempat ketiga sahabatnya yang berada di pojok kelas.

"Hello, my bitch!" sapa Dinda pada ketiga sahabatnya itu.

"Anjir, itu mah lo!" sergah Alexa.

"Iya, itu mah lo aja, Din!" timpal cewek berkacamata yang bernama Tiffany Evelyne Reshywara.

Dinda memutar bola matanya, "Damat ah! Oh iya, tadi lo dianter siapa, Fan? Kok tadi gue sama Vio jemput lo, tapi lo-nya udah berangkat."

Tiffany hanya tersenyum malu, "Gu-gue berangkat sama Fa-farrel"

Hal itu membuat Dinda dan Alexa terbelalak, kecuali Violetta Ayana. Cewek bernama panggilan Vio itu malah tertawa terbahak-bahak, melihat sahabatnya itu tersipu malu.

"Oh jadi gitu. Paham gue mah yang mau OTW," sindir Alexa yang membuat wajah Vio kembali memerah seperti tomat.

"Nah, kalo lo kapan move on-nya, Al?" sindir Dinda yang membuat air muka Alexa berubah.

Vio yang merupakan sahabat baru mereka, mengerutkan dahinya. Setahunya, Alexa tidak menyukai laki-laki. Dalam arti bukan lesbian.

"You have crush?" tanya Vio tak percaya. Hal itu membuat Alexa menggeleng kuat, tanda bahwa perkiraan Vio salah, sekaligus tanda bahwa Alexa berbohong. Sedangkan, Vio hanya ber-oh-ria.

Tiba-tiba, Pak Hanif datang dengan wajah sengaknya. Kelas yang tadinya ramai, kini menjadi sunyi karena kedatangan guru sangar itu.

Beliau datang dengan empat murid yang mengekor dibelakangnya.

Farrel Putra Resmana.

Aditya Chandra Pradipta.

Rivaldi Anthala Pratama.

Itulah nama keempat cowok yang mengekori Pak Hanif, ditambah lagi dengan Alex.

Mereka sangat terkenal di SMU Tunas Bangsa karena ketampanannya, kecerdasannya, dan juga kelakuannya yang sering kali membuat guru elus dada.

Lagi dan lagi, mereka berhasil membuat guru memijat pelipisnya dan memikirkan, hukuman apa yang pantas untuk mereka jalani.

"Dimana wali kelas kalian?" tanya Pak Hanif dengan geram pada seisi kelas 12 IPA-3.

Dinda mengangkat tangannya, "Ma'am Rina lagi sakit, Pak. Kita lagi jamkos nih!"

Pak Hanif hanya mengangguk, dan kemudian melempar tatapan tajam pada keempat cowok pembuat onar tersebut, "Berhubung Bu Rina tidak hadir, jadi bapak yang ngasih kalian hukuman."

"Widih, mau dong, pak! Lari keliling lapangan? Bersihin gudang? Bersihin toilet? Atau jangan-jangan, bapak mau dipijat plus-plus sama saya ya, Pak?" cerocos Adit yang membuat Pak Hanif menatapnya geram.

Tawa pecah dari seluruh siswa memenuhi seisi kelas 12 IPA-3. Adit mengerutkan dahinya, dan memasang wajah kok-malah-ketawa.

"Dasar anak kurang ajar! Sekarang, kalian berdiri disini sampai bel istirahat kedua! Bapak mau ngajar di kelas lain." ujar Pak Hanif final.

"Loh, kok dihukumnya disini? Kelas kami kan di 12 IPA-1, jadi hukumnya disana dong, Pak." protes Alex.

"Kalo hukumnya dikelas kalian, malah ribut jadinya. Mending disini, biar kalian malu, dan kapok!" bentak Pak Hanif yang membuat Alex mendengus kesal.

"Cepet! Angkat satu kaki kalian, dan jewer telinga kalian!" perintah Pak Hanif yang akhirnya dilaksanakan oleh keempat cowok itu.

Beberapa detik kemudian, Pak Hanif keluar dari kelas tersebut. Semua mata tertuju pada empat cowok ganteng itu. Terkecuali Alexa.

Ia takut untuk menatap mata Alex yang setajam elang itu. Setiap kali Alexa menatap Alex, sisi kebencian Alex akan keluar saat itu juga.

Farrel mengedipkan satu matanya kepada Tiffany yang terus memperhatikan Farrel. Adit sedang sibuk mengeluarkan gombalan-gombalan mautnya. Sedangkan Rivaldi dan Alex, tetap setia pada hukuman yang dijalaninya.

"Al, cowok yang mukanya bule itu ganteng juga ya?" bisik Vio pada Alexa. Mendengar itu, Alexa langsung terbatuk.

"Eh-eh? Lo kenapa, Al?" tanya Vio panik. Alexa menggeleng pelan.

"Gak apa-apa kok,"

"Jadi?"

"Apa?"

"Cowok bule itu namanya siapa?"

Alexa terdiam sejenak, "Namanya Alex."

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang