Hari telah berlalu dengan begitu cepat, hingga Alexa tidak menyadari kalau UASnya selesai, dan pensi diadakan sebentar lagi. Benar-benar tidak terasa. Alexa menatap dirinya di pantulan cermin yang tersedia di toilet sekolahnya. Tubuhnya memucat. Satu fakta yang harus ia terima saat ini.
Tumor ganas sama sekali tidak dapat disembuhkan. Walaupun tumor itu bisa diangkat, namun resikonya adalah kanker di salah satu organ dalam pemderita.
Alexa tersenyum miris saat menerima kenyataan itu. Kanker adalah penyakit yang sangat ditakuti oleh Alexa sejak kecil, dan sekarang dia harus mengalami hal itu. Tidak ada seorang pun yang tahu, terkecuali Ibunya. Andreas pun tidak tahu apa-apa. Tubuh cewek iti sedikit mengurus. Kankernya masih di stadium awal, namun Alexa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Alexa mengusap hidungnya yang tadi mengeluarkan sedikit darah. Cewek itu sedikit merapikan rambutnya yang tadinya kusut.
Hari ini sekolahnya mengadakan class-meeting untuk anggota OSIS saja, besoknya akan dilanjutkan antar kelas.
Alexa menggunakan kesempatan ini untuk latihan band bersama teman-temannya. Cewek itu pun melangkah menuju ruang musik dengan langkah gontai.
"Alexa!" Panggil seseorang yang membuat Alexa menoleh ke belakang. Alexa mendapati seseorang yang beberapa hari ini selalu ada bersamanya.
Alexa tersenyum lebar, "Hai, Fer!"
"Al, lo mau kemana?" Tanya Fero seraya mengatur nafasnya.
"Ke ruang musik, kenapa?"
"Sebenernya cuma basa-basi doang. Entar malem lo sibuk gak?" Tanya Fero yang membuat Alexa menggeleng. Fero tersenyum tipis, "Kalo gitu, pulang sekolah ikut gue, yuk!"
Alexa mengerutkan dahinya, "Kemana?"
"Udah ikut aja, nanti siang gue jemput ya, bye!" Ujar Fero cepat, dan akhirnya meninggalkan Alexa.
Tanpa Alexa sadari, senyum mengembang di wajah pucatnya. Beberapa hari ini, Fero selalu bersamanya. Setiap hari menjemputnya, mengobrol di taman, belajar bersama, dan hari ini Fero mengajaknya pergi. Perasaan aneh merasuki dirinya.
Apa Alexa mulai menyukai Fero?
Apa dirinya sudah bisa melupakan Alex?
Alexa menepis segala pikiran itu, dan kembali berjalan menuju ruang musik dengan senyum yang terus melekat di wajahnya.
Setelah sampai di ruang musik, Alexa membuka kenop pintu ruangan tersebut.
Alexa mendapati seseorang yang tengah memungguinya, dan sedang melakukan sesuatu yang agak ganjil. Cowok itu seperti sedang berciuman dengan cewek yang berada didepannya. Walaupun Alexa tidak bisa melihatnya dengan jelas karena cowok itu memunggunginya, namun dari gerak-geriknya bisa terlihat.
"Udah dong, Lex!" Keluh cewek yang berada di depan cowok itu.
Deg ...
Dada Alexa bagaikan dihimpit oleh baja, dan tubuhnya bagaikan dihempas ke inti bumi terdalam. Alexa sangat mengenali suara itu, dan itu adalah suara Vio.
'Lex?' jerit Alexa dalam hati.
Dadanya terasa perih, seperti tersayat pisau. Air matanya sudah menumpuk di pelupuk matanya. Itu berarti Alex sedang berciuman dengan Vio? Alexa seakan ingin menjerit, dan ingin menangis dengan kencang.
"Lex, udah do-" ucapan Vio terpotong.
"Beneran udah? Masih perih gak?" Tanya Alex yang membuat Alexa semakin ambigu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen Fiction[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...