Bangku yang biasanya diisi oleh cewek jadi-jadian itu, kini kosong. Alexa dirawat selama dua hari di Rumah Sakit, semenjak dia jatuh pingsan.
"Hai, babe!" Sapa seseorang yang berada di samping Vio -bangku Alexa-
Vio menoleh ke sumber suara, dan senyum pun tercetak dalam wajahnya, "Alex? Hai, kamu ngapain kesini? Bukannya sebentar lagi masuk?"
"Selow aja sih, aku kesini mau ketemu kamu," ujar Alex seraya mencubit pipi Vio dengan gemas.
Pipi Vio memanas serta memerah seketika. Jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat saat Alex berada didekatnya.
Vio menatap wajah Alex dengan intens. Hidung mancung, bibir tipis, mata kelabu, dan rambut yang berwarna coklat itu. Sangat sempurna bagi Vio, dan gadis manapun.
Namun, Vio menyadari adanya perubahan dalam penampilan Alex. Cowok yang berada disampingnya itu terlihat kacau. "Lex?" Panggil Vio.
"Iya?"
"Are you okay?" Tanya Vio seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Alex.
"Yeah, kenapa?"
"Kok kamu keliatan kacau banget sih? Ada masalah apa? Cerita aja," ujar Vio lembut.
Alex tersenyum lebar pada cewek disampingnya ini. Selain cantik, Vio juga memiliki sifat yang lembut. Berbeda dengan Alexa yang dijuluki gadis konyol. "Biasalah, tugas numpuk," jawab Alex.
Alex sendiri tidak yakin dengan jawabannya itu. Ada hal lain yang membuat Alex tidak mood akhir-akhir ini.
"Yaelah, tugas apa sih emangnya? Sini, aku bantuin!" Ujar Vio bersemangat.
De ja vu.
Itulah yang dirasakan Alex. Ia sempat tertegun sejenak akan kalimat yang diucapkan Vio barusan.
"Oalah, tugas apaan sih? Sini gue bantuin!"
Cara pengucapan dan kalimatnya memang sedikit berbeda, namun suasananya pas sekali. Alex menggeleng pelan, berusaha menetralkan pikirannya.
"Selow sih, aku bisa ngerjainnya kok," ujar Alex seraya mengacak rambut Vio dengan gemas, dan mencubit hidung Vio.
Itulah yang dilakukan Alex dulu pada seseorang.
***
Adit, dan Farrel menatap tubuh pucat Alexa dengan tatapan miris. Tubuh pucat itu kini dibaluti beberapa selang rumah sakit. Entah separah apa penyakit Alexa, hingga menyebabkan dirinya terbaring di Rumah Sakit.
"Apa segitu parahnya panas matahari, sampe-sampe Alexa kayak gini?" Gumam Farrel.
Rivaldi yang tengah memegang se-bucket bunga mawar putih kesukaan Alexa, hanya bisa menangis dalam diam. Dialah cowok tampan nan melow diantara ketiga temannya.
Ketiga cowok nakal tersebut tengah bolos, demi menjenguk Alexa yang tak sadarkan diri beberapa hari itu.
"Errghh-Alexa, ini gue bawain bunga kesukaan lo. Cepet bangun ya, Al supaya kita bisa dengerin suara lo yang bagus, kelakuan lo yang gak tau malu, pikiran lo yang kadang idiot, teriakan lo yang ka--" Celotehan Rivaldi terhenti karena Adit.
"Lo itu mau bikin dia sadar atau ngehina sih, Pal?" Kesal Adit seraya menggeplak kepala Rivaldi.
Yang ditanya malah menyengir, seraya mengelus kepalanya yang sakit.
Mata ketiga cowok itu kembali kearah Alexa yang terlihat sangat rapuh.
'Demi apapun, gue sayang banget sama lo, Al. Gue pengen lo bangun sekarang juga!' batin Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen Fiction[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...