"Without you I feel broke like I'm half of a whole, without you I've got no hands to hold, without you I feel torn like a sail in a storm.
Without you, I'm just a sad song"
***
Hari yang sama sekali tidak diinginkan itu telah tiba. Hari dimana seseorang akan kehilangan sesuatu yang berharga untuk selama-lamanya. Suasana duka menyelimuti tempat ini, bahkan matahari pun enggan bersinar siang ini. Suara isak tangis atas kehilangan, kepedihan, dan kepergian menciptakan sebuah atmosfer yang suram.
Alexander Louis Devone, cowok itu tengah berbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Selama empat hari pasca insiden itu, Alex belum juga siuman. Semuanya sedang berkumpul di ruangan Alex.
Sahabat-sahabat Alex, keluarga Alex, dan bahkan keluarga Alexa setia menunggu Alex tersadar.
Tiba-tiba, jemari Alex bergerak secara perlahan. Mata cowok itu pun terbuka. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Seisi ruangan tersenyum lega karena akhirnya Alex telah siuman. Alex mengerjapkan matanya beberapa kali; menahan rasa sakit dikepala, dan di perutnya.
"Akhirnya, lo bangun juga!" Ujar seseorang yang berada disamping kirinya. Alex berharap kalau itu adalah Alexa. Alex pun menoleh ke asal suara. Ia sangat kecewa karena disampingnya bukan orang yang dia harapkan melainkan, Dinda.
Alex mengedarkan pandangannya ke seisi ruangannya. Alex dapat melihat sahabat-sahabatnya, orangtuanya, Dinda, Tiffany, Anin, dan juga Andre. Tapi, ada satu orang yang kurang.
Ya, Alexa tidak ada disaat Alex sudah siuman. Alex merutuki dirinya dalam hati.
Apa Alexa masih marah padanya?
Apa Alexa malah membencinya?
Apa Alexa muak dengan dirinya?
Itulah pertanyaan yang terlintas di pikirannya. Tetapi, keluarga dan sahabat Alexa ada disini, kenapa Alexa tidak?
"Din, Alexa mana?" Tanya Alex dengan suara yang lemah.
Dinda mematung ditempatnya. Semua orang yang berada di ruangan ini terdiam. Tidak ada yang mau menjawab. Hal seperti ini juga terjadi saat Alexa menanyakan keadaan Alex.
Alex menatap Dinda yang sedang menunduk, dan akhirnya menjawab, "Alexa lagi istirahat, Lex. Dia gak pengen diganggu."
Alex mendesah kecewa. Ia sangat menyesal dengan perbuatannya. Ia sangat menyesal karena menyia-nyiakan orang yang menyayanginya dengan tulus. Tapi, kali ini Alex ingin bertemu dengan Alexa, walaupun Alexa akan membentaknya. Ya, mungkin tidak untuk hari ini.
"Lex, lo tau siapa yang nabrak lo waktu itu?" Tanya Adit memastikan.
Alex terdiam sejenak, dan akhirnya menggeleng tak tahu. "Lo tau siapa?" Tanya Alex balik
"Vio, dia yang nabrak lo waktu itu. Awalnya, Vio mau nyelakain Alexa, tapi lo udah nyelametin dia," jawab Adit.
Tiba-tiba, terdengar suara isak tangis dari Tiffany. Merasa tidak bisa menahan tangisannya, Tiffany pun keluar dari kamar Alex, disusul Farrel yang berusaha menenangkannya. Alex mengerutkan dahinya, "Fanny kenapa?" Tanya Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen Fiction[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...