THIRTEEN

177 17 4
                                    

Bel pulang sekolah terdengar, seluruh siswa berhamburan keluar kelas saat mendengar suara indah itu. Alexa masih mengerjakan tugasnya sebagai sekertaris, yaitu mengisi data-data guru yang hadir.

"Gue sama Dinda nunggu di parkiran ya," ujar Tiffany pada Alexa yang masih fokus pada tugasnya itu. "Sip!" Alexa mengacungkan jempol kirinya.

Tiffany dan Dinda pun pergi meninggalkan Alexa, dan juga Vio yang berada disampingnya. "Lo gak ikut mereka, Vi?" tanya Alexa. Vio menggeleng senang, "Gue bareng Alex, Al!"

Alexa tersenyum (paksa) lebar, "Wah, yang gak jomblo lagi mah beda. Tiap hari ada pacar anter-jemput,"

Pipi Vio langsung memerah, "Apaan sih, Al!"

Alexa tertawa kecil. Tiba-tiba, Alexa berpikir sejenak. Ia berpikir kalau saja Alex masih mau berteman denganya, setidaknya perasaan Alexa bisa lebih lega.

'Apa gue minta maaf aja ya sama dia?' batin Alexa.

'Kayaknya, emang harus!' yakin Alexa dalam hatinya.

"Vi, gue boleh ngomong sesuatu gak sama cowok lo?" tanya Alexa hati-hati. Vio menoleh dengan tatapan tanda tanya. "Ngomong apa?" tanya Vio yang heran. Alexa menggigit bibir bawahnya, berpikir untuk mencari alasan.

"Soal band, Vi," jawab Alexa cepat. Vio mengangguk paham. "Yaudah deh, kalo Alex kesini, bilang gue tunggu di parkiran," jelas Vio yang bersiap untuk pergi. Alexa mengangguk.

Vio keluar kelas, dan menuju parkiran.

Jantung Alexa berpacu dua kali lebih cepat. Ia sangat gugup. Apa yang harus dia katakan pada Alex?

Mata Alexa terkunci pada seorang siswa yang sudah tak asing lagi baginya. Pemuda berparas asing, baju yang berantakan, rambut coklat yang acak-acakan berdiri di ambang pintu kelas 12 IPA-3. "Alex?" gumam Alexa. Alex menatap Alexa dengan tatapan benci. Alex mendengus sebal, dan hendak pergi.

Namun, Alexa segera bangkit dan menahan lengan Alex, "Jangan pergi dulu. Gue pengen ngomong sesuatu sama lo,"

Alex menghempaskan tangan Alexa dengan kasar, "Gue buru-buru, gak ada waktu buat ngomong sama pengkhianat kayak lo!"

Genangan air sudah menumpuk di kelopak mata Alexa, namun cewek itu berusaha keras agar tidak menangis dihadapan cowok yang dicintainya itu. "Please, lima menit aja," lirih Alexa dengan suara bergetar.

Alex menaikkan sebelah alisnya, "Buruan!"

Alexa tersenyum samar. Alexa menarik nafasnya dalam-dalam, "Gu-gue minta maaf, Lex. Gue bener-bener minta maaf. Gue cuma mau mgelurusin kejadian itu...

.

FLASHBACK ON

"Gue gak bisa hidup tanpa lo, Al!" Seru cowok berambut hitam kecoklatan, pada cewek yang ingin melangkah pergi.

Langkah cewek itu terhenti setelah mendengar pernyataan dari cowok itu.

Alexa membalikkan badannya, dan menatap cowok berambut coklat itu dengan tatapan intens. Air matanya sudah menggengang di kelopak matanya.

"Udah terlambat, Nal. Gue gak bisa balikan sama lo," ujar Alexa.

"Kenapa? Apa karena cowok kamu yang sok brengsek itu?"

Alexa melangkah maju mendekati cowok yang dipanggil Nal itu, dan ...

Plaakkk!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri cowok itu. "Asal lo tau, yang brengsek itu lo, Nal!"

Air mata Alexa berhasil lolos, dan membasahi pipinya, "Lo itu cowok paling brengsek yang pernah gue kenal!"

Cowok yang ditampar oleh Alexa tadi hanya tersenyum sayu. Pernyataan Alexa seratus persen benar. Dialah cowok yang paling brengsek, namun cowok itu tidak mau mengakui faktanya. "Al, gue iri sama lo dan Alex. Kalian bisa ngerayain hari Valentine bareng.

"Sedangkan gue, cuma bisa nginget-nginget kenangan kita dulu. Gue minta maaf sama lo, Al. Gue nyesel banget karena gue nyia-nyia'in lo," kata cowok itu panjang lebar.

Alexa tertawa hambar, "Baru sadar, Nal? Tapi, sebenernya gue udah ngelupain itu semua, dan gue udah maafin lo dari dulu kok, Nal,"

Cowok yang ternyata bernama Ronald Anggara itu tersenyum pahit, "Makasih, Al. Apa gue boleh meluk lo sebagai mantan yang menjadi teman? Hahahaha,"

Ronald merentangkan tangannya, bersedia untuk memeluk Alexa. Alexa pun ikut tertawa, dan menerima rentangan tangan Ronald. Mereka berpelukan sebagai tanda pertemanan mereka.

"Jadi kita teman?" tanya Ronald memastikan. Alexa mengangguk senang.

"Yaudah, Nal. Gue pengen nemuin Alex dulu, da-ah!" ucap Alexa seraya melambaikan tangannya pada Ronald dan beranjak pergi.

Flashback OFF

"Tapi lo malah ngira gue selingkuh, Lex. Gue cuma mau minta maaf aja sama lo, kalo waktu gue pa-" ucapan Alexa terpotong.

"Udah selesai ngomongnya?" tanya Alex dingin.

Tubuh Alexa membeku di tempat. Perkataan itu bagaikan sengatan listrik yang membuat tubuhnya melemas. Tanggapan Alex membuat dada Alexa terasa sangat sesak.

"Gak ada gunanya lo ngomong gitu ke gue. Kita udah bukan siapa-siapa lagi," ujar Alex seraya menatap Alexa dengan tajam.

Beberapa detik kemudian, Alex meninggalkan Alexa yang masih mematung ditempatnya.

Asdfghjkl nyesek banget jadi Alexa hahaha, yang sabar ya sist!

Tinggalkan jejak!

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang