Alexa's POV
Fero menggenggam tanganku dengan lembut, seakan tidak mau melepaskanku. Entahlah, akhir-akhir ini aku sering merasakan perasaan yang aneh bila bersamanya. Kami mengunjungi festival malam yang diselenggarakan besar-besaran di kota ini. Festival megah ini sesaat membuatku terperanjat.
"Mau makan apa? Gue yang traktir!" Tawar Fero dengan senyuman khasnya.
Wajahku berbinar-binar saat mendengar tawarannya, "Kalo gitu, ayo kita kesana!"
Aku pun menarik tangan Fero, menuju tempat yang menjual berbagai macam makanan dari berbagai daerah. Makanan kesukaanku pun tersedia disitu.
Kami melahap makanan yang kami pesan, dan berbincang-bincang tentang sedikit kehidupan kami. Aku tidak bisa berhenti tertawa saat Fero menceritakan masa kecilnya yang pernah dikejar-kejer orang gila. Fero juga bercerita kalau dia pernah dihukum Ibunya karena membolos sekolah, dan hukuman itu terdengar cukup memalukan. Berdiri di teras rumah, dan hanya memakai daleman.
Aku pun tergelak, "Itu kenangan paling anjir yang pernah gue denger!"
Fero juga tertawa lepas bersamaku. Aku tidak menyangka kalau kami bisa sedekat ini. Padahal dulu, aku sering sekali bertengkar dengannya.
Setelah selesai dengan makan malamnya, kami kembali berjalan-jalan menyusuri tempat ini. Ramai dan menyenangkan. Festival ini juga terdapat wahana permainan. Aku ingin mencobanya, tapi aku tidak bisa. Baiklah, aku benci penyakitku yang melarangku untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Fero menarik lenganku. "Ada gulali! Beli yuk, Al!" Teriak Fero heboh layaknya anak kecil. Oh my gosh, yang benar saja!
Fero membeli dua gulali ekstra besar, dan aku hanya membeli satu yang kecil karena aku tidak terlalu suka ini.
"Anjir, enak! Gue pengen nambah!" Rengek Fero. Aku membelalakan mataku. Astaga, apa gangguan kejiwaan cowok ini kambuh?
"Belom aja habis, masa mau nambah lagi?" Tanyaku setengah shock. Fero menyengir lebar, "Abis gue suka banget!"
Aku pun tergelak saat melihat Fero melahap gulali itu seperti anak kecil. Aku memandangi wajah Fero yang cukup tampan itu. Pantas saja, banyak cewek yang menggilai Fero. Astaga, apa yang kupikirkan? Mulai menyukai Fero? Entahlah.
"Kenapa ngeliatin gue terus? Baru sadar kalo gue ganteng, hm?" Tanya Fero seraya mengedipkan sebelah matanya genit. Aku memutar bola mataku, dan terkekeh pelan.
"Palak elo! Gak usah kepede-an deh, najis tau gak!" Sergahku. Fero mendengus, dan akhirnya tertawa juga.
Kemudian, aku mengedarkan pandanganku seluruh penjuru tempat ini. Mataku menangkap sepasang kekasih yang tengah bercanda-ria disana. Wajahnya sudah tak asing lagi bagiku. Vio, dan Alex terlihat tengah bercanda-ria dan mereka terlihat bahagia. Pasangan yang serasi.
Jantungku seakan berdetak melambat, dan lagi-lagi dadaku terasa mencelos saat melihat pandangan itu. Tanpa kusadari, air mataku sudah menetes. Rasanya sangat sakit, dan aku juga menerima fakta bahwa pada kenyataannya aku belum bisa berpaling dari Alex. Aku masih sangat mencintainya.
Tapi, aku tidak boleh mencintainya! Sama sekali tidak!
"Fer, gue mau ke toilet ya," ujarku pada Fero.
Fero mengerutkan dahinya, "Emang lo tau dimana?"
Aku menggaruk tengkukku, sebenarnya aku tidak yakin kalau tempat yang bertuliskan TOILET disana adalah toilet beneran. "Iya, gue tau kok! Udah ah, gue mau kesana!" Jawabku seraya meninggalkannya.
Aku terus berjalan, dan ternyata benar. Tempat ini adalah toilet. Aku segera memasukinya, dan mememukan wastafel disini. Aku mengusap wajahku, dan tangisanku pecah. Untungnya toilet ini sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Novela Juvenil[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...