FIFTEEN

124 17 1
                                    

Pagi ini, Alexa datang setengah jam sebelum bel berbunyi. Dia tidak berangkat bersama Dinda dan Tiffany seperti biasanya. Hari ini dia piket, dan dia tidak mau mendapat sanksi yang sangat memberatkan dirinya, karena tidak piket. Alexa baru saja turun dari mobilnya.

Bugh~

Tanpa diduga, bagaikan kilat yang menyambar di siang bolong, terdengar suara yang membuat mata Alexa membulat sempurna. Tepat didepannya, ada tiga orang yang saling melemparkan tinjuan. Nafas Alexa semakin tercekat saat melihat Alex ikut serta dalam pertengkaran itu.

"Bangsat! Udah gue peringatin sama lo, gak usah nyari gara-gara sama gue!" teriak salah seorang siswa yang diduga bernama Azril, musuh bebuyutan Alex.

Azril bersama temannya, Elang menghujani Alex dengan tinjuan. Dengan geram, Alex membalas mereka dengan berkali-kali lipat. Alexa membeku ditempat. Cewek itu ingin sekali berteriak meminta tolong, tapi percuma saja. Sekolah masih sepi.

Alexa mengumpulkan keberaniannya, dan melangkah mendekati  tiga orang yang tengah melakukan baku-hantam itu.

"STOP!" teriak Alexa yang benar-benar tidak digubris oleh ketiga cowok itu.

Alexa berusaha menarik lengan Alex yang tengah melayangkan bogeman ke wajah Azril.

Bugh~

Secara tidak sengaja, tangan Alex ikut meninju wajah Alexa yang berusaha melerai mereka. Darah segar mengalir di hidung dan sudut bibir Alexa. "Anjing, lo nonjok cewek!" teriak Elang saat melihat Alexa yang mulai terhuyung ke belakang.

Alex melihat Alexa yang sudah mengeluarkan banyak darah dari hidung dan bibirnya. Mata cowok itu terbelalak lebar, "Bangsat!" umpat Alex.

Tubuh Alexa mulai goyah, dan kehilangan keseimbanganya. Beberapa detik berikutnya, tubuh Alexa ambruk begitu saja.

Gelap~

***

Tubuh Alexa kini terbujur lemas diatas ranjang UKS. Acha selaku ketua PMR yang biasanya menangani siswa sakit, belum datang juga. Darah terus mengalir disekitar hidung dan bibir cewek itu. Alex menggenggam tangan Alexa dengan sangat erat, seraya menggumamkan kata 'maaf' berkali-kali.

"Pengecut! Bangsat lo itu, Lex! Berani-beraninya lo nonjok sodara gue!" teriak Azril dengan amarah yang menggebu-gebu, Alex tak menghiraukan perkataan Azril. Saudara mana yang tak marah kalau saudara lainnya terluka karena musuhnya sendiri.

Azril adalah kakak sepupu Alexa. Ibu Azril merupakan kakak kandung Ibunya Alexa. Tentu saja, Azril sangat khawatir dengan keadaan Alexa.

"Anjing, anak PMRnya pada kemana sih?" gertak Azril frustasi.

"Zril, gue cari anak PMR dulu," ujar Elang yang di'iya'kan oleh Azril. Urat-urat Azril terlihat jelas di lengan kekar cowok itu. Dia benar-benar ingin menghancurkan tubuh Alex sekarang juga.

Alex terus menggumamkan kata 'maaf' seraya mengusap lembut tangan Alexa. Dipikirannya hanya satu, Alexa siuman. Nafas Alex tercekat saat ia mendapati Alexa hampir babak belur karena ulahnya sendiri. Azril hanya bisa menahan amarahnya pada Alex.

Cowok bertubuh jangkung itu tidak tega melihat keadaan sepupunya yang mengenaskan, "Urusan kita belom selesai, bangsat!" desis Azril seraya berjalan meninggalkan UKS. Disaat yang bersamaan, Elang datang membawa salah satu anggota PMR yang diduga bernama Risa.

"Mana, kak yang sakit?" tanya anggota PMR yang masih junior itu pada Elang.

"Itu," jawab Elang seraya menunjuk kearah Alex dan Alexa.

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang