Keempat cowok bandel yang tengah menjalani hukuman dari Bu Lis itu, menjadi pusat perhatin para siswi SMU Tunas Bangsa.
Sebagian besar dari mereka memuja-muja ketampanan keempat cowok nakal itu. Adit dan Rivaldi sedang menggoda gadis-gadis yang mengerumuni mereka, sedangkan Farrel hanya diam saat mereka mengajaknya bicara.
"Kamu cantik banget sih," ujar Adit pada salah seorang siswi berkacamata dan bermata sipit.
Wajah siswi itu langsung memerah. "Ih, pengen gue cium rasanya," ceplos Rivaldi, dan mendapatkan teriakan histeris dari gadis-gadis itu.
Sedangkan cowok berparas bule itu, tengah asyik memainkan ponselnya. Tangannya sibuk mengetik sesuat di layar ponselnya. Farrel yang sedari tadi memperhatikan Alex, mendengus sebal.
"Lex?" panggil Farrel.
"Hmm," jawab Alex yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Lo chattingan sama Vio lagi?"
Alex tak menjawab.
"Woy, Lex. Jawab napa," gerutu Farrel.
Kali ini Alex menoleh, dan memasang wajah datarnya, "Iya, kenapa? Gak sir tah?"
"Bukan git--" perkataan Farrel terpotong.
"Udah, Rel. Gue males bahas itu lagi," potong Alex dan kemudian melenggang pergi ke kantin.
***
Seperti biasa, Alexa menghabiskan waktunya di taman. Kali ini, ia ditemani oleh Tiffany. Lantunan lagu When I was Your Man terdengar melalui earphone yang dikenakan dua cewek itu.
"Lagunya ngena ya, Al?" ujar Tiffany.
"Kalo aja liriknya diubah ke versi cewek, mungkin lebih jleb haha," jawab Alexa.
Tiffany melirik Alexa yang tampak menikmati lagu ini. Terdapat lingkaran hitam di area matanya, hidungnya selalu memerah, dan bibirnya yang pucat.
Tiffany tahu kalau Alexa menangis tiap malam, walaupun Alexa tidak menceritakannya pada dirinya.
Tiffany membenarkan posisi duduknya, "Lo tau? Vio sam--"
"Gue tau, Fan. Gue tau semuanya, termasuk hubungan lo sama Farrel, Fan," potong Alexa cepat.
"Anjir lo ya, Al!"
Alexa menarik kedua sudut bibirnya. Lagi-lagi dengan terpaksa. Tiffany menatap miris senyuman palsu sahabatnya itu. Ia tertawa sakarstik, "Senyuman palsu. Lo tau kan, kalo gue itu benci sama hal yang berbau fake!?"
Alexa terkekeh pelan, "Gue tau itu, Fan. Alex juga benci yang namanya fake, makanya dia mutusin gue hahaha,"
"Apaan sih lo, dia itu sal--" ucapan Tiffany terhenti saat melihat sedikit darah yang mengalir di sudut bibir Alexa.
Seketika, mata Tiffany membulat lebar dan langsung panik, "Bibir lo berdarah, Al!"
Dengan cepat, Alexa mengelap sudut bibirnya, "Astaga, iya! Kayaknya gusi gue yang berdarah!"
"Kita ke UKS!" Tiffany langsung menarik tangan Alexa.
.
Vio sedang asyik dengan ponselnya. Akhir-akhir ini, Vio selalu sibuk dengan ponselnya. Bagi cewek itu, ponselnya lebih menarik. Sesekali, tawa kecil terdengar dari mulut Vio.
"Vio?" panggil Dinda.
Vio menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.
"Pulang sekolah, temenin gue ke cafe, yuk!" ajak Dinda.
Vio meletakkan ponselnya yang mulai panas, "Kenapa gak sama Alexa atau Tiffany aja?"
"Alexa bilang dia mau latian band, Tiffany mau nemenin Tante Melda," jawab Dinda.
"Tapi gue udah janjian sama orang, Din,"
"Janjian? Sama siapa?" tanya Dinda seraya memicingkan matanya.
"Sama-- Alex,"
Mata Dinda membulat sempurna. Jantungnya berdegup kencang setiap kali mendengar nama sahabat lamanya, sekaligus mantan pacar sahabatnya itu.
"Gila lo ya, Vi. Lo emang bener-bener bego. Lo sadar gak sih kalo--"
"Lo ngomong apa sih, Din? Kok tiba-tiba lo marah, terus ngatain gue bego!?" Vio mulai menatap Dinda dengan geram.
"Lo tau gak kalo Alex it--" ucapan Dinda terhenti saat suara Alexa melintas dipikirannya. Suara yang memerintahkan agar Dinda menyimpan rahasia ini rapat-rapat.
"Bodo amatlah, Din!" gerutu Vio dan pergi meninggalkan Dinda.
.
Alexa dan Tiffany baru saja kembali dari UKS. Tidak ada masalah dari gusi Alexa, maupun bagian mulutnya. Darah itu keluar dari tenggorakannya. Namun, tenggorokan Alexa juga tidak bermasalah.
"Lo orang abis darimana?" tanya Dinda saat Alexa dan Tiffany tiba dikelas.
"UKS," jawab Tiffany.
"Ngapain?" tanya Dinda.
Tiffany mulai kesal, "Enaena, Din! Banyak tanya lo ini,"
Suara tawa pecah terdengar dari mulut Alexa, "Anjir sakit perut gue, hahaha,"
Suasana menjadi hening, saat adu mulut tiga makhluk itu berhenti. Alexa mengedarkan pandangannya ke tiap penjuru kelas. Namun, ia tak menemukan Vio.
"Vio mana?" tanya Alexa.
Absurd? Jelek? Jayus? Keripik?
Sori baru ngapdet, sibuk soalnya😳 (sok sibuk amat geh -_-)Tinggalkan jejak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen Fiction[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...