SEVENTEEN

131 16 2
                                    

'213'

Nomor kamar Alexa dirawat. Kini, Alex tengah berdiri didepan pintu itu dengan sejuta perasaan aneh yang bercampur aduk. Entah perasaan apa yang membuat dirinya seperti ini.

"Kok diem aja, Lex? Ayo masuk!" Ajak Vio seraya melingkarkan tangannya pada lengan kekar Alex.

Adit yang tadinya ikut bersama mereka, tengah pergi sebentar untuk menjenguk saudaranya yang kebetulan dirawat disini juga.

Vio memegang kenop pintu, dan membuka pintu tersebut.

Tiba-tiba, rahang Alex mengatup dengan kerasa dan sangat rapat. Alex mendapati Ronald tengah menggenggam tangan Alexa dengan erat, seperti ada lem perekat didalamnya. "Ronald? Kok lo disini?" Tanya Vio seraya tersenyum manis.

Ronald langsung menoleh kearah mereka berdua, dan melihat air muka Alex yang mulai aneh.

Ronald tertawa dengan gaya sakarstik, "Gue cuma pengen liat keadaan Alexa aja, Vi. Sebagai mantan yang baik, gak salah kan kalo gue jenguk Alexa?"

Setelah mendengar jawaban Ronald, Vio pun mengangguk paham. Alex menatap Ronald dengan sangat tajam, dan Ronald membalasnya dengan ekspresi datar. "Lain kali, kalo mau berantem, liat lawan dulu!" Sindir Ronald.

Alex mengeratkan kepalan tangannya. Kalau saja cowok itu lepas kendali, bisa-bisa wajah sengak Ronald akan hancur hari ini juga, "Yaudah deh, Vi. Gue pulang duluan ya, udah hampir dua jam gue disini," pamit Ronald.

"Oh, udah mau pulang? Oke deh, hati-hati di jalan ya, Nal!" Ucap Vio seraya menepuk pelan pundak Ronald beberapa kali.

Ronald mengangguk dan meninggalkan mereka berdua bersama Alexa. Vio menduduki tempat yang tadi diduduki Ronald, dan mengelus lengan Alexa yang dingin itu. "Al, lo sakit apa sih? Perasaan, udah kali lo masuk Rumah Sakit karena hal yang agak sepele." Tanya Vio seraya memanyunkan bibirnya.

"Lo tau gak sih, kalo gue itu khawatir!?" Gerutu Vio.

"Cepet bangun sih, kebo! Molor mulu kerjaan lo," canda Vio yang berharap Alexa bangun saat itu juga, dan memarahinya.

Di sisi lain, Alex tengah memendam rasa sakit didadanya. Rasa sakit itu terasa akibat melihat kondisi Alexa yang berbaring di ranjang rumah sakit. Cowok itu benar-benar terluka melihat kondisi Alexa hari ini.

"Maaf," gumam Alex yang hanya bisa didengar olehnya.

Flashback ON

Hari Senin adalah hari dimana para siswa memiliki niat yang dalam untuk membolos. Namun, apalah daya mereka yang takut ketahuan, dan akhirnya menjalani hukuman.

Hukuman.

Hal itu sama sekali tidak diindahkan oleh sekelompok anak cerdas tukang bolos seperti Alex, Adit, Rivaldi, dan juga Farrel. Mereka berempat merupakan salah satu cowok populer dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata, namun memiliki sifat bandel plus berandal cap onta.

Peraturan ketat yang ditetapkan SMA Tunas Bangsa ini, sama sekali tidak menyurutkan kenakalan mereka berempat. Walaupun ada yang lebih bandel dari mereka, tapi ya gak gitu juga keleus.

"Gue dulu apa lo dulu?" Tanya Rivaldi.

"Apanya?" Tanya Farrel balik.

Rivaldi mendengus sebal, "Gue dulu apa lo dulu yang manjat, bego?"

"Lo dulu aja!" Jawab Farrel.

"Gaklah, gue terakhiran aja deh. Lo dulu aja, Dit!" Perintah Rivaldi.

Adit tersenyum kuda, "Kan gini, kita ini mau kabur diem-diem alias bolos! Jadi, pastinya guru-guru gak ada yang tau. Terus, gue gak mau sampe kita ketauan dan dihukum. So, gue--"

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang