Waktu telah menunjukkan pukul setengah enam sore, dan Vio masih bersama Alex di taman kota. Mereka menghabiskan waktu bersama seharian, berhubung hari ini sekolah mereka sedang libur sehari.
"Udah sore nih, mau balik?" Tanya Alex.
Vio mendengus sebal, "Kamu udah gak betah, gitu?"
Alex menggeleng, "Gak, maksud aku-"
"Kamu sayang gak sih sama aku?" Potong Vio kesal.
"Sayanglah, babe. Kalo aku gak sayang sama kamu, gak mungkin aku ada disini buat kamu," jawab Alex yang membuat Vio tersenyum senang.
Vio memeluk erat Alex, dan Alex pun membalasnya. Vio tersenyum penuh kemenangan. Alex menyayanginya, dan sekarang Vio tinggal mengatasi musuh-musuh yang patut dibasmi. Saat ini, Vio hanya membutuhkan Alex, dan bukan siapa-siapa. Rencananya harus berhasil.
"Kamu masih benci sama Alexa?" Tanya Vio.
Alex mengangguk mantap, tanda bahwa ia sangat membenci gadis itu. "Kalo gitu, kamu harus temenan sama dia!" Pinta Vio yang membuat Alex terkejut. "Aku mau kamu baikan sama dia," timpal Vio.
"Tapi, aku kan benci sama dia, mana mungkin aku mau baikan sama dia, apalagi tem-"
"Atau kita putus!?" Ancam Vio yang memotong ucapan Alex.
Alex membelalakan matanya, "Apa? Enggak, aku gak mau putus sama kamu."
Vio memutar bola matanya, dan melepaskan pelukannya. "Kalo gitu, aku mau kamu baikan dan temenan lagi sama Alexa, apa susahnya sih?" Gerutu Vio.
Alex menghela nafasnya, dan mengangguk pelan, "Okay."
***
Alexa terus menahan rasa sakitnya yang luar biasa. Ia terus memegang perutnya yang membengkak, dan berteriak kesakitan di kamarnya. Ia memanggil-manggil Mamanya.
Anin yang mendengar teriakan dari Alexa pun langsung panik, dan menghampiri Alexa yang sudah menggelinjang kesakitan. "Ade, kamu kenapa?"
"Sakh-sakit, Mah! Pekh-perut Ade sakittt!" Racau Alexa yang masih memegangi perutnya.
Anin panik, dan menghubungi dokter Ferdinand. "Fer, lo dimana? Anak gue kesakitan lagi, gue harus gimana? Perutnya sakit, Nan!" Tanya Anin dengan panik, dan ketakutan yang luar biasa.
"Gue lagi di luar kota, Nin. Kasih dia penenang rasa sakit yang gue kasih waktu itu! Itu ramuan buatan gue, dan bisa mengurangi rasa sakit Alexa untuk tiga hari ini aja. Tapi, reaksinya lama, sekitar sejam dan Alexa harus tahan. Setelah itu, bawa dia kerumah sakit," jelas dokter Ferdinand panjang lebar di seberang telepon.
"Iya, Fer. Makasih," ujar Anin dan langsung memutuskan sambungan. Anin berlari untuk mencari ramuan yang pernah dikasih dokter Ferdinand waktu itu. Setelah menemukannya, Anin langsung memberikannya pada Alexa yang meracau kesakitan itu.
"Sayang, kamu minum ini ya. Kita kerumah sakit sekarang," ujar Anin yang menenangkan putrinya itu.
Alexa meminum obat itu, dan berusaha untuk bangkit berdiri. Anin menuntunya perlahan, dan menuju ke mobil. Alexa terus meracau karena nyeri yang luar biasa di perutnya yang membengkak itu.
Setelah sampai di mobil, Anin langsung menancap gas dan pergi kerumah sakit yang jaraknya 30 menit dari rumahnya.
Sepanjang perjalanan, Alexa terus merintih kesakitan. Anin menangis, dan berusaha menenangkan putrinya itu. Tiba-tiba, Alexa mengelurkan darahnya dari hidungnya. Dada cewek terasa sesak, dan dia kesulitan bernafas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Fiksi Remaja[Compeleted ; typo bertebaran, mohon maklum, masih amatiran, males ngedit ulang] Alexandra Adelia Adira, cewek dengan sejuta senyuman, sejuta lawakan, dan sejuta tawa canda. Alexa selalu terlihat bahagia didepan semua orang. Bahkan, cewek itu bisa d...