ELEVEN

140 18 0
                                    

Alexa berlari sekuat tenaga demi menemui Bu Asna. Lagi dan lagi, cewek sinting itu protes nilai. Ia tak peduli kalau roknya akan robek, atau hal lainnya.

"BU ASNA! TUNGGU, IBU! YOLOH!!!" Teriak Alexa yang menggelegar.

Namun, entah apa yang menyumbat di telinga Bu Asna, beliau sama sekali tidak mendengar suara siswinya tersebut. Alexa menyerah, dan mengurangi kecepatan larinya hingga akhirnya berhenti. "H-hhhh, emphh--Gila, emaknya Farrel kok bisa-hhh, congek'an gitu sih?" gerutu Alexa seraya mengatur nafasnya.

"Ah, bodo amatlah. Gue protesnya nanti aja," gumam Alexa.

Darah segar mengalir dari hidungnya dengan perlahan. Hal tersebut membuat Alexa menghentikan langkahnya, dan mengusap hidungnya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa kemana-mana.

'Kok gue mimisan terus, sih?' batin Alexa.

Alexa kembali melanjutkan langkahnya. Matanya menyapu ke tiap penjuru koridor. Pandangan mata Alexa terjatuh pada dua siswa yang berada di ujung koridor. Alexa mengenali dua orang tersebut.

Vio dan Alex.

Deg...

Perasaan itu kembali muncul. Dadanya yang terasa sesak, tenggorokannya yang tercekat, dan matanya yang memanas. Seluruh tubuhnya bagaikan tersengat oleh aliran listrik. Air matanya sudah menumpuk di kelopak matanya.

Alexa sangat ingin pergi dari situ, namun kakinya sudah sangat lemas. Alexa melihat Alex tengah memeluk Vio dengan lembut, dan sangat erat.

Jantung Alexa seakan berdetak melambat. Sakit hati itu kembali menggerayangi tubuhnya.

"Alexa?" panggil seseorang dari belakang. Alexa langsung menoleh ke sumber suara.

Senyum paksa terukir diwajah Alexa, saat mendapati cowok yang memiliki lesung pipi tengah berdiri dihadapannya, "Hei, Dit!"

Adit melihat mata Alexa yang memerah dan berkaca-kaca, "Lo nangis, Al?"

"Hah? Palak lo! Gue gak nangis, anjir! Hahaha,"

"Gak usah bohong! Gue tau lo pasti nangis,"

Alexa memutar bola matanya jengah,"Bodo amatlah, Dit! Minggir lo, gue mau lewat,"

Tanpa disadari Alexa, air matanya terjatuh membasahi pipinya. "Gak usah sok kuat, Alexa! Gue tau, lo itu nangis karena ngeliat Vio pelukan sama Alex kan?" ujar Adit seraya menunjuk kearah Alex dan Vio dengan dagunya.

"Iya, Dit. Gue nangis karna mereka, gue nangis karna gue sakit hati, gue--gue gak punya hak buat cemburu, Dit!" kata Alexa pada akhirnya.

Adit yang mendengar itu, langsung menarik lengan Alexa menuju ke taman sekolah, tempat dimana Alexa sering menghabiskan waktu istirahatnya.

Saat sampai di taman, Adit menyuruh Alexa untuk duduk, "Nah, sekarang ungkapin semuanya disini. Ungkapin isi hati lo disini, gue pengen denger!"

Alexa menarik nafasnya perlahan, "Jujur, gue masih cinta sama Alex. Gue sayang banget sama Alex, dan gak mau kehilangan dia. Gue cemburu ngeliat dia sama cewek lain, meluk cewek lain, ketawa bareng sama cewek lain.

"Gue sakit hati, dan gue capek sama diri gue sendiri. Ini semua salah gue, karna gue. Seharusnya, gue bisa move on dari Alex, dan ngedukung hubungan Alex sama Vio. Gue gak boleh egois, dan gue harusnya seneng karena sahabat gue senenh, Dit," ungkap Alexa seraya menahan air matanya agar tidak keluar lagi.

Adit membenarkan posisi duduknya, "Udah selesai kan? Sekarang gantian gue. Selama ini gue capek ngeliat lo kacau, dan selalu mendem perasaan lo itu. Lo itu berjuang sendirian, Al. Gue pernah ngerasain rasanya ada di posisi lo.

"Kalo ada istilah, gak ada gunanya memperjuangkan yang gak memperjuangkanmu, itu salah! Cinta itu butuh perjuangan, walaupun hanya satu orang yang berjuang, Al. Disini posisi lo adalah, lo berjuang sendirian! Kalo emang lo sayang sama Alex, buktiin!" pernyataan dari Adit membuat Alexa bungkam.

Adit mengangguk pelan, "Tapi, tenang, Al. Gue bakal berusaha buat ngilangin perasaan ini,"

"Dit?" panggil Alexa lemah.

"Gue-gue gak bisa," lirih Alexa. Adit terkekeh pelan, dan tersenyum manis sehingga tercetaklah lesung di pipinya.

"Al, masih ada sahabat-sahabat gila lo yang ngedukung lo, inget itu! Walaupun posisi lo adalah lo berjuang sendirian, bukan berarti lo benar-benar sendirian, Al," jelas Adit.

Alexa langsung memeluk Adit dengan erat. Cewek itu menenggelamkan wajahnya di bahu Adit, "Tapi, gue mau ngeliat Vio seneng, Dit. Dan, makasih banyak,"

Adit mengelus punggung Alexa dengan lembut, "Gue ngerti, Al. Itulah gunanya teman,"

***

Kelas 12 IPA-1, suasana disana menjadi heboh karena Alex dkk menggelar konser dadakan.

"Hai, guys. Kita mau menyalurkan bakat kami disini, sekaligus menyambut kedatangan temen baru kita yang sok ganteng, Fero Adiputra!!!" ucap Farrel.

Siswi-siswi yang berada dikelas itu berteriak gaje dan alay najiz. Sedangkan siswa-siswa cowok, hanya mendengus sebal melihat kelakuan Alex dkk yang terkesan norak bagi mereka.

Rivaldi menggeberak-geberak meja guru dengan asal, Farrel memukul-mukul galon kosong yang ia temukan di kantin, dan Alex bersiap dengan suaranya.

"YOU WATCH ME BLEED UNTIL I CAN'T BREATH, SHAKING FALLING UNTO MY KNEES, AND KNOW THAT I'M WITHOUT YOUR KISSES, I'LL BE NEEDING STITC--AARRRGGHH!!!" Alexa menyanyikan lagu Stitches dari Shawn Mendes, namun lagu itu terpotong karena seseorang tengah menarik telinga Alex dengan keras.

Beberapa siswa yang melihat Alex, ikut meringis. Pak Hanif, si guru killer nan jayus itu tengah menarik telinga Alex dengan kencang, hal itu membuat Alex mengerang kesakitan.

"Ini sekolah, bukan RSJ! Ingat itu! Siapa yang nyuruh kalian gelar konser abal-abal disini? Sekolah ini tidak butuh penyanyi urakan seperti kamu!" cerocos Pak Hanif yang membuat Alex meringis, karena air liur Pak Hanif menciprati wajahnya.

"Anjing, muka Alex terkontaminasi cairan kimia," bisik Farrel pada Rivaldi seraya tertawa kecil.

Alex yang tak terima langsung angkat bicara, "Pak, kalo ngomong pelan-pelan gak usah pake hujan! Liat nih muka saya yang ganteng bisa rusak karena jigong bapak yang baunya menggairahkan!"

Seluruh siswa yang berada disitu tertawa terbahak-bahak. Sampai-sampai ada yang tersedak. "DIAM! GAK LUCU!" bentak Pak Hanif yang dapat membungkam mulut seluruh siswa dikelas itu.

"Kurang ajar kamu, Lex! Sekarang ikut saya ke lapangan! Kalian berdua juga!" perintah Pak Hanif seraya menunjuk Rivaldi dan Farrel.

"Aih? Masa kita bertiga doang, Pak? Konser mewah ini terjadi berkat Fero Adiputra tercintaaaaa," ujar Alex seraya menunjuk Fero yang kini telah memelototinya.

"BANGS--" sebelum Fero menuntaskan umpatannya, Pak Hanif menyuruhnya untuk ikut bergabung dengan Alex dkk.

Gaje anjir!? Makin jelek, tapi klo baca jan lupa di vomment HAHAHA

Tinggalkan jejak!

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang