TEN

152 19 0
                                    

Kehilangan adalah keadaan perasaan manusia, menunjukkan bagian dalam dirinya yang pergi. Baik itu sebuah ataupun seorang.

Kehilangan adalah hal terpahit yang kualami. Setahun ini, aku sudah banyak merasakan kehilangan dalam hidupku.

Satu per satu dari mereka pergi. Baik itu keluargaku, temanku, atau kekasihku. Aku kehilangan mereka yang kucinta dan mencintaiku.

FLASHBACK ON

"Halo, Ma? Ini Ade pake hape-nya Dinda. Kenapa?"

"..."

"Halo, Ma? Kok ada suara orang nangis? Mama nangis?"

"..."

"Iya, Ayah kenapa? Kok Mama nangis? Ada apa, Ma?"

"..."

Braaakkk!!!

Ponsel milik Dinda yang diduga adalah iPhone 6S itu terjatuh dengan keras. Dinda yang melihat ponsel barunya jatuh itu langsung berteriak heboh. Namun, berbeda dengan Tiffany yang memperhatikan raut wajah Alexa yang berubah.

"Alexa, IP baru gue lo rus--" ucapan Dinda terhenti karena ia baru menyadari air muka Alexa berubah.

Air mata mengalir perlahan dari pipi Alexa, dan kini berubah menjadi deras. Dalam hitungan ketiga, Alexa terduduk di lantai kelas yang sangat dingin.

"GAK MUNGKIN! GAK! INI PASTI MIMPI! AYAH GAK MUNGKIN MENINGGAL!" teriak Alexa seraya memukul wajahnya.

"Bukan, ini bukan mimpi! Tapi, Ayah gak mungkin meninggal! Ayah gak mungkin meninggal!" Gumam Alexa yang masih bisa didengar oleh Tiffany dan Dinda.

"Al? Lo kenapa, Al? Siapa yang meninggal?" Tanya Tiffany panik.

Tubuh Alexa bergetar hebat. Darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirnya secara perlahan. Hal itu kontan membuat dua sahabatnya panik.

"AYAH!!!" Jerit Alexa dengan histeris.

FLASHBACK OFF

Kejadian itu terus teringat dipikiran Alexa layaknya kaset rusak yang sengaja ditayangkan.

Seminggu telah berlalu. Alexa sudah diperbolehkan pulang dan melanjutkan aktivitasnya. Dia sendiri tidak tahu, apa yang menyebabkan dirinya seperti ini.

Alexa memandang tiap penjuru kamarnya yang berubah menjadi serba putih. Matanya beralih ke figura dan foto-foto dirinya bersama Alex.

"Ini saatnya gue pergi dari kehidupan lo, Lex," gumam Alexa seraya mengambil figura yang menunjukkan dirinya bersama Alex.

Ia mengambil semua foto-foto yang tergantung di dinding kamarnya, menyisakan beberapa foto dirinya bersama sahabat-sahabatnya.

Alexa mengusap figura yang menampilkan wajah Alex yang terlihat bahagia itu. Ia menghembuskan nafas dengan pelan.

Alexa menaruh semua foto-foto itu di laci lemarinya, dan menguncinya dengan rapat. "Gue sama sekali gak benci sama lo, Lex. Gue gak mau buang lo dari hati gue, tapi gue pengen lo yang pergi dari hati gue,"

"Satu hal lagi, Lex. Lo itu punya Vio, dan gue harap kehidupan lo lebih bahagia sama dia,"

***

Alexa menenteng ranselnya, dan berjalan gontai menuju kelasnya. Ia berangkat sekolah bersama Rivaldi, dan cowok itu masih setia berada disampingnya.

Pagi ini, mood-nya rusak karena Rivaldi menyuruh Dinda yang biasanya berangkat bersama Alexa, untuk berangkat duluan. Tak hanya itu, Rivaldi hampir menghabiskan sarapannya, dan juga sengaja menaruh anak kucing di tasnya.

"Al, ngomong dong! Masa dari tadi gue dikacangin sih?" Rengek Rivaldi.

"Apaan sih, Di? Gue kesel sama lo karna lo udah ngancurin mood gue!" teriak Alexa pada akhirnya pada Rivaldi.

Hal itu membuat siswi-siswi penggemar Rivaldi menatap Alexa dengan sinis. "Liatin tuh, fans gue marah sama lo!"

"Bodo amat, Aldi! Bodo ah, gue kekelas duluan, bye!" ujar Alexa final, dan mempercepat langkah kakinya meninggalkan Rivaldi.

"Ish, padahal mau curhat," gumam Rivaldi seraya mengacak jambulnya pelan.

Jauh disana, Alexa sudah berada di koridor lantai dua dan hendak menuju lantai tiga kelasnya.

Alexa yang sedang fokus pada ponselnya, tak sengaja menabrak seseorang karena tidak memperhatikan jalan. Ponsel Alexa langsung terpental jauh sekitar satu meter lebih.

"HAPE GUE, ANJIR!" Teriak Alexa heboh.

"Anjing, kuping gue sakit!" umpat seseorang yang tadi ditabrak Alexa.

Alexa yang mendengar kata kasar dari orang yang ia tabrak, langsung menoleh dan menatap orang yang berada didepannya dengan tajam.

"Apa lo bilang? Anjing? Gue manusia!" bentak Alexa.

Cowok yang jauh lebih tinggi dari Alexa hanya mendengus sebal, "Bodo amat! Itu salah lo sendiri! Kalo jalan itu pake mata,"

Alexa memicingkan matanya, tanda bahwa dia tidak menyukai cowok yang berada dihadapannya itu. "Awas, minggir lo!" usir cowok itu seraya mendorong bahu Alexa.

Alexa sempat melihat badge yang ada di seragam cowok itu. "Oh, jadi namanya Fero Adiputra," gumam Alexa.

Alexa mengambil ponselnya yang terpental tadi, dan kembali melanjutkan langkahnya.

Fero Adiputra.

Adiputra.

Langkah Alexa terhenti seketika setelah mengingat-ingat nama belakang cowok itu. "ASTAGA, FERO!!!!" teriak Alexa yang menggema keseluruh koridor.

***

Biologi.

Pelajaran yang paling disukai Alexa. Guru yang mengajar juga sangat baik, dan ramah. Tidak seperti guru-guru kebanyakan, Miss Linda adalah guru yang jarang memberikan tugas berat kepada anak muridnya.

Alexa sangat fokus akan pelajaran ini, kecuali Vio yang meletakkan kepalanya di meja. "Gue lagi gak mood nih, Al," keluh Vio.

"Kenapa lagi sih, Vi?" tanya Alexa yang masih menatap Miss Linda yang menerangkan pelajaran di depan.

"Semalem Alex marah ke gue," jawab Vio yang membuat Alexa menoleh kearahnya.

"Gara-gara?"

"Semalem gue maksa dia buat ketemuan sama Ayahnya, tapi dia gak mau, terus gue kesel dan gue tetep maksa. Dianya malah marah-marah gajelas," jelas Vio.

"Yaiyalah dia marah, Vio. Hubungan Alex sama Ayahnya itu gak pernah baik. Alex paling gak suka sama hal yang menyangkut Ay--" ucapan Alexa terpotong.

Vio mengerutkan dahinya, "Kok lo bisa tau tentang Alex? Katanya lo gak deket sama dia?" potong Vio.

Alexa menggigit bibir bawahnya, 'Bego, gue salah ngomong!'

"Hei, Alex sama perempuan disebelahnya! Perhatiin penjelasan Miss," tegur Miss Linda pada dua cewek itu.

Hal itu membuat Vio membenarkan posisi duduknya. Alexa menghela nafas lega karena Vio tidak mengungkitnga lagi.


Tinggalkan jejak!

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang