TWENTY SIX

112 19 0
                                    

Lima hari berlalu begitu cepat. Alexa berbaring di ranjangnya dengan kondisi yang lemah. Sampai saat ini, belum ada yang tahu tentang keberadaannya. Termasuk ketiga sahabatnya.

Oh iya, dia baru ingat. Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan Vio sejak Vio mampir kerumahnya. Alexa meraih ponselnya yang tergeletak di nakas dengan susah payah. Alexa membelalakan matanya setelah mendapat 150 panggilan tak terjawab, 230 pesan yang belum dibaca, dan notifikasi LINE yang mencapai 999+

Mungkin, belum lagi ditambah panggilan tak terjawab saat ponselnya mati selama beberapa hari ini. Alexa membuka aplikasi LINE dari room chat yang dibuat Dinda waktu itu. Saat hendak membaca pesan-pesan itu, Dinda menghubunginya. Alexa terdiam sejenak, dan akhirnya mengangkat telepon dari Dinda.

"Ha-halo, Din?"

"WOY, SETAN ALAS! LO KEMANA AJA, KAMPRET? UDAH BERAPA LO NGILANG TANPA KABAR, TANPA KEPASTIAN YANG JELAS!"

Alexa meringis pelan, dan menjauhkan teleponnya karena suara Dinda begitu nyaring. Padahal, Alexa tidak mengaktifkan loudspeaker.

Alexa menempelkan ponselnya kembali, dan terkekeh kecil.

"I'm okay, don't worry, trust me!"

"Oke-oke gigi lu nungging! Cepet kasih lo ada dimana sekarang? Karena, kemaren gue kerumah lo gak ada orang!"

"Ngg-anu, itu-gue sekarang ada di RS, kalo lo mau tau ceritanya jangan di telepon, dan jangan kasih tau yang lainnya. Gue dikamar nomor 213."

"..."

"Iya iya, Dindaku sayang, yang suka sama Ronald gak bilang-bilang, dan sekarang lagi pedekate sama Adit!"

"..."

"Astafir, suara lo, cabe! Sakit kuping gue!"

"..."

"Bye!"

Sambungan terputus. Alexa memandang pemandangan kota dari luar jendela rumah sakit ini. Diluar sedang hujan. Tubuh cewek itu masih lemas, dan sulit sekali untuk bergerak, kecuali bernafas dan berbicara. Alexa menaruh kembali ponselnya dengan perlahan, karena dirinya benar-benar lemas.

Tok ... Tok ... Tok ...

Alexa mengerutkan keningnya. Belum ada lima menit, Dinda sudah datang?

Atau itu Ibunya? Tidak, pasti Ibunya langsung masuk.

Suster? Bukannya sepuluh menit yang lalu suster itu sudah kemari.

"Masuk!" Jawab Alexa dengan suara lemahnya, namun masih bisa didengar dari luar.

Munculnya seorang cowok yang sudah tak asing lagi baginya. Cowok yang setiap hari membuatnya kesal sejak SMP, dan membuatnya sering ditegur guru karena pertengkaran mereka.

Fero Adiputra, datang dengan wajah ceria, dengan membawa sebouquet bunga mawar putih kesukaan Alexa. Untuk sesaat, Alexa terbelalak terkejut. Tidak, penglihatannya pasti salah.

Fero berjalan mendekat kearah Alexa, dan menaruh bunga itu di nakas. Hanya satu yang berubah dari penampilan Fero, jambulnya sudah hilang, dan rambutnya dipotong cepak rapi.

Alexa memicingkan matanya curiga. "Kaget?" Tanya Fero seraya tertawa kecil. Alexa mengerjapkan matanya berkali-kali, memastikan kalau pengelihatannya benar-benar salah.

"Gue kesini karena mau jenguk lo," ujar Fero dengan lembut.

"Je-jenguk gue? Tap-"

Fero langsung memotong ucapan Alexa, "Gue kesini dengan niat yang tulus, Al. Hargain dong. Gue kesini bawa bunga kesukaan lo, dan gue bisa tahu lo disini karena Azril."

Alexa menghela nafasnya, "Emang dasar gacor anak itu."

"Gue dateng kesini membawa perdamaian. Dari SMP kita musuhan, dan sekarang gue mau kita baikan!" Ujar Fero dengan senyum yang mengembang di wajahnya, hal itu membuat giginya yang rapih terlihat.

Fero mengulurkan tangannya. Alexa terdiam sejenak, dan akhirnya membalas uluran tangan Fero walaupun tangannya agak sulit digerakkan.

"Teman?" Tanya Fero memastikan.

"Teman!" Jawab Alexa dengan senyuman ceria.

Fero membenar posisi duduknya, "Lo sakit apa? Kok sampe di operasi?"

Alexa terdiam sejenak, mencari alasan untuk berbohong pada Fero. Alexa tidak suka belas kasihan dari seseorang, dan tidak mau ada orang yang tahu tentang penyakitnya. "Pencernaan gue bermasalah, itu aja," jawab Alexa yang separuhnya benar.

Beberapa detik berikutnya, mereka berbincang kecil dan bercanda-ria. Sesekali Alexa tertawa pelan, dan hampir menangis karena Fero melawak. Cepat sekali mereka baikan, padahal musuhan selama bertahun-tahun. Disaat yang terpuruk seperti ini, musuhnyalah yang berada bersamanya. Orang yang diharapkan Alexa tidak datang.

Tapi, Alexa tahu diri. Alex bukan siapa-siapanya lagi.

***

Alexa mendengus sebal, karena Dinda ingkar janji. Dinda datang bersama Tiffany, dan juga Vio. Fero sudah pulang beberapa menit yang lalu. "Ingkar janji nih ceritanya?" Sindir Alexa.

Dinda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan terkekeh kecil, "erm-anu waktu gue mau kesini, mereka nyegat gue. Terus, maksa gue supaya ngasih tau kalo gue ini sebenernya mau kemana, jad-"

"Oh gitu? Sahabat macem apa lo, gembel? Lo gak ngasih tau kita soal operasi lo beberapa hari yang lalu! Lo punya penyakit apa sih emangnya?" Cerca Tiffany dengan satu tarikan nafas.

Alexa memutar bola matanya, dan tertawa kecil, "Masalah pencernaan doang."

Dinda menjitak kepala Alexa pelan, "Tapi seenggaknya lo ngasih tau ke kita! Suara lo juga serek-serek gitu, geli gue dengernya."

Alexa lagi-lagi tertawa kecil. "Kok malah ketawa sih, cabe?" Ketus Tiffany.

Alexa mengabaikan Tiffany, dan kini matanya beralih ke Vio yang diam dari tadi. "Vi? Lo kenapa?" Tanya Alexa yang membuat Vio menoleh kearahnya.

"Ah? Gak papa kok. Oh iya, Al. Sorry waktu itu gue langsung cabut karena tiba-tiba Mama gue nelpon," jawab Vio yang sepenuhnya berbohong.

Jangan panggil Vio pembohong, karena Alexa pun juga sering berbohong. Bahkan, baru saja Alexa membohongi sahabatnya soal penyakit yang dia derita.

"Eh, ngomong-ngomong tadi gue ngeliat Fero keluar dari ruangan lo. Dia ngapain kesini? Dan kok musuh lo bisa tau sih?" Ketus Dinda yang membuat Vio ikut menoleh kearah Alexa.

Alexa tersenyum penuh arti. "Gue temenan sama dia. Gue baikan sama dia, dan juga gue gak tau kenapa dia bisa tau gue ada disini," jelas Alexa dengan senyuman yang terus mengembang di wajahnya.

"What the?" Teriak Dinda.

"Hell!" Sambung Tiffany yang tak kalah berisiknya.

"Bagus dong!" Sorak Vio tiba-tiba yang membuat ketiga cewek itu menoleh kearahnya. Vio menggaruk tengkuknya, "Maksud gue, kan gak bagus tuh musuhan terus!? Dosa!" Timpal Vio cepat.

Ketiga cewek itu mengangguk bersamaan, dan membentuk huruf O di bibir mereka. Vio tersenyum dan tertawa kikuk.

"Hai, orang ganteng is here!" Teriak seseorang yang membuat seisi ruangan menoleh ke asal suara. Alexa mendengus sebal setelah mendapati Rivaldi datang bersama Farrel, Adit, dan juga Alex. Okay, sekalian saja satu sekolah tahu kalau Alexa ada disini.

Alexa menatap Dinda dengan geram, "Are you fucking kidding me?" Desis Alexa.

Whoa, alangkah gacornya si Dinda. Okelah, see you

Tinggalkan jejak!

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang