[17]

4.9K 427 12
                                    

Aku sedang mencoba berlatih aerobik di rumah saat ponselku berdering nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sedang mencoba berlatih aerobik di rumah saat ponselku berdering nyaring. Terpampang nama Martijn di layar. Tidak biasanya ia menelepon sepagi ini.

"Mengapa kau meneleponku?" tanyaku begitu telepon kuangkat. "Apa kau merindukanku sepagi ini? Kau bahkan baru berangkat satu jam yang lalu."

'Tidak bisakah kau bertingkah normal sedetik saja? Aku menelepon karena ada hal penting,' sahut Martijn di seberang sana. Aku mematikan televisi dan duduk di sofa.

"Soal apa? Ini harus benar-benar penting ya, karena kau sudah merusak jam aerobikku," kataku.

'Ini memang benar-benar penting. Jadi kau harus tutup mulut dan dengarkan aku baik-baik,' kata Martijn. Aku membenarkan posisi duduk, menunggu Martijn melanjutkan ucapan. Belum pernah Martijn berbicara dengan nada seserius ini sebelumnya, jadi ini pasti memang krusial. 'Kau seorang pengangguran, bukan?'

"Mengapa kau melontarkan pertanyaan yang sudah kauketahui jawabannya?"

'Kubilang tutup mulutmu dan dengarkan aku.'

"Tapi kau baru saja bertanya, dan aku hanya menjawab."

Martijn berdecak. 'Itu pertanyaan retoris!' pekiknya. 'Kau tidak perlu menjawabnya!'

Kali ini aku benar-benar diam. Martijn pun melanjutkan. 'Begini, ada sebuah kafe kecil di sebelah toko ayahku. Mereka membutuhkan satu pegawai wanita. Apa kau tertarik? Kau tidak perlu takut karena tidak akan ada orang yang menggebukmu di tempat itu.'

Aku tidak menjawab.

'Hei, jawab!' seru Martijn setelah hening beberapa detik.

"Kau bilang aku harus tutup mulut," sahutku.

Martijn mengerang. 'Ya Tuhan, mengapa sih gadis ini selalu membuatku naik darah?' omelnya. 'Jawab saja pertanyaanku yang tadi!'

"Tadi kau bertanya soal apa?"

'Shit, kalau aku pulang nanti, aku akan mencongkel telingamu itu dengan sendok,' katanya. Sebenarnya aku tahu apa yang ia tanyakan; aku hanya sedang menikmati saat-saat mengganggunya saja. Kugigit bibirku sendiri menahan tawa. Martijn mengulang pertanyaan dan barulah aku bersuara.

"Kafe ini letaknya persis di sebelah toko ayahmu?" tanyaku balik.

'Ya, dulunya bangunan ini ditempati seorang pedagang kursi, tetapi sekarang sudah tidak lagi,' jawabnya. 'Bagaimana? Apa kau ingin bekerja di sana? Aku bisa memperkenalkanmu pada si pemilik kafe.'

Kalau aku bekerja tepat di sebelah toko ayah Martijn, itu berarti aku bisa bertemu Martijn kapan saja! Bukankah itu bagus? Aku tak perlu merasa kesepian di rumah. Yang terpenting, aku punya alasan jika tak ingin beres-beres rumah. Akan sial sekali kalau aku menolak pekerjaan ini. Aku juga tidak memedulikan berapa gajinya. Yang penting aku bisa berada di dekat Martijn kapan saja!

"Kedengarannya menarik," kataku. "Jadi, kapan aku bisa menemui si pemilik kafe?"

'Kau boleh datang sekarang. Kebetulan si pemilik sedang berada di kafenya,' jawab Martijn. 'Tak perlu kauselesaikan aerobikmu, karena kau bisa "berolahraga" di sini.'

Boyfriend with Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang