"Apa yang kalian lakukan jika kekasih kalian masih berhubungan dengan mantan kekasih mereka?"
"Tidak ada ampun! Putus saja!" sahut Eston.
Rajeev tampak tertunduk. "Tidak ada harapan, Gretchen, tidak ada. Tinggalkan saja."
Max menyesap es kopi di gelasnya. "Kalau menurutku, orang yang masih mau-maunya berhubungan dengan mantan kekasih mereka akan kesulitan dengan masa depan mereka," katanya kemudian. "Kalau yang tertinggal di belakang saja masih dibawa-bawa, lalu apa yang bisa digenggam ke depan?"
Chong, Cristoffer, Rajeev dan juga Eston bertepuk tangan mendengar ucapan Max tersebut. Sedangkan Alicia, bocah itu tidak bisa bekerja lebih dari pukul delapan malam karena libur sekolahnya sudah berakhir sejak lama, dan bocah itu sedang tidak ada saat kami sedang berkumpul sebelum menutup Rozen en Hart.
"Kalau menurutku, ada baiknya jika kau mengingatkannya terlebih dahulu, Gretchen." Chong yang di musim semi mendatang akan mengubah statusnya menjadi menikah mulai bersuara. "Ingatkan dia bahwa dia sudah memilikimu, jadi dia tidak perlu berurusan dengan masa lalunya lagi."
Cristoffer bersedekap. "Memangnya, hubunganmu dengan Martijn Garritsen sedang bermasalah ya, Gretchen?"
Aku mengangkat bahu. "Entahlah. Aku sendiri juga bingung," sahutku. "Semalam kami sudah membicarakannya. Dia bilang tidak ada apa-apa antara dia dan mantan kekasihnya."
"Memangnya apa yang dia lakukan?" tanya Chong.
"Mantan kekasihnya menghubunginya."
"Dari mana kau bisa tahu?" tanya Chong lagi.
"Aku sendiri yang membacakan pesan teks dari mantan kekasih Martijn untuk Martijn sendiri." Aku menghela napas. "Dan sepertinya mereka sedang merencanakan sebuah pertemuan."
Semua orang yang ada di meja bundar itu menatapku. Mulut mereka terbuka lebar.
Chong kemudian mengusap kepala. "Ya ampun, itu pasti menyakitkan."
"Aku juga pernah mengalami apa yang kau alami, Gretchen," ungkap Rajeev. "Pernah tak sengaja aku membaca pesan teks di ponsel kekasihku, yang ternyata berasal dari mantan kekasihnya. Mereka berencana bertemu di suatu tempat. Aku pun mengutus salah seorang sahabatku untuk memata-matai mereka."
"Lalu apa yang terjadi?" tanyaku.
"Kekasihku itu diam-diam bermesraan dengan mantan kekasihnya. Setelah itu kuakhiri saja hubungan tersebut."
Rasanya aku hampir frustrasi.
"Well, kemungkinan seperti itu memang bisa terjadi," sahut Eston menimpali. "Kau percaya sepenuhnya pada kekasihmu, tapi, mana ada yang tahu kalau dia ternyata bercumbu dengan orang lain di belakangmu?"
Aku memegangi kepalaku, benar-benar hampir frustrasi.
Cristoffer berdecak. "Kalian seharusnya menyemangati Gretchen, bukannya malah membuatnya ingin gila seperti itu," ucap pria berjenggot tipis itu, memandangi Eston dan Rajeev bergantian. Kedua lelaki itu menyengir. Cristoffer mengalihkan pandangannya padaku. "Tidak apa-apa, Gretchen. Kalau ternyata hubunganmu harus kandas, itu wajar, sebab ini adalah pengalaman pertamamu, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend with Benefits
Fanfiction"Oh, so you're a bad boy? Don't worry, I love bad boy." --- Gretchen Himmerstrand tak pernah--dan tak bisa--punya pacar. Menurutnya, amat sulit menemukan seorang lelaki yang pas untuk seorang gadis kaya seperti ia. Urusan cinta pun menjadi urutan pa...