[24]

4.7K 480 34
                                    

Sebelum mendatangi mal, Martijn memaksaku untuk memangkas rambut terlebih dahulu di salon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mendatangi mal, Martijn memaksaku untuk memangkas rambut terlebih dahulu di salon. Setibanya kami di sana, Martijn memilih duduk di sebelahku, bukannya di area tunggu di dekat pintu. Dia bahkan dengan seenaknya memerintah si wanita pemangkas rambut.

"Aku mau rambutnya dipotong seperti Taylor Swift," katanya pada si wanita bernama Annika yang bertugas memangkas rambutku. Nada bicara Martijn persis seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen.

Annika tersenyum dengan sabar sambil memegang rambutku. "Taylor Swift? Well, Taylor Swift punya banyak gaya rambut," ujarnya.

"Tolong pangkas saja rambutku, tapi tidak boleh terlalu pendek," ujarku. "Mungkin sebahu juga cukup."

Saat Annika mengangguk dan akan mulai memotong, Martijn menggeleng. "Aku mau rambutnya dipotong seperti Taylor Swift," ulangnya.

"Tolong jangan dengarkan manusia ini. Dia kadang tidak tahu apa yang ia bicarakan," kataku pada Annika. Annika terdiam sejenak, kemudian mulai menyesuaikan gunting di tangannya.

Martijn langsung menepis lengan Annika, membuat wanita itu kaget memandangnya. "Aku mau rambutnya dipotong seperti Taylor Swift," ulang Martijn untuk yang ketiga kalinya. Jika sekali lagi ia mengulang ucapan itu, aku bersumpah akan menamparnya dengan piring cantik di rumah.

"Tapi, nona ini tidak mau," kata Annika akhirnya. Terlihat benar ia berusaha menahan kesabaran. Aku memberinya tatapan yang seolah berkata, "Bersabarlah menghadapi makhluk itu" melalui cermin.

"Di video klip Shake It Off. Seperti itu. Dengan poni," katanya, tidak mengacuhkan apa yang baru saja Annika ucapkan.

"Aku tidak mau," kataku. "Tolong, potong saja sebahu."

"Aku akan pulang kalau kau tidak mau," katanya. "Dan mencetak semua foto hina pagi tadi lalu menempelkannya di penjuru Amsterdamme."

Aku menatap Annika. "Tolong, seperti Taylor Swift," kataku menyerah.

Annika balas menatapku di cermin, kemudian menjepit sebagian rambutku. Gunting bergerak perlahan dan sangat hati-hati. Martijn memandangiku dengan saksama, seolah mengawasi Annika agar potongan rambutku sama persis seperti potongan rambut Taylor Swift di Shake It Off.

Ketika Annika mulai memotong rambut di bagian depan kepalaku, Martijn beranjak dari kursi. Aku tak bisa menggerakkan kepalaku mengikuti arah Martijn pergi, jadi aku hanya bisa berharap dalam hati agar ia tidak bertingkah aneh apalagi memalukan.

"Miss, ke mana laki-laki aneh tadi pergi?" tanyaku pada Annika.

Annika menoleh sebentar lalu kembali memotong rambutku. "Oh, dia ada di belakang sana. Sedang berdiri mengamati kotak rambut palsu," jawab Annika.

"Dia tidak menyentuh apa pun?"

"Tidak." Annika menggeleng. Aku menghela napas lega. Aku tahu dia gampang bosan dan aku bersyukur dia tidak melakukan apa-apa selain melihat-lihat.

Boyfriend with Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang