The Truth

1.4K 191 28
                                    

"Jira berubah menjadi anak yang kasar ketika kakaknya meninggal dan ayahnya yang pergi meninggalkan kami karena selingkuh."

Apa?

Gua syok bukan maen. "J-jadi anak laki-laki yang saya lihat difoto tadi itu..."

"Ya. Itu Moon Jaehyun, kakak Jira. Ia meninggal karena kecelakaan saat ia kelas enam. Tabrak lari."

Gua liat air muka ibu, mendung. Ibu nunduk nahan nangis. Aduh hati gua...

"Dulu, Jira adalah gadis yang periang dan ramah. Ia selalu tersenyum. Tapi sejak kejadian itu, ia berubah menjadi gadis yang pendiam dan selalu murung."

"Jira sangat menyayangi kakaknya. Ia bahkan menangis terus-menerus dan tidak mau makan ataupun keluar kamar selama satu bulan. Dan ia tidak mau sekolah selama dua bulan. Kami benar-benar khawatir saat itu."

"Sekitar lima bulan setelah kecelakaan Jaehyun, ayahnya, suamiku, mulai bersikap kasar padaku. Ia selalu pulang tengah malam dalam keadaan mabuk. Kadang juga tidak pulang. Jika ia pulang, ia selalu membawa wanita lain dan menyiksaku. Tanpa sepengetahuanku, ternyata Jira selalu melihatnya. Jira tahu semuanya. Dan sejak kejadian itu, Jira menjadi anak yang kasar dan tempramental."

"Suatu hari, Jira kecil sibuk menyiapkan sesuatu. Ia bertanya padaku dimana tali tambang, dimana palu, dimana besi, gergaji, kayu, jaring, dan peralatan tukang lainnya. Aku tidak tahu apa yang akan Jira lakukan dengan semua peralatan itu, tapi ternyata Jira membuat perangkap untuk ayahnya."

Alis gua ngangkat. "Perangkap?"

Ibu ngangguk. "Aku bertanya padanya mengapa ia menyiapkan perangkap untuk ayahnya. 'Jira tidak mau bertemu ayah lagi. Ayah sudah berbuat jahat pada ibu, sekarang giliran Jira yang berbuat jahat pada ayah.' Begitu katanya."

"Tepat saat ayahnya pulang ke rumah, perangkap itu benar-benar bekerja. Ayahnya terperangkap di jaring dan menggantung di atas. Matanya terkena semprotan bawang merah yang Jira buat."

Gua masih setia dengerin cerita ibu.

"Jira berteriak pada ayahnya dan menyuruhnya pergi. Satu hal yang membuatku takut saat itu adalah Jira tidak seperti Jira yang aku kenal. Wajah Jira memerah, urat-urat muncul di pelipisnya dan Jira tidak menangis. Matanya berair tapi aku tahu itu bukan air mata yang ia keluarkan seperti saat kecelakaan kakaknya. Itu seperti air mata kemarahan. Aura disekitarnya menjadi gelap dan menakutkan, dingin."

Gua ngangguk-ngangguk paham.

"Pagi harinya, Jira membuka ikatan jaring tersebut dan membebaskan ayahnya. Meskipun ia marah, tapi ia tetap melakukannya."

"Kami berbicara di ruang tamu untuk pembicaraan yang serius. Suamiku bilang bahwa ia sudah memiliki istri lain dan ia akan menceraikanku, meninggalkan kami."

Ibu nangis. Gua reflek nyamperin ibu dan jongkok di depannya. Gua ngusap-ngusap tangannya. Ibu sesenggukan. Hati gua makin sakit liatnya.

"Sesaat setelah ayahnya pergi meninggalkan rumah, Jira berkata padaku 'Jira bakal ngelindungin mama mulai dari sekarang. Kita bakal hidup bahagia sama Kak Jaehyun yang ngawasin kita dari atas sana. Jira janji.' dan ia benar-benar melakukannya."

"Sejak saat itu, aku banting tulang sendirian untuk menghidupi Jira, memberinya kehidupan dan pendidikan yang layak. Dan begini kami sekarang, kami bahagia. Meski kami selalu merasa kesepian karena merindukan sosok ayah dan Jaehyun."

Ibu tiba-tiba ngegenggam tangan gua erat dan natap gua dengan mata yang basah. Dia senyum. "Ibu tahu Jira pasti sudah berkali-kali memperlakukanmu dengan kasar, jadi tolong maafkan Jira ya, Nak? Kamu sudah tahu alasan mengapa Jira seperti itu. Ibu harap kamu mengerti keadaan Jira sekarang."

MLS ㅡ Cogan VS Preman; TaehyungWhere stories live. Discover now