PART V (BAG.4)

2.6K 129 7
                                    


Cakka mengatur napasnya yang tak beraturan karena berlari untuk sampai kemobilnya secepat mungkin. Dia menatap kesal Ify yang dengan tak berdosanya duduk dikursi samping kemudi.

"Yak!" teriak Cakka kesal. Ify melirik Cakka sekilas dengan malas lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan. Cakka yang melihatnya mendelik tak percaya.

"Kita tunggu 5 menit! Kalo dia nggak keluar. Kita pulang tanpa dia." Cakka menatap Ify tak percaya. Ify mengucapkannya dengan tajam dan tanpa menatapnya. Hah. Cakka sungguh tak percaya Ify memiliki sisi menyebalkan seperti ini.

Terdengar pintu belakang terbuka dan langsung tertutup setelah beberapa detik.

"Hah.hah.hah.." Shilla mengatur napasnya yang tak beraturan. Seperti Cakka, dia juga berlari untuk sampai dimobil. Shilla menyandarkan punggungnya sambil mengusap dadanya yang rasanya naik turun seperti akan copot.

Ify cuek, tapi sebenarnya dia sedang tersenyum dalam hati. 

Sekali-kali memberikan pelajaran pada dua orang ini apa salahnya. Batin Ify berucap sambil tersenyum evil. Cakka mengalihkan pandangannya kebelakang, menatap Shilla khawatir.

"Lo baik-naik ajhakan Shil?" tanya Cakka cemas. Shilla hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Kita jalan sekarang!" perintah Ify langsung membuat Cakka menatapnya tak percaya.

Kok gue ngerasa jadi supirnya Ify sih seharian ini? Tanya Cakka dalam hati. Ify mengalihkan pandangannya pada Cakka karena pemuda itu tak juga menjalankan mobilnya. Sumpah demi apapun Ify ingin tertawa keras saat ini. Muka Cakka konyol banget! Ify langsung kembali menatap kedepan karena tak ingin lebih lama melihat wajah Cakka. Dia tak yakin dia akan tetap bisa bertahan untuk tidak tertawa.

"Kita ke rumah Haling." Kata Ify lagi membuat Cakka langsung tersadar dan kembali kealam nyata.

"Lo bilang apa tadi Fy?" tanya Cakka tak yakin.

"Ke rumah Haling!" jawab Ify mengulang perintahnya tadi.

"Ngapain kerumah gue?" tanya Cakka heran. Ify mengalihkan pandangannya menatap Cakka malas.

"Itu juga rumah gue kali." Jawab Ify malas. Cakka terdiam. Benar juga. Ifykan Istrinya Kak Rio dan Rio adalah  Kakak Cakka, jadi otomatis rumah Orangtua mereka juga rumah Ify. Ify berdecak melihat Cakka yang sedang kambuh lolanya.

"Buruan jalan!" kata Ify keras dengan nada kesal. Cakka tersadar lalu mendengus sebal dan segera menjalankan mobilnya menuju rumahnya. Ralat. Rumah Keluarga Haling.

_____

"Kerja di butik gue?" tanya Via tak yakin. Baru saja Iel mengatakan jika dia meminta tolong pada Via untuk memberikan pekerjaan kepada Nayra di butiknya.

"Ayah udah nelpon lo kan?" tanya Iel. Via menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis.

"Tapi Om Han nggak bilang kalo cewek itu Tunangannya Kak Iel." Kata Via. Iel terdiam. Iel menatap mata Via. Yap. Dia melihat luka dimata wanita itu. Luka yang sama seperti luka yang ada pada mata Ify dan Shilla saat menatapnya. Apakah Via juga terluka?

Tentu ajha! Bagaimanapun juga Shilla sahabat Via. Dan ingatlah Iel! Via dulu mengatakan bahwa salah satu alasannya tak bisa memperjuangkan perasaannya pada lo karena Shilla. Karena dia tau Shilla mencintai lo. Lo telah membuat pengorbanan Via sia-sia. Bagaimana mungkin dia nggak terluka? Teriak Iel dalam hati. Dia sudah tak punya perasaan apapun dengan Via. Ya. Iel sangat yakin itu.

"Kak Iel!" panggil Via mengembalikan kesadaran Iel. Iel kembali menatap Via yang kini tengah menatapnya tajam.

"Bisa kita bicara berdua?" Kata Via tegas. Alvin yang duduk disampingnya menatap Via cemas. Via yang merasa ditatap oleh Suaminya langsung mengalihkan pandangannya pada Alvin dan tersenyum. Via mengangguk yakin untuk meyakinkan Alvin jika semuanya akan baik-baik saja. Alvin tak perlu khawatir.

Alvin menghela napasnya lalu mengangguk mengerti. Alvin beranjak dari duduknya dan mengalihkan pandangannya pada Nayra yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya.

"Nayra. Bisa lo ikut gue sebentar!" kata Alvin. Nayra langsung mendongakkan kepalanya menatap Alvin ragu. Perlahan Nayra mengalihkan pandangannya pada Iel, meminta persetujuan Iel. Iel menganggukkan kepalanya. Nayra kembali menatap Alvin lalu mengangguk. Setelah itu Alvin dan Nayra berlalu meninggalkan Iel dan Via diruang tamu.

Via menatap kepergian Alvin dan Nayra. Setelah memastikan mereka tak ada diruangan itu Via mengalihkan pandangannya menatap Iel. Via menghela napasnya pelan.

"Siapa gadis itu sebenarnya Kak?" tanya Via. Iel mendongakkan kepalanya menatap Via heran. 

"Dia buka Tunangan Kak Ielkan?" tanya Via lagi.

"Dia Tunangan gue." Jawab Iel singkat. Via tersenyum miring.

"Mulut lo bisa bohong Kak. Tapi mata lo nggak pernah bisa bohong. Lo mencintai Shilla. Itu yang mata lo katakan!" Skatmat. Ucapan Via barusan langsung menusuk hati Iel yang terdalam. Iel terdiam. Via menatap Iel prihatin.

"Gue emang yang paling nggak peka diantara sahabat-sahabat gue. Tapi sejak satu tahun yang lalu. Sejak gue menyesal karena gue nggak tau apa yang selama ini dirasakan oleh Shilla, gue jadi sadar kalo memahami orang itu sangat penting. Gue nggak mau menyesal lagi karena nggak bisa memahami orang-orang disekitar gue. Karena itu gue berusaha keras untuk belajar memahami orang. Dan gue rasa gue bisa tau apa yang mata Kak Iel ucapkan." Jelas Via.

"Kenapa? Kenapa Kakak ngelakuin ini ke Shilla? Apa Kakak mau ngetes Shilla? Kakak nggak percaya sama cinta dia ke Kakak?" Via menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya menahan airmatanya yang ingin meluncur.

"Kakak nggak perlu raguin itu. Shilla benar-benar mencintai Kakak. Dia selalu tersenyum bahagia setiap kami bertiga berkumpul dan membahas Kakak. Senyum tulus. Senyum yang penuh cinta." Via mendongakkan kepalanya menatap Iel yang masih terdiam.

"Bukan hal yang sulit untuk jatuh cinta pada gadis seperti Shilla. Selama satu tahun ini bahkan dia sudah menyakiti banyak hati, Kakak tau kenapa?" Iel menatap Via. Menunggu Via untuk melanjutkan ucapannya. Via tersenyum.

"Karena dia selalu yakin suatu saat nanti Kak Iel akan membalas cintanya. Akan merasakan cinta tulusnya. Dia selalu yakin akan hal itu. Gue dan Ify selalu maksa Shilla supaya dia membuka hatinya untuk laki-laki lain. Tapi sesering kami memaksanya sesering itu juga dia menolaknya. Dia bilang dia akan bertahan. Terus bertahan. Sampai Kak Iel bisa merasakan cintanya." Kini airmata turut menghiasi cerita Via. Via mengusap lembut airmatanya lalu menatap Iel sambil tersenyum.

"Jangan sampai Kak Iel menyesal suatu saat ini. Raihlah dia selagi dia masih ada dalam jangkauan Kakak!" Via tersenyum setelah mengucapkan kalimat itu. Berharap Iel akan mengerti apa maksud ucapannya itu. Dan berharap Iel akan mengubah keputusannya dan mengambil keputusan yang benar.

*****

Yak!! setelah ini akan kita lihat seperti apa Shilla berjuang agar Iel melihatnya dan bisa merasakan cintanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yak!! setelah ini akan kita lihat seperti apa Shilla berjuang agar Iel melihatnya dan bisa merasakan cintanya.

okkk. happy reading all!!! jangan lupa vote dan comment kalian tentunya.

LOVE GREET Seri 3 : Please Feel My Love #P.F.M.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang