PART VII (BAG.3)

2.5K 122 11
                                    

Shilla mengalihkan pandangannya menatap Tristan yang duduk dihadapannya dan sedang sibuk mengoreksi laporan tiap divisi Perusahaannya. Shilla memang menyuruh Tristan untuk melakukannya diruangan Shilla, agar Tristan tak perlu keluar masuk jika ada yang ingin dia tanyakan pada Shilla.

"Kontrak dengan Artha Company udah selesai Tris?" tanya Shilla mengenai kelanjutan pertemuannya dengan Artha Company beberapa hari yang lalu. Tristan mendongakkan kepalanya menatap Shilla lalu menganggukkan kepalanya pelan.

"Nanti akan saya kirim keemail Ibuk sebelum saya print." Jawab Tristan. Shilla menganggukkan kepalanya mengerti.

Hanya kisah ini takkan abadi.....

Dering ponsel Shilla yang ada diatas mejanya mengalihkan pandangannya dari Tristan.

Ify Bawel Calling.....

"Ya Fy ada apa?" tanya Shilla langsung setelah menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Kerumah sakitnya Kak Alvin sekarang! Via mau melahirkan." Kata Ify dari seberang sana dan langsung mematikan sambungan telponnya. Shilla mengerjapkan matanya bingung. Namun sedetik kemudian setelah berhasil mencerna ucapan Ify tadi dia langsung tersenyum. Tristan yang ada didepannya menautkan alisnya heran.

"Ibuk baik-baik aja?" tanya Tristan khawatir. Shilla menatap Tristan dengan tatapan berseri-seri.

"Via mau melahirkan!" pekik Shilla senang membuat Tristan sedikit terkejut karena pekikannya.

"Lo anterin gue kerumah sakit sekarang!" kata Shilla memberikan perintah pada Tristan lalu segera berdiri mengambil tas dan blazernya yang dia sampikan pada kepala kursi.

"Tapi Buk!" cegah Tristan sambil berdiri membuat Shilla langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Tristan dengan tatapan bertanya 'kenapa?'

"1 jam lagi kita ada rapat internal dengan Kepala Divisi Perusahaan Buk." Kata Tristan mengingatkan. Shilla mengerutkan keningnya berpikir.

"Kalo gitu lo ajha yang pimpin rapatnya! Gue akan naik taksi kerumah sakitnya." Kata Shilla memberikan jalan tengah. Shilla memang jarang membawa mobil kekantor. Dia lebih sering diantar sopirnya atau dijemput oleh Tristan.

Tristan langsung membereskan map-mapnya yang ada diatas meja Shilla.

"Kalo gitu saya akan mulai rapatnya setelah mengantar Ibuk." Kata Tristan dan segera berlalu mendahului Shilla untuk mengambil kunci mobil diruangannya. Shilla tersenyum melihat perhatian Tristan. Dia tau jika Tristan sangat peduli padanya. Dia tidak akan membiarkan Shilla naik taksi. Shilla lalu melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerjanya.

_____

Cakka sedang bereksperimen membuat resep baru. Kebetulan ini bukan jam makan siang dan SunShine tak begitu ramai. Jadi Cakka menggunakan waktunya dan juga dapurnya untuk bereksperimen. Terlihat juga disana Chef Adrian membantu Cakka dengan membuat saus yang sesuai dengan resep eksperimen milik Cakka.

Meskipun kepemimpinan SunShine Ristorante sudah diambil oleh Cakka yang kini juga bergelar Chef, namun kepala Chef disini tetaplah Chef Adrian. Cakka tak ingin mengubah itu.

"Chef Cakka ada telpon untuk anda." Kata seorang Asisten Chef perempuan yang sengaja Ify pekerjakan untuk menggantikan Agni sambil menyerahkan ponsel Cakka yang memang selalu Cakka titipkan pada gadis itu jika dia sedang beraksi didapur.

Cakka mendongakkan kepalanya lalu tersenyum pada Oik, Asisten Chef itu yang ada didepannya.

"Bisa tolong letakkan ditelingaku?" pinta Cakka sambil menunjukkan tangannya yang kotor karena sedari tadi dia berkutat dengan daging. Oik tersenyum malas sambil melangkahkan kakinya memasuki area dapur lalu berhenti tepat disamping Cakka dan meletakkan ponsel pemuda itu ditelinga kiri Cakka.

"Ya?" sapa Cakka pada orang diseberang sana.

"Kebiasaan lo Kka! Ponsel dititip-titipin orang." Semprot orang diseberang sana yang Cakka tau betul siapa pemilik suara itu. Cakka terkekeh mendengar omelan Kakak Iparnya itu.

"Apaan coba lo malah ngomel-ngomel gitu? Kangen ya sama gue?" bukannya minta maaf Cakka malah menggoda Ify. Terdengar dengusan kesal dari seberang sana.

"Kenapa?" pasti ada yang penting ni sampe Ify nelpon dia.

"Kerumah sakit Sindunata sekarang!" perintah Ify.

"Kenapa? Lo sakit? Minta gue jenguk?" tanya Cakka santai tanpa panik sedikitpun.

"Ada Kakak lo didepan gue! Mau ni gue aduin?" Cakka memanyunkan bibirnya meskipun tak bisa dilihat Ify mendengar ancaman Ify itu.

"Lo nggak asik ah Fy! Masak gitu doang diaduin sama Kak Rio." Rajuk Cakka.

"Lagian gue lagi serius juga." Kata Ify kesal.

"Jadi? Ada apa dirumah sakit?" tanya Cakka sebelum Ify benar-benar mengamuk padanya.

"Via mau melahirkan. Ini gue sama Kak Rio dan Bang Iel udah jalan kesana. Kita ketemu disana Oke! Nggak pake protes!" kata Ify lalu menutup sambungan telponnya secara sepihak. Cakka berdecak kesal dengan kelakuan Ify yang selalu seenaknya jika dengannya.

"Udah Ik." Kata Cakka memberikan instruksi agar Oik menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Thanks ya!" kata Cakka sambil mengerling. Oik berdecak kesal lalu meninggalkan Bosnya yang sangat genit itu menurutnya. Cakka terkekeh melihat Oik yang sepertinya kesal dengannya. Dia memang selalu senang menggoda orang lain. hati-hati ajha deh Kka jangan sampe senjata makan tuan nantinya. Hm.

_____

Ify langsung menutup sambungan telponnya begitu saja. Disaat seperti ini sungguh malas jika harus berdebat untuk hal-hal yang nggak penting dengan Cakka. Nggak akan ada habisnya yang jelas.

"Bikin ulah lagi tu anak?" tanya Rio yang memang sangat hafal hobi Adiknya yang selalu menggoda Istrinya. Awalnya memang Rio sempat cemburu, namun lama-kelamaan dia capek sendiri kalo harus cemburu dengan Adiknya.

Ify mendongakkan kepalanya menatap Rio dari kaca depan mobil mereka lalu menganggukkan kepalanya pelan. Iel yang duduk disamping kemudi hanya terkekeh pelan. Dia bahagia sekali jika melihat Adiknya kesal seperti itu. Ify yang mendengar kekehan Iel langsung menatap tajam Iel.

"Nggak usah ketawa! Aku lagi dalam mood buruk ni." Kata Ify kesal.

"Alah. Paling juga entar baikan kalo udah liat anaknya Alvin sama Via." Kata Iel santai. Ify langsung menyeringai bahagia membayangkan hal itu. Rio hanya geleng-geleng kepalanya melihat tingkah Istrinya yang selalu berubah-ubah.

O iya. Mereka hanya pergi bertiga. Baby Darren sengaja mereka tinggalkan pada Bi Imah karena takutnya nanti mereka akan lama dirumah sakit. Dan Ify selalu memeras ASInya sebelum meninggalkan Putranya. Jadi mereka tak perlu khawatir meskipun meninggalkan Baby Darren sedikit lebih lama. Sedangkan Nayra. Dia bilang ada yang ingin dilakukan jadi nggak bisa ikut. Padahal mereka sudah mengajaknya tadi.

"Agni jangan lupa kamu kabarin juga Dear!" kata Rio mengingatkan.

"Oh iya. Gue akan kirim email ke Agni." Kata Ify langsung menuliskan pesan email untuk sahabatnya yang berada nan jauh disana.

_____


LOVE GREET Seri 3 : Please Feel My Love #P.F.M.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang