PART XI (BAG.2)

2.7K 137 25
                                    

selamat malam readers..., hari ini Author lagi seneng ni..., jadi aku akan langsung post 3 part bagian ya biar part 11 kelar malam ini.., hehe 

Happy reading All!! jangan lupakan bintang kalian ya!! :*

_____


Shilla menatap langit malam dengan tatapan sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shilla menatap langit malam dengan tatapan sendu. Dia sedang galau sekarang. Ungkapan Nayra tadi entah mengapa terasa sangat mengganjal hatinya, namun ada sebuah kata yang entah mengapa membuatnya bisa sedikit tersenyum. Perjodohan.

"Jadi Kak Iel dijodohkan? Bukan karena dia mencintai Nayra?" gumam Shilla bertanya entah pada siapa.

"Non Shilla." Panggilan itu berhasil mengalihkan pandangan Shilla dari langit yang bertaburan bintang pada seorang wanita paruh baya yang sangat dikenalnya. Shilla tersenyum.

"Bi Imah." Ucap Shilla setelah melihat siapa orang yang memanggilnya itu.

"Ini saya bawakan coklat panas untuk Non Shilla." Kata Bi Imah sambil mengulurkan nampan berisi mug coklat panas itu. Mata Shilla langsung berseri melihatnya. Shilla mengambil mug itu lalu mencium aroma yang menguar dari mug itu.

"Umm. Harumnya. Shilla kangen banget sama hot chocolate buatan Bi Imah." Kata Shilla sambil tersenyum senang. Bi Imah ikut tersenyum melihat senyum itu.

"Bibi senang melihat Non Shilla datang kesini lagi. Sudah satu bulan sejak kepulangan Tuan Muda, Nona tak pernah kesini lagi." Shilla menundukkan kepalanya mendengar ucapan Bi Imah barusan. Ya. Selama satu tahun ini Shilla memang sering datang kerumah ini. Dia melakukannya jika dia sedang merindukan Iel. Dan Shilla mendapat ijin khusus dari Ify untuk keluar masuk rumah ini kapanpun dia mau. Dan satu bulan ini Shilla memang tak datang kesini. Bukan karena Iel sudah kembali. Namun karena masalah itu. Yang membuat Shilla sungkan untuk datang kesini. Tapi untuk malam ini biarkan Shilla egois. Dia sangat ingin disini.

"Kenapa lo suka banget disini?" tanya Iel saat lagi-lagi melihat Shilla yang berdiri diserambi atas paviliun rumahnya saat gadis itu datang kemari bersama kedua sahabatnya yang lain. Shilla mengalihkan pandangannya pada Iel lalu tersenyum dan kembali mengalihkan pandangannya kearah langit yang malam ini bertaburan bintang. Sahabat-sahabat mereka sedang ada dibawah untuk pesta barbeque.

"Bintang disini terlihat sangat indah." Kata Shilla sambil menatap bintang dilangit dengan tatapan memujanya. Iel terkekeh pelan melihat Shilla yang terlihat begitu memuja bintang-bintang diatas sana. Shilla yang mendengar kekehan Iel langsung mengalihkan pandangannya pada Iel dan menatapnya sebal.

"Semua bintang terlihat sama mau dilihat dari manapun Shilla. Bentuknya gitu ajha." Kata Iel santai sambil mengangkat kedua bahunya. Iel mengalihkan pandangannya pada Shilla dan tersenyum lembut.

Bintang disini terlihat indah karena pertama kali aku melihat bintang disini saat bersamamu Kak. Batin Shilla mengingat kenangan yang menjadi alasannya menyukai tempatnya berada disini sekarang. Shilla kembali mendongakkan kepalanya. Tapi Shilla bukan menatap bintang dilangit. Dia menatap kearah balkon kamar Iel. Ada Iel disana. Iel yang juga sedang menatapnya. Untuk beberapa saat mereka tenggelam dalam tatapan itu sampai...

"Nona Shilla." Panggil Bi Imah yang membuat Shilla langsung mengalihkan pandanganya pada wanita paruh baya yang kini sedang menatapnya cemas. Shilla mengerutkan keningnya menatap tatapan Bi Imah itu.

"Ada apa Bi?" tanya Shilla cemas. Bi Imah menundukkan kepalanya ragu untuk mengatakannya atau tidak pada Shilla.

"Katakan padaku apa yang terjadi Bi?" tanya Shilla.

"Sebenarnya ada yang ingin saya katakan Non." Kata Bi Imah ragu. Shilla tersenyum tipis.

"Katakan saja Bi! Nggak usah ragu." Kata Shilla tenang.

_____

"Beberapa hari yang lalu saat Tuan dan Nyonya ada disitu Nona Ify dan Tuan Muda Rio datang. Dan saat itu sepertinya sesuatu yang buruk telah terjadi Non." Shilla mengerutkan keningnya mendengar penuturan.

"Maksud Bibi?" tanya Shilla penasaran.

"Saya nggak tau pastinya Non. Saat itu saya melihat Nona Ify terlihat sangat marah setelah berbicara dengan Tuan Muda Gabriel. Nona Ify langsung menuju ruang keluarga dan mengacuhkan teriakan Tuan Muda yang memanggilnya. Sepertinya mereka bertengkar Non. Sejak Tuan Muda kembali juga Nona Ify tak pernah kesini. Padahal dulu sebelum Tuan Muda pergi Nona Ify nggak mau berpisah dari Kakaknya. Saya tidak tau apa yang terjadi Non. Tapi melihat Nona Ify yang murung benar-benar membuat saya sedih. Saya seperti melihat Nona Ify kecil Non. Saya tidak bisa melihatnya seperti itu lagi." Jelas Bi Imah sedih. Shilla hanya terdiam dan terus mendengarkan cerita yang dituturkan oleh Bi Imah.

"Karena itu saya mengatakannya pada Non Shilla." Lanjut Bi Imah yang membuat Shilla menatap Bi Imah yang kini tengah menatapnya penuh harap.

"Tolong bantu Nona Ify Non. Jangan biarkan Nona Ify sedih lagi."

Shilla menghela napasnya. Ucapan Bi Imah tadi sungguh membuatnya merasa bersalah. Dia merasa apa yang kini dialami dan dirasakan oleh Ify juga karenanya. Mungkin seharusnya dia mendengarkan kata-kata Ify.

"Mau sampe kapan lo kayak gini?" tanya Ify marah sambil menatap tajam Shilla yang duduk dibelakang meja kerjanya.

"Harus berapa kali sih Shil gue bilang? Berhenti melakukan apapun yang akan membuat lo terluka! Berhentilah mencintainya Shilla. Lo cantik. Banyak laki-laki yang jatuh cinta sama lo. Gue mau lo bahagia Shil! Dan Kakak gue nggak bisa bikin lo bahagia. Dia cuman bisa ngasih lo LUKA!" kata Ify marah yang menekankan kata luka agar Shilla mengerti dan bisa sadar bahwa selama ini dia sudah menyakiti dirinya sendiri. Sudah cukup dia melihat Shilla terluka karena ulah Kakaknya.

"Fy.. gue....."

"Lo apa? Lo nggak tau gimana cara melupakannya?" potong Ify yang langsung tepat sasaran.

"Shil! Bahagialah! Gue mohon." Kata Ify melembut sambil menatap Shilla penuh harap.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang Fy?" gumam Shilla lirih. Shilla mengalihkan pandangannya pada sebuah foto yang ada dinakas samping ranjang. Dia mengambil foto itu dan menatapnya sedih dan putus asa.

"Haruskah gue menyerah sekarang?"

_____


LOVE GREET Seri 3 : Please Feel My Love #P.F.M.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang