PART VIII. KHAWATIR (BAG.1)

2.8K 127 12
                                    

Sejak tadi mereka hanya terdiam didalam mobil tanpa ada yang membuka suaranya. Shilla bingung harus memulai dari mana. Kejadian dikamar rawat Via tadi benar-benar membuatnya malu. Terutama ucapan Cakka dan Via apalagi Ify yang menurutnya terlalu vulgar.

"Gue setuju tu Vi. Lagian siapa suruh nggak move on move on!" Sumpah demi apapun Shilla ingin membuang Cakka kelaut sekarang juga. Apa-apaan coba bawa-bawa move on segala? Mana yang dibicarain ada diruangan itu juga lagi. Shilla benar-benar ingin menghilang dari sana sekarang juga.

"Hah. Emang susah ya kalo udah terlanjur cinta." Kata Via yang terlalu mendramatisir. Benar-benar Drama Queen.

"Menurut lo cowok kayak apa yang harus kita kenalin ke Shilla Vi?" tanya Cakka. Mereka berdua malah sibuk membahas sesuatu yang seharusnya tak ditempatnya. Shilla hanya bisa memejamkan matanya menahan malu. Iel menundukkan kepalanya merasa jika Cakka dan Via sedang menyindirnya sekarang. Rio hanya geleng-geleng heran dengan kelakuan dua orang itu. Ify menahan dengan keras emosinya yang sebenarnya sudah ingin meledak.

"Emmm.., cowok yang kayak gimana ya?" tanya Via entah pada siapa sambil menatap langit-langit ruangan itu seolah berpikir.

"Cowok yang mencintai Shilla dan berani mengungkapkan perasaannya. Bukan cowok yang sebenarnya cinta sama Shilla tapi pengecut." Kata Ify tajam tak tahan mendengar pembicaraan Cakka dan Via yang menurutnya bertele-tele. Kalo memang ingin menyindir seseorang kenapa nggak langsung ajha? Ini Ify terlalu jujur banget sih.

Semua orang diruangan itu langsung mengalihkan pandangan mereka kearah Ify, termasuk Shilla. Mereka lantas sedikit melirik kearah Iel yang terlihat menegang mendengar ucapan Adiknya itu. Shilla menghela napasnya lelah melihat reaksi Iel yang seperti itu. Selalu saja hanya reaksi seperti itu.

_____

Sama dengan Shilla. Iel juga sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia mengemudi sambil mengingat apa yang membuatnya berakhir dalam suasana canggung ini dengan gadis yang kini duduk dikursi disampingnya mengemudi.

Setelah puas melihat Via dan juga bayinya mereka berlima serempak pamit karena ingin memberikan waktu pada Via dan bayinya untuk istirahat.

"Tunggu dulu!" kata Rio menginterupsi mereka semua untuk untuk berhenti. Dan langsung dipatuhi oleh keempat orang disana. Keempat orang itu langsung mengalihkan pandangan mereka menanti apapun yang akan Rio katakan.

"Kenapa Kak?" tanya Ify mewakili mereka.

"Lo tadi kesini dianter Tristankan Shil?" bukannya menjawab Ify, Rio malah bertanya kepada Shilla. Shilla mengerutkan keningnya bingung namun tetap menganggukkan kepalanya.

"Kalo gitu.. Iel." Rio langsung mengalihkan pandangannya pada Iel. Iel menaikkan satu alisnya dan menatap Rio seolah bertanya 'kenapa?'

"Lo bawa mobil gue dan anter Shilla pulang!" semua yang ada disana langsung menatap Rio tak percaya. Termasuk Ify yang tak tau apapun yang sedang direncanakan oleh Suaminya. Ify menatap Rio seolah bertanya 'apa maksud Kakak?' Rio hanya mengangguk meyakinkan Ify atas apa yang dilakukannya. Ify menghela napasnya tak ingin ikut campur apapun yang direncanakan Suaminya itu.

"Nggak usah Kak. Gue bisa pulang sendiri kok." Kata Shilla. Dia takut akan canggung jika hanya berdua dengan Iel nanti. Rio menatap Shilla lalu tersenyum.

"Nggak papa Shil! Lagian gue sama Ify mau bareng Cakka. Gue ada yang harus diomongin sama Cakka. Jadi lebih baik lo pulang sama Iel." Kata Rio meyakinkan. Cakka yang namanya disebut hanya menatap Kakaknya bingung. Tapi dia tak ingin ikut campur dengan masalah yang menurutnya terlalu rumit itu. Dengan ragu Iel mengambil kunci mobil yang diulurkan Rio padanya lalu menatap kunci itu yang kini berada digenggamannya.

_____

Sampai saat ini Ify masih memanyunkan bibirnya. Dia kesal dengan apa yang telah Suaminya lakukan tadi. Tanpa bicara apapun dengannya dan langsung memutuskan sesuatu semaunya. Ify membenci sikap Rio itu.

"Udah kali Fy manyunnya! Jadi jelek Kak Rio kabur baru tau rasa lo!" kata Cakka, benar-benar dia tak tahan jika tak menggoda Kakak Iparnya itu, apalagi jika melihat Ify yang sedang ngambek seperti itu. Sungguh menggemaskan. Ahh. Cakka sangat merindukan masa-masa SMAnya dulu bersama Ify.

Pletak!

"Nggak usah kemana-mana tu otak!" kata Rio tajam sambil menjitak kepala Adiknya dengan tak berperasaan. Dia tau apa yang sedang dipikirkan oleh Cakka sampai membuat Adiknya itu senyum-senyum sendiri.

"Sadis amat lo sama Adek sendiri!" kesal Cakka sambil mengusap kepalanya yang menjadi sasaran Rio. Rio berdecak tak habis pikir dengan sikap semaunya sendiri Adiknya itu. Rio lalu membalikkan badannya menatap Ify yang sepertinya memang benar-benar ngambek. Rio tersenyum lucu melihat Istrinya manyun-manyun seperti itu. Sungguh membuatnya ingin mengurung Istrinya itu dikamar mereka.

"Maaf Dear karena nggak bilang dulu sama kamu." Kata Rio tulus. Ify membuang mukanya menatap keluar jendela. Dia benar-benar marah dengan Rio sekarang. Dia tau marah dengan Suami itu dosa besar. Tapi tetap saja Ify marah.

"Maaf Dear." Kata Rio lagi. Berharap Istri mungilnya itu akan memaafkannya.

"Kita pulang ajha Kka! Gue mau ketemu Anak gue." Yap. Disaat seperti ini melihat Putranya adalah satu-satunya obat yang paling bisa meredakan amarahnya dan mendinginkan kepalanya yang panas.

"Kenapa lo marah sih Fy Iel nganterin Shilla? Bukannya waktu itu lo bilang lo pengen Shilla jadi Kakak Ipar lo?" tanya Cakka. Sebenarnya dia tak ingin ikut campur dengan perdebatan pasangan Suami Istri ini. Namun melihat Kakaknya yang begitu memelas membuatnya tak tega juga.

"Itu dulu sebelum dia kembali dari UK dan bawa perempuan lain yang dia bilang kalo perempuan itu Tunangannya." Jawab Ify tanpa menatap lawan bicaranya dan masih menatap keluar jendela.

"Tapi bukannya lo udah balikan sama Kak Iel?" tanya Cakka lagi. Ify menatap Cakka malas. Kenapa keponya Cakka diatas rata-rata sih?

"Baikan bukan berarti gue lupa apa yang udah dia lakuin." Jawab Ify tajam.

"Lagian ngapain sih lo nanya-nanya? Kepo!" kata Ify tajam lalu kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Cakka hanya meringis mendengar nada bicara Ify yang menurut sangat tajam setajam silet. Haha.

_____

LOVE GREET Seri 3 : Please Feel My Love #P.F.M.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang