8. Petak Umpet 3/4

1.3K 113 4
                                    

"Shima!" Umeka menjerit ketakutan ketika Shima menggelinding di tangga searah dengan hantu kucel yang sedang menyondongkan guntingnya.

CRAT

Gunting yang hantu itu pegang menusuk begitu dalam ke leher Shima, darahnya berceceran di mana-mana. Tubuh Shima sekarat, seperti ayam yang baru di sembelih. Gunting itu berhasil membuat luka yang begitu besar sampai tembus dari depan leher hingga ke tengkuk.

Mata Umeka terasa perih. Dia hanya bisa berjalan mundur sambil menutupi mulutnya, tidak percaya semua hal ini akan terjadi. Dia tidak tega melihat Shima yang begitu tersiksa.

Hantu itu tertawa keji sambil melepaskan guntingnya dari leher Shima, kemudian menusuk-nusukkannya ke punggung Shima hingga akhirnya, hantu itu mencongkel mata Shima.

"Aku sangat beruntung," kata hantu itu memandangi bola mata Shima yang tertusuk persis seperti sate di gunting.

Hantu itu melirik bengis ke arah Umeka. Anak berkaca mata itu menyadarinya. Dia segera berbalik arah kemudian berlari secepat yang ia bisa.

"Aku tidak mau mati di sini!" jerit Umeka dalam hati.

Kepala Umeka rasanya tidak keruan. Matanya berlinang air mata yang begitu deras. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal mereka baru saja ingin bersenang-senang.

***

Umeka terus berlari dan berlari tanpa mempedulikan apa yang ada di belakangnya. Dia mencoba keluar dari gedung sekolah. Tapi, entah mengapa itu, dia seperti tidak mengenali gedung sekolahnya sendiri. Berkali-kali ia tembus ke tempat yang sama.

"Kau harus fokus, Umeka!"

Derap langkah kakinya terdengar begitu jelas di lorong yang sepi nan gelap ini. Deru napasnya mulai tersendat-sendat. Dia memegangi perutnya yang terasa sengkil karena terlalu lama berlari.

Dia masuk ke dalam toilet wanita kemudian menghirup napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dia lega hantu itu tidak mengejarnya sampai sini.

Umeka duduk di kloset. Matanya memandang ke sekitar agar tetap dapat berhati-hati.

"Bagaimana ini?" ucapnya sambil menyeka keringat. "Renny dan Shima sudah tiada ... apa yang harus kulakukan?" Hati Umeka mulai gundah tidak keruan.

"Aku sama sekali tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Tiba-tiba saja hantu itu muncul dan menyerang kedua sahabatku," kata Umeka sambil terisak pelan. Dia melepas kaca matanya untuk menyeka air mata. "Ini tidak lucu."

"Memang ini bukan lelucon." Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari belakang tubuh Umeka membuatnya bergidik kengerian dan reflek menengok ke belakang.

Ketika ia menengok, didapatinya hantu itu mencoba menusuk Umeka dari belakang. Umeka spontan menjerit dan tidak sengaja menjatuhkan kaca matanya, kakinya melangkah namun sayang, kaca matanya malah menjadi korban pijakkan panik Umeka.

Perempuan itu terpaksa harus kabur lari tunggang langgang karena matanya rabun.

Dia berjalan menuruni tangga yang menghubungkan kantor kepala sekolah, dia terus berlari dan berlari tanpa mempedulikan jalan yang ia pijak dalam keadaan baik atau buruk.

Dan....

BRUK

Umeka menginjak lantai kayu yang sudah rapuh. Tubuhnya terhempas kuat ke tanah meninggalkan rasa sakit yang amat mendalam. Dia meringis kesakitan dan mencoba secepat mungkin bangkit kemudian melacak di mana ia sekarang berada.

Matanya yang rabun tidak bisa melihat detail di mana ia sekarang, tapi ia berusaha menebak ruangan ini.

Di pandangannya, ada beberapa kardus bekas yang sepertinya tidak berisi, botol-botol praktikum sains, kotak kayu besar dan beberapa perabotan yang ia tidak kenali.

Saat ia masih memandangi ruangan, dia melihat sebuah bayangan mendekat ke arahnya. Tanpa pikir panjang, itu pasti hantu yang tadi.

Dia sesegera mungkin berlari namun terlambat sudah, tangannya di tahan oleh hantu tersebut.

Hantu pembawa gunting itu menyeringai lebar, matanya mengeluarkan setitik air mengkilap yang menuruni pipi pucat pasinya.

"Kenapa?" tanya Umeka berdebar.

"Jangan pergi."

***

Yo~

Satu bagian lagi selesai. Tetep dukung, ya, dengan cara vote dan komentar.

Bagi yang masih penasaran, tetep pantengin terus sampai akhir. Nanti ada bonus part cerpen "Petak Umpet" ini lho ^^



SilakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang