17. Kamar Asrama Nomor 313

1.2K 91 37
                                    

"Kamu tahu nggak, kalau kamar asrama nomor 313 ini angker?"

"A-angker?" ucapku tak percaya dengan perkataan teman sekamarku yang satu ini, Rekumi.

Rekumi mengangguk menanggapi perkataanku. Dia menggerak-gerakkan kursi yang ia tumpangi. Sedangkan aku membekap bantal yang kupegang erat-erat. "Yukka mau dengar kisahnya?" tawar bocah penggemar horor itu.

Aku hanya mengangguk ketakutan. "Tapi ceritanya jangan diulang lagi, lho."

"Iya," kata Rekumi meyakinkan.

Aku menelan air ludahku yang tersimpan dalam mulutku banyak-banyak.

"Dahulu, sekitar enam tahun yang lalu ....

Kamar asrama nomor 313 mendadak menjadi angker setelah banyak murid yang mengeluhkan tidak ingin tinggal di kamar nomor 313 ini. Mereka yang tidak nyaman mengeluhkan sering mendengar jeritan orang kesakitan setiap tengah malam, beberapa dari mereka yang tidak beruntung dapat melihat seorang murid perempuan yang frustrasi mengunjungi kamar 313 kemudian melompat dari balkon, dan mati secara mengenaskan.

Kepala sekolah membenarkan kejadian ada muridnya yang bunuh diri itu. Diketahui, murid tersebut bernama Shire, seorang murid yang tiba-tiba menjadi gila tanpa diketahui sebabnya.

Shire diketahui menjerit-jerit kemudian menjambak rambut teman sekamarnya dan akhirnya ia melompat dari balkon setelah menceritakan hal yang selama ini mengganjal di dalam dirinya pada temannya tersebut.

Teman sekamarnya mengalami trauma hebat sehingga ia harus dibawa ke psikolog untuk mengontrol kejiwaaan temannya.

Setelah kejadian bunuh diri tersebut, kamar ini tidak ada yang menggunakan selama satu tahun pelajaran karena kepala sekolah melarangnya. Tahun ajaran berikutnya, kamar ini kembali dibuka, namun, tidak ada satu murid pun yang berkenan tinggal sampai akhir semester di kamar asrama nomor 313, mungkin hanya bertahan sampai dua minggu.

Dan akhirnya kita yang menempati kamar ini, Yukka," ucap Rekumi mengakhiri ceritanya.

Kakiku bergetar ketakutan, pasalnya sekarang kami memang ada di kamar tersebut. Kalau tiba-tiba saja aku yang lihat bagaimana? "Re-Rekumi, aku takut."

Rekumi tertawa renyah. "Tidak apa-apa lah, Yukka. Kalau memang cerita itu nyata, aku pasti sangat beruntung kalau hantu Shire keluar menampakkan dirinya!" seru Rekumi tanpa rasa takut sedikit pun. Rekumi beranjak dari tempat duduknya. "Oh ya, Yukka, aku ada Persami malam ini, sayang sekali, ya, kamu nggak ikut ekskul Pramuka, sih."

"Trus?" tanyaku.

"Ya, mau bagaimana lagi, aku harus ikut kemah dan kau akan tidur sendirian malam ini," jawab Rekumi cepat.

Aku menggandeng tangan Rekumi. "Jangan tinggalkan aku sendirian dong, Rekumi. Please," pintaku.

Rekumi tertawa. "Mana bisa, kalau aku tidak ikut kemah, nanti aku dikeluarkan dari Pramuka."

Aku menunduk. "Begitu, ya? Ya sudah lah, Rekumi pergi saja, tidak apa-apa kok."

***

Sudah dua jam setelah Rekumi pergi, tidak ada hal yang ganjil terjadi di kamar ini. Aku berkali-kali berusaha untuk terpejam, namun selalu gagal, dan akhirnya aku menatap balkon lagi.

PATS!

Tiba-tiba lampu kamarku mati, ah tidak hanya lampu kamar, cas ponselku juga mati, kipas angin juga. Listrik padam?

Aku yang ketakutan segera berlari meraih knop pintu untuk menanyai penghuni kamar sebelah. Namun, ketika aku membuka pintu kamarku, aku lihat bahwa lampu koridor kamar asrama hidup, tetapi kenapa kamarku mati?

Aku tidak bisa berpikir panjang dan langsung menutup kembali pintu kamarku sebelum ada petugas yang berkeliling, karena ini sudah jam sebelas malam dan aku belum tidur, bisa-bisa aku akan masuk ruang kepala sekolah kalau ketahuan.

Dengan cepat, aku meraih lilin yang tergeletak di kabinet milik Rekumi, biasanya ia memakai lilin ini untuk memanggil hantu. Aku tidak percaya.

Setelah aku menghidupkan lilin tersebut, mataku mulai diserang rasa kantuk yang amat membuatku ingin memeluk guling. Aku segera naik ke ranjang dan menarik selimut untuk tidur nyenyak. Namun ....

Sepasang kaki melewati cahaya lilin yang temaram, aku dengan jelas melihat sepasang kaki tersebut.

"Rekumi?" panggilku sambil mengerjapkan mata. "Sudah pulang? Cepat sekali? Atau kemahnya dibatalkan?" tanyaku.

Namun sosok yang kukira sebagai Rekumi tersebut tidak menyahut pertanyaanku sedikit pun. Ia melangkah mendekati balkon. Karena penasaran, aku mendekati orang tersebut.

Tetapi, sebelum aku sempat menanyai, sosok tersebut berbalik ke arahku dan seketika menjambak rambutku.

Yang tidak salah lagi adalah hantu Shire. Kepalanya hancur dengan darah yang masih menetes, matanya mengucurkan air mata darah, ia menjerit tidak jelas tepat di depan mukaku.

"Lepaskan aku!" aku meronta karena jambakkan Shire begitu kuat.

Shire menghempaskan tubuhku sampai terbentur ke tembok. Rasa nyeri langsung memenuhi sekujur tubuhku, rasa takut menyelimuti diriku.

Shire mendekat ke arahku sambil menggumamkan sesuatu yang tidak dapat aku mengerti. Kemudian ia berbalik arah, melangkah kembali ke arah balkon. Aku segera berlari mendekatinya.

"Shire! Apa yang kau akan lakukan?!" tanyaku spontan ketika Shire naik ke pembatas balkon.

"Mengakhiri hidupku," jawab Shire sambil melompat dari tempat ia berdiri.

Aku melihat tubuh Shire hancur bekeping-keping di tanah sana, kamar ini berada di lantai lima, wajar saja itu bisa terjadi.

Aku yang tidak tahan melihat peristiwa itu menjerit ketakutan, kemudian datanglah beberapa orang memasuki kamarku dengan tampang heran.

"Pergi kalian! Jangan sentuh aku! Pergi!"

***

XD

Itu aja, dah. Wkwkwkwk, sebenarnya apa, sih yang membuat Shire bisa bunuh diri dan kenapa sifat Yukka tiba-tiba seperti itu setelah melihat Shire melompat dari balkon?


SilakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang