21. Rambut Rontok 1/3

1K 106 13
                                    

Aku adalah seorang wanita karier berumur 20 tahun, aku bekerja di salah satu penerbitan buku yang cukup sibuk, setiap pekan pasti datang dua sampai sepuluh naskah novel dari para penulis yang ceritanya ingin diterbitkan, ini membuatku sebagai salah satu editor kewalahan mengecek satu persatu naskah yang masuk, sehingga aku tidak punya banyak waktu untuk jalan-jalan keluar.

Musim panas ini, kantor diliburkan selama dua pekan, semua karyawan merasa sangat senang karena jarang-jarang direktur meliburkan walau sehari.

Aku, dan beberapa editor yang sebaya denganku bingung akan jalan-jalan ke mana.

"Aku tidak punya tempat rekomendasi," ucapku kepada dua orang di hadapanku.

"Bagaimana kalau kita pergi ke pantai?" ujar wanita yang seumuran denganku, berambut bob hitam yang begitu rapi, namanya Meyumi.

"Meyumi, itu terlalu pasaran," komentar laki-laki yang setahun lebih tua dariku, Hachiro.

"Yah, benar juga," sahutku. "Apa ada yang punya ide bagus?" tanyaku.

Hachiro merenung, sejenak suasana kantor menjadi hening dan sedikit dingin, padahal di luar begitu panas. "Ah!" seru laki-laki itu tiba-tiba membuatku hampir jantungan. "Aku dengar, ada sekolah yang ditutup di daerah ini."

"Jangan bilang kau akan mengajak kami ke sana, Hachiro?" tebak Meyumi.

"Shiro, bukankah kau suka cerita-cerita horor?" tanya Hachiro yang sepertinya melencengkan topik pembicaraan.

Aku yang tidak tahu apa-apa dan tanda tanya memenuhi setiap sudut pikiranku hanya mengangguk memberi jawaban kepada laki-laki yang berkerja di bagian editor alur cerita.

"Bagus lah!"

"Memangnya ada apa?" tanyaku kebingungan.

"Kau tidak tahu? Sekolah itu ditutup karena ada hantu yang suka membunuh para siswa di sana," jelas Meyumi sambil duduk di atas meja kerjaku.

Aku menepuk jidatku karena aku hampir saja melupakan cerita tersebut. "Ah, aku ingat," sahutku. "Dan kau seharusnya tidak duduk di atas meja kerjaku, Meyumi," lanjutku.

"Maaf," ucap Meyumi tapi ia tidak segera beranjak dari tempat duduknya.

"Kita akan membuktikan cerita itu saat ini juga!" seru Hachiro berapi-api.

"Ide yang bagus karena aku sedang tidak ada ide untuk menulis cerita horor di blogku," kataku memberi persetujuan atas pernyataan Hachiro.

Singkatnya, kami bertiga sepakat untuk pergi ke sekolah angker tersebut. Kami menyukai hal-hal yang menegangkan seperti berburu hantu. Kami juga maniak cerita horor, sekaligus penulis serta editor cerita horor.

Malam ini, aku pergi ke daerah sekolah angker tersebut naik kereta bersama Hachiro karena motorku sedang diperbaiki, dan kebetulan Hachiro sedang ingin pergi naik kereta.

Bagiku ini kesempatan emas, karena aku menyukai Hachiro! Ah, tidak-tidak, sekarang bukan saatnya aku memikirkan hal tersebut.

Tapi-tapi, Hachiro duduk tepat di sampingku, itu membuat jantungku berdegup tidak karuan, dia berhasil membuat pipiku memerah, dan tidak berani menatapnya.

Sedangkan Meyumi pergi sendiri naik motornya karena rumahnya yang tidak jauh dari lokasi yang akan kami datangi.

"Ha-Hachiro ...," panggilku gugup.

"Hm?" sahutnya sambil menatapku dengan mantap.

Ugh, senyum dan tatapannya membuatku meleleh. "A-aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kataku.

"Wah, jarang-jarang sekali kalau kita akan mengobrol berdua seperti ini. Apa yang ingin kau katakan?"

Aku harus mengungkap rasa sukaku kepadanya sebelum ada perempuan lain yang mengambil Hachiro! Kuatkan dirimu, Shiro! "Se-sebenarnya a-aku ...," ucapku terbata-bata.

Hachiro merangkul pundakku. Aw! Itu membuatku semakin gugup, seharusnya ia lebih peka dengan keadaanku. "Katakan saja! Bukankah kita sudah kenal lama?"

"I-iya, sih," kataku. "Jadi, um se-sebenarnya ... a-aku itu ... me-menyu--"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, ternyata kereta sudah sampai.

"Kereta sudah sampai di stasiun Sakurayami City, mohon kepada para penumpang turun dengan tertib."

***

Ternyata Meyumi sudah menunggu cukup lama di depan gerbang sekolah tersebut. Saat aku hendak membalas sapanya, aku mengurungkan niatku karena aku melihat sesuatu yang janggal berdiri di belakang Meyumi sedang memainkan rambut Meyumi.

Aku menghentikan langkahku dan memfokuskan pandanganku kepada bayangan tersebut dengan tatapan kosong.

"Shiro?"

Itu mengerikan.

***

Cerita bersambung lagi XD

Karena aku nggak kuat natap layar lama-lama lebih dari satu jam, dan aku perlu dua jam buat nulis 1000 lebih word. Dan part ini cuma 500+ word, kalau aku nekad sampe dua jam, bisa-bisa minusku tambah parah.

Yang penting, jangan lupa ketuk tanda bintang itu :v

Eh, itu aku pake nama Shiro bukan berarti kisah nyata, itu aku lagi nggak ada ide nama makanya pake namaku sendiri XD



SilakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang