11. Tertawa Berdua atau Bertiga?

1.6K 105 12
                                    

Kembali dari hiatus ala-ala :V Sumvah, nggak enak hiatus lama-lama, Shiro jadi kangen sama cerita Shiro :'3. Neh, fresh dari kulkas, eh :V

***

Sekitar pukul tujuh temanku datang ke kediamanku sesuai dengan janji yang telah ia buat sendiri. Namanya Pasya, cewek kelas sembilan SMP. Kami adalah sahabat sejati sejak kecil, dari TK, SD, sampai SMP kami berada di sekolah yang sama. Sayangnya, SMP ini kami di kelas yang berbeda jadi seperti ada jarak yang membatasi kami.

Sebenarnya masih bisa kami saling berkomunikasi di sekolah, hanya saja, jarak antara kelasku dengan kelas Pasya sangatlah jauh. Aku di kelas 9A dia di kelas 9F. Jauh sekali bukan?

"Eh, Tari, kamu udah maju senam ritmik belum?" tanya Tasya sambil memainkan ponselnya.

Aku membuka buku LKS Bahasa Lampung yang kugenggam. "Belum, habis kemarin Selasa ada sedikit masalah, jadi, kemarin belum sempet maju. Kayanya Selasa depan," jawabku.

Dia menghidupkan musik yang ada di ponselnya. "Ajarin buat gerakannya, dong. Kemarin aku lihat kamu latihan sama kelompokmu keren banget, apalagi yang pas lagu Worth It, itu keren banget," pintanya.

"Males amat, ya," jawabku enteng. "Ya kamu buatlah sama anggota kelompokmu yang lain," ujarku.

"Pake lagu Cinta Satu Malam keren nggak, ya?"

"Tergantung," sahutku. "Kalau gerakannya semangat terus energik ya keren lah."

"Males banget. Aku jadi pusing sendiri," keluh Pasya. "Beli jajan, yok?" tawarnya.

Aku berpikir sejenak. "Iya, nih. Aku juga lagi pengen beli jajan. Tapi nggak yakin bakal boleh minta uang sama emak," aku tertawa.

"Ya udah, aku mau pulang dulu mau ambil uang sekalian balikin handphone," kata Pasya seraya beranjak pergi dari teras rumahku.

***

Seusai sesi goreng menggoreng nuget selesai, aku dan sahabat sejatiku tersebut kembali ke rumahku untuk makan cemilan bersama. Mungkin akan diselingi beberapa guyonan yang akan mengocok perut kami. Ya, bisa dibilang kami punya selera humor yang cukup tinggi.

Tapi, tiba-tiba saja Pasya membicarakan sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri kaku. "Tari! Tari!" panggilnya sedikit berbisik.

"Apa?"

"Itu tuh, kamu lihat, nggak?" kata Pasya seraya menunjuk sesuatu di atas pagar rumah tetanggaku.

Di mataku, hanya terlihat sebuah bayangan pohon, dan pagar yang tampak sangat gelap. "Apa lho?" tanyaku sedikit takut.

"Di pagar rumah itu seperti ada kepala duduk kan, ya?"

Aku membelalak lalu membeku sejenak. "Halah, apa, lho?" Aku terus mengamati daerah yang ditunjuk Pasya.

"Itu, lho. Itu!" serunya sedikit marah karena aku sama sekali tidak tahu.

Aku melihat seperti batu yang 'duduk' di atas pagar rumah yang ditunjuk temanku. Bulu kudukku meremang dan memang aku takut tapi aku mencoba menepis semua rasa takutku itu. "Lah, cuma bayangan batu. Palanya siapa juga di situ. Dah lah, yok ke rumah."

***

"Hahahaha," aku tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Pasya.

"Bisa bayangin nggak kalo Mang Anto badannya roti sobek?" komentarnya.

"Buahahaha, aneh amat, ya. Amit-amit gih," sahutku sambil menahan tawa.

"Kamu pilih Bani atau Mang Anto?" tanyanya.

"Aku pilih atau," jawabku.

Tawa kami pecah seiring berjalannya waktu, hari semakin gelap, dan suasana makin dingin mencekam. Tapi kami tidak mempedulikan hal itu. Kami terus saja membuat lelucon yang benar-benar tidak masuk akal.

"Hahahahaha," aku tertawa sumbang. Suaraku yang bak kaleng rombeng menggelegar.

"Khuhahahah. Pfft," suara Pasya yang manis itu juga tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang rapi dan putih bersih.

"Hihihihi," entah siapa itu.

"Eh, kok nggak enak, ya? Aku pulang dulu, deh. Dah malam. Da Tari!" ucap Pasya tiba-tiba membuatku sedikit tidak nyaman.

"Hihihihi."

***

Yo!

Belum minta izin ke Pasya namanya boleh dimasukin sini atau nggak. Heheh XD Nggak papalah pake aja, kan Pasya baek. :P

Ini ceritanya yang ketawa tiga orang itu saya buat-buat //digampar. Tapi kalau yang Pasya datang, beli jajan, liat kepala duduk di atas pagar itu beneran. Ini cerita based on tru setori ditambahin bumbu sedikit :v

Kalau yang Pasya bilang lihat kepala duduk itu Shiro beneran takut T^T Merinding, soalnya emang kaya kepala duduk, sih. Lagian, rumah tetangga Shiro ntuh gelep banget.

Ini diambil pada malam Kamis, 23-11-2016.

BTW, Mang Anto itu orang sedikit gila, trus Bani itu temen sekelas Shiro yang nggak ada kaitannya sama sekali.


SilakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang