18. Dengung

1K 125 27
                                    

"Shire, kamu nggak kenapa-kenapa kan? Telingamu sakit?" tanya sahabat Shire yang bernama Mirai. Dirinya diselimuti rasa khawatir karena mendapati Shire, temannya tersebut menutup kuping, menyumbatnya dengan kain atau sesekali membenturkan kepalanya sendiri ke tembok.

"Nggak papa, Mir," Shire meyakinkan. Ia kembali membenturkan kembali kepalanya ke dinding yang berdiri di sampingnya.

Mirai segera menahan kegiatan membahayakan Shire tersebut. "Stop, Shire," Mirai menggenggam tangan temannya tersebut erat-erat. "Bilang aja ada apa. Jujur aja ke aku, aku, kan temanmu," pinta Mirai.

Shire menggeleng pelan.

"Kalau perlu kita ke UKS," ujar Mirai.

"Mirai," panggil Shire perlahan, membuat Mirai menampakkan tampang penuh tanda tanya. "Oke, aku jujur ke kamu. Sebenarnya, dari seminggu yang lalu, telingaku sering dengar bunyi dengungan aneh," jelas Shire.

"Dengungan?"

Shire mengangguk menanggapi ucapan lawan bicaranya. "Iya. Aku selalu berusaha menutupi suara itu dengan cara menyumbat telingaku dengan kain, tetapi itu tidak berhasil, suara dengungan itu ternyata dari dalam telingaku sendiri," katanya.

"Wah, aneh sekali," ucap Mirai tidak percaya. "Kalau begitu, kenapa kau sampai membenturkan kepalamu ke dinding?"

"Setiap kali suara dengungan itu datang, selalu saja membuat kepalaku gatal, dalam arti gatalnya berasa di dalam. Kemudian akan terdengar samar-samar suara seorang wanita minta tolong dengan nada serak. Itu membuatku ingin membenturkan kepalaku, Mirai."

Lawan bicara Shire merenung sejenak memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak mengerti mengapa hal ganjil seperti itu dapat terjadi. Apa ada seperti 'seseorang' yang bersarang di otak Shire? Tidak. Tidak mungkin, itu tidak masuk akal sekali.

"Apa itu berkaitan dengan hantu? Semacamnya?" ungkap Mirai.

"Mungkin," sahut Shire. "Dan yang aneh lagi, Mirai, rasanya roh dalam tubuhku itu memaksa seperti ingin keluar," lanjutnya.

Mirai kembali merenung untuk kesekian kalinya. Ia tersenyum kemudian menepuk pundak Shire, memberinya rasa dukungan yang mendalam agar Shire tidak terlalu memikirkan hal tersebut. "Yang terpenting, kau sekarang harus menguatkan diri, kemudian anggap suara dengung itu tidak ada. Mudah, kan?"

Shire menghela napas sambil melepaskan tangan Mirai dari pundaknya. "Mengucapkan memang mudah, Mirai. Andai kau jadi aku, mungkin kau sudah bunuh diri," ucap Shire tiba-tiba lalu beranjak berdiri dari posisi duduknya.

"Shire, kau juga harus optimis," Mirai meyakinkan.

"Sudahlah Mirai. Sepertinya memang ada yang menginginkan tubuhku. Lebih baik aku akhiri saja hidupku daripada aku sengsara seperti ini."

Mirai menggeleng kuat. "Jaga omonganmu, Shire," tegurnya. Mirai dengan cepat meyakinkan Shire untuk tidak bunuh diri. Ia memeluk hangat tubuh Shire sambil terisak pelan.

"Lepaskan aku, Mirai," pinta Shire pelan.

"Tidak akan."

"Lepaskan."

"Tidak."

"Kau membuatku memaksa, ya?" gumam Shire pelan. Lalu ia mencekik leher Mirai yang sedang memeluknya tiba-tiba. Mirai tentu saja memberontak tanpa bisa berucap sepatah kata pun. "Biarkan aku melakukan hal yang ingin kulakukan."

Shire menjambak rambut mirai dengan kuat, kemudian menghempaskan tubuh teman sekamarnya tersebut ke salah satu sisi kamar hingga menghasilkan suara yang lumayan besar.

"Shire ...," panggil Mirai pelan.

"Terima kasih sudah menemaniku, Mirai. Kau baik sekali," puji Shire sambil melangkah perlahan ke balkon, lalu ia menaikki pembatas yang ada di sana.

"Shire!" Mirai menjerit ketika Shire membiarkan tubuhnya jatuh ke bawah tertarik gravitasi.

Mirai yang merasa tak tahan melihat pemandangan itu hanya bisa menangis dalam diam. Tubuh Shire hancur tidak keruan. Di saat ia memandangi jenazah temannya, sesuatu seperti bayangan melintas sekilas dalam pengelihatannya kemudian ia mendengar suara dengung yang begitu menggangu.

"Jangan!" teriak Mirai.

Kemudian beberapa orang masuk ke kamar asrama nomor 313 tersebut karena merasa ada hal yang tidak beres.

"Jangan dekati aku!"

***

Yo? Ada yang masih tidak mengerti? ._.

Ada? Mungkin karena cerita ini hanya aku yang mengerti, muehehehe :3 Yang belum mengerti sila berpikir lebih mendalam dan temukan jawabannya karena cerita ini penuh dengan teka-teki.

Jangan lupa ketuk gambar bintang yo~ :3





SilakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang