P l u t o Z ∅ n e
Vio dan Dito melangkahkan kaki menuju ruangan dimana Navhira terbaring koma. Sedari tadi Vio hanya terdiam, mengikuti langkah kaki cowok itu dengan beribu pertanyaan yang berkecamuk di otaknya.
Vio penasaran, tapi hatinya merasa was-was saat ingin bertanya sesuatu. Ia memilih diam dan menunggu penjelasan dari Dito.
Rasanya terlalu cepat.
Melanggar batas privasi seseorang bukan hal yang Vio inginkan. Dirinya dan Dito bahkan hanya teman. sebatas formalitas. Tidak lebih dan kurang.
Vio rasa ini salah.
Dan Vio menghentikkan langkah kakinya.
"Dit, gue bahkan gatau apa tujuan kita kesini. Lo bahkan bukan temen-- um.. bukan temen deket gue." Vio menghela nafas sejenak.
"Gue mending balik aja."
Dito mengusap wajahnya dengan kasar. Seolah hatinya tercubit dengan perkataan gadis dihadapannya.
Nyatanya, Dito ngga berhak untuk melibatkan Vio. Perkataan Vio tadi sudah cukup membuat dirinya mengerti.
"Sorry, kalo menurut lo ini kurang ajar. Yaudah ayok balik. Anak kecil ngga boleh pulang malem-malem." Dito mendorong pelan dahi Vio sebelum dirinya berjalan mendahului gadis itu.
Vio cemberut.
P l u t o Z ∅ n e
Hari beranjak malam, matahari mulai terbenam menyisakan semburat jingga di atas sana.
Lalu lalang kendaraan masih menghias jalanan kota, ditambah lampu penerangan yang berada di sisi jalan. Memberi kesan tersendiri saat hanyut memandanginya.
Selepas dari rumah sakit yang entah apa tujuannya, Vio meminta Dito mengantarnya pulang. Sebagai tanggung jawab telah membawanya hingga sore begini. Kalau orang tuanya tau, Vio akan habis kena sembur Mamanya yang sangat perfeksonis soal waktu.
Lambat laun motor yang dikendarai Dito berhenti. Tepat di depan sebuah rumah bercat abu-abu dengan nuansa minimalis.
Keduanya turun dari motor, lalu melangkah bersamaan menuju pintu rumah Vio sebelum akhirnya mengetuk pintu dan mengucap salam.
"Assalamualai--"
Ceklek
"Ya Allah kak, Kamu tuh anak cewek susah banget dibilanginnya, apa kata tetangga jam segini baru pulang." Vio sudah menduga, Mamanya memang terlalu melebih-lebihkan sesuatu. Membuat Vio meringis.
Vio melirik Dito ganas. Seolah tersadar, Dito segera mengulurkan tangannya sopan ke arah perempuan paruh baya dihadapannya.
"Ehh...." Mama Vio mengerjap. Seolah tersadar ada makhluk lain di sebelah anaknya.
"Assalamualaikum tante, maaf Vio jadi pulang telat. Tadi mampir makan dulu, kasian anak tante keburu laper," Jawab Dito sopan dengan senyum ramah yang tercetak di bibirnya.
Jawaban Dito membuat Vio melolot. Apa-apaan? Makan dari mana? Jelas-jelas Dito membawa gadis itu ke kostnya lalu ke rumah sakit dan langsung pulang. Tidak ada acara makan apapun seperti yang cowok itu bilang tadi.
Vio benar-benar ingin mencabik Cowok di sebelahnya.
"Oalah, tante kira Vio kelayapan. Ayo ayo masuk dulu," Jawab Mama Vio sumringah.
Dasar cari muka.
***
Vio bete setengah mati. Pasalnya, Dito sekarang duduk dengan santai di depan TV sambil memakan stok cemilan miliknya.
Parahnya lagi, Mamanya sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran cowok itu di rumahnya yang dengan leluasa menyabotase remote TV sekaligus makanan di kulkas.Haknya sebagai anak seolah direnggut dengan kehadiran makhluk itu. Membuat Vio ingin menyiramkan air dingin di kepala Dito dan mengusirnya pulang.
"Geser!"
"Misi kek orang tuh."
"Lo pikir ini rumah emak lo! Minggat sono lo!" Vio tidak bisa lagi menahan makiannya.
Tiba-tiba saja Mama Vio datang, entah dari mana.
"Mama apaan sih, suruh aja dia pulang. Malem-malem begini ngelayap kerumah orang," ucap Vio misuh-misuh.
"Yah, saya diusir nih tante. Kalo gitu saya pamit deh." Dito hendak bangkit, membuat Vio bernafas lega.
"Aduh, si Vio emang suka kelewatan. Hati-hati ya Dit jangan ngebut-ngebut," Ucap Mama Vio setelah mengantar Dito ke pekarangan rumah.
Dito mengangguk dan tersenyum sopan.
"Siap tante, makasih banyak tan." Dito menstater motornya dan melaju meninggalkan rumah Vio.
"Ish, Mama apaan sih gausah baikin orang kaya gitu Mah, ngelunjak." Vio melahap brondong jagungnya ganas.
"Hih, kamu tuh ya jangan sok jual mahal gitu. Lagian dia baik, Mama suka."
"Ya Allah Mama inget Papa Ma, Astagfirullah
...""Kamu tuh apaan sih, mending kamu belajar yag rajin biat cepet lulus, biar nanti Mama nikahin kamu sama Dito." Mamanya tertawa dan menatap jail anaknya.
"Ish Mama, ogah sama dia. Merusak keturunan tau!"
Mendengar itu, Mamanya hanya menggeleng dan tertawa pelan.
P l u t o Z ∅ n e
Part ini sengaja dibuat ringan~ belum terlalu fokus ke konflik, tapi part ini bakal penting buat part-part kedepannya.
Makasih buat yang udah ga jadi silent reader dan ngasi masukan-masukan:)
Semoga suka~
Arigatou♥♥♥
[Mutia]

YOU ARE READING
Pluto Zone
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] ••• Anindhia Violetta, hampir setiap hari berurusan dengan Fadito Raharja. Kedekatan yang terjalin hanya sebagai topeng kekesalannya pada cowok itu. Vio yang acuh, Dito yang nyebelin. Ini bukan hanya menjadi kisah mereka saat...