P l u t o Z ∅ n e
Vio baru saja ingin menduduki bangkunya saat sang ketua kelas memasuki kelas dan mengatakan bahwa Bu Heni, guru pelajaran PKN, berhalangan mengajar dikarenakan mengikuti rapat kedinasan di Bandung. Sontak saja, hal itu membuat seluruh penghuni kelas bersorak senang. Saking senangnya, Herta si biang rusuh kelas, loncat ke atas kursi dan mengacungkan dasi yang ia lepas dari seragamnya tinggi-tinggi dan memutar benda tersebut di udara.
Vio bahkan langsung tertawa girang dan duduk ke tempatnya. Beberapa temannya terlihat ngacir ke kantin. Sedangkan Herta mulai bergabung dengan geng rusuh lainnya menyabotase proyektor kelas untuk bermain game.
Vio melirik ke arah tempat Dito duduk. Cowok itu terlihat berjalan ke luar kelas dengan dengan cengiran lebar di wajahnya. Ternyata anak kelas sebelah, yang Vio ketahui bernama Yugho dan Beno sudah berdiri di daun pintu. Mereka sempat beradu highfive sebelum akhirnya meninggalkan kelas tanpa tersadar Vio tengah memperhatikan mereka.
"Heh, lo bengong ya!" Sebuah suara mengagetkan Vio, Ia segera menengok dan mendapati Naya tengah berdiri di dekat mejanya sambil membawa setumpuk kartu uno. Kartu itu milik kelas mereka yang dibeli dari uang kas. Sangat berguna disaat jam kosong seperti ini. Biasanya anak cewek yang dominan bermain kartu itu. Anak cowok lebih memilih bermain game atau ngacir ke luar kelas.
Vio ngga menyahut. Naya buru-buru melanjutkan.
"Ikut ga nih?" Tanya Naya sambil menyodorkan kartu yang berada di tangannya.
Vio sempat menimbang sebelum akhirnya menggeleng pelan.
"Bosen ah njir,"
"Dih, yaudah kalo gamau. Sans bangg..." Naya meninggalkan Vio dan berjalan ke depan kelas, lalu duduk di lantai dengan membentuk lingkaran bersama beberapa anak cewek lainnya.
Vio menghela nafas. Lalu diambilnya handphone yang ia letakkan di saku seragamnya. Gadis itu sempat teringat Line Play yang sudah lama tak pernah ia mainkan sejak hari pertama ia mendownloadnya. Lagipula Naya juga sudah ngga pernah membahas game itu lagi. Entahlah, Vio ngga mau ambil pusing. Kuotanya sudah menipis untuk sekedar memainkan game itu.
Alih-alih memikirkan Line Play, Vio justru membuka aplikasi Line, kebiasaannya dikala bosan.
Yang Vio lakukan hanya scrolling, scrolling, dan scrolling timelinenya. Jika tahu akan ada jam kosong seperti ini, Vio pasti memilih untuk membawa novel yang baru dibelinya beberapa waktu lalu. Hitung-hitung membunuh waktu. Daripada tidak ada kerjaan seperti ini.
Entah sudah keberapa kali ponselnya bergetar, dan entah sudah keberapa kali pula Vio mendengus karna pesan yang masuk hanyalah broadcast message dari online shop ataupun official account fandomnya.
Namun, sebelum jari gadis itu menekan tombol panah di pojok kanan ponselnya, sebuah notifikasi muncul. Kali ini bukan dari official account. Dan itu adalah kebetulan yang menyenangkan bagi Vio.
Raihan : hoyy
Raihan : tau gak, gue bolos hari iniMeskipun belum lama mengenal Raihan. Vio yakin, Raihan adalah tipikal cowok yang ramah dan tidak membosankan. Terlihat dari bagaimana cowok itu memulai topik pembicaraan dan Vio beruntung menemukan orang semacam Raihan. Lewat sosial media pula.
Ini pertama kalinya bagi Vio, sangat bertolak belakang dengan Naya yang memang mudah akrab dengan lingkungan baru.
Tanpa pikir panjang, Vio segera membalas pesan Raihan.
Vio : Sering bolos ya lo
Raihan : gue kesiangan haha
Raihan : sepupu gue bikin gak bisa tidur semaleman
Raihan : lelah abang:(

YOU ARE READING
Pluto Zone
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] ••• Anindhia Violetta, hampir setiap hari berurusan dengan Fadito Raharja. Kedekatan yang terjalin hanya sebagai topeng kekesalannya pada cowok itu. Vio yang acuh, Dito yang nyebelin. Ini bukan hanya menjadi kisah mereka saat...