P l u t o Z ∅ n e
Vio terus-terusan cemberut. Pasalnya sejak perjalanan dari kelas hingga ke kantin, tangannya terus saja digandeng oleh Naya, digandeng paksa lebih tepatnya.
"Lo mah nggak kira-kira nyeret anak orang." Dengus Vio sebal tepat saat kakinya menginjak lantai kantin.
Naya tertawa renyah, matanya menatap satu persatu kios yang berjejer di kantin, sibuk memilih menu santapan siang ini.
"Makanya nyaut kalo dipanggil." Jawab Naya sebelum akhirnya berjalan menuju kios soto mang Udin. Vio hanya mengekori di belakang.
Tanpa menunggu lama, soto pesanan mereka sudah siap ditangan masing-masing. Keduanya berjalan beriringan untuk memilih tempat duduk.
"Woi Naya!" Belum sempat duduk, tiba-tiba saja sebuah suara berseru. Membuat Vio dan Naya refleks menoleh ke arah pojok kantin yang ternyata sudah diisi oleh ketiga cowok yang sangat mereka kenali.
Tanpa pikir panjang Naya segera menghampiri meja mereka. Sedangkan Vio hanya melengos saat menyadari senyum miring salah satu dari ketiga cowok itu tertuju padanya.
Biasa aja oke.
Dia kan emang gitu.
Woles.
"Gue gabung yaa kawan-kawan."
Entah sejak kapan Naya seakrab ini dengan mereka. Apa Vio tidak sepeka itu huh?
"Yaelah santai aja Nay, temen gue jelek-jelek gitu gak gigit kok," Sahut Beno sambil nyengir kuda.
"Kentut lo ben." Kali ini Yugho nyaut gak kalah sewot.
Vio hanya mengunyah makananya dalam diam. Si Naya emang pinter banget bikin Vio mati gaya disebelah Dito gini.
Buktinya pas Vio lirik Naya yang duduk di depannya, gadis itu cuma cengengesan sambil mengangkat bahunya acuh. Nyebelin kan?
"Eh Nay, kenalin dong temen lu itu," Ucap Yugho dengan gaya sok bisik-bisik. Padahal semua orang di meja itu juga tau kalo suara dia lumayan gede dan pasti bakal didenger sama Vio langsung. Otomatis Vio memutar bola matanya kesal.
"Yaelah jambul ayam bisa aja lo."
"Masa lo gatau Vio sih Go. Tetangga sebelah juga," Jawab Naya santai sambil mengunyah sotonya.
Vio masih diam. Malas meladeni sikap manusia dihadapannya. Buang-buang tenaga juga.
Dan Vio jadi heran sendiri. Sejak kapan Beno sama Naya sedeket ini? Apalagi liat Beno yang sekarang malah sok kalem gitu. Bikin Vio bergidik ngeri. Naya juga malah senyum-senyum menajiskan.
Pantes milih duduk disitu. Modus.
"Gue mah jadi nyamuk terus gapapa. Gapapa gue mah."
Lah? Yugho kenapa? Otaknya ketinggalan di kelas mungkin."Si Dito juga, ngapa lu bos? Cepirit lo ya?" Oceh Yugho lagi. Diem-diem Vio lirik Dito dari sudut matanya.
"Kampret," Umpat Dito sambil menggeplak kepala Yugho. Yang digeplak hanya mengaduh dan mengusap bekas kejahatan temannya itu.
Mereka semua tertawa. Vio hanya tersenyum tipis melihat ekspresi Yugho yang sangat berlebihan.
Ada-ada aja.
"Ini juga, diem aja yo? Gausah sok jaim deh deket Dito." Kali ini Vio bener-bener melotot dan pengen jambak rambut Naya sekarang juga. Mulutnya ya ampun. Vio gemes.
Semuanya masih tertawa. Termasuk Dito dengan senyum miringnya. Apa-apaan sih?
"Najis." Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Vio.

YOU ARE READING
Pluto Zone
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] ••• Anindhia Violetta, hampir setiap hari berurusan dengan Fadito Raharja. Kedekatan yang terjalin hanya sebagai topeng kekesalannya pada cowok itu. Vio yang acuh, Dito yang nyebelin. Ini bukan hanya menjadi kisah mereka saat...