P l u t o Z ∅ n e
"Kesambet apaan lo jam segini udah dateng?" Vio baru saja melangkahkan kaki memasuki kelas sebelum akhirnya Naya meledeknya. Vio memutar bola matanya kesal. Memang saat ini waktu belum menunjukkan pukul setengah tujuh. Dan entah kenapa Naya bertanya seolah dateng pagi adalah suatu keajaiban bagi seorang Vio.
"Ra, Liat jawaban fisika dong." Setelah meletakkan tasnya di atas kursi, Vio langsung menghampiri Rara yang duduk tepat dua meja di belakang meja Vio dan Naya. Tanpa menggubris pertanyaan Naya tentunya.
Tanpa persetujuan, Vio mengambil buku tulis fisika milik Rara yang tergeletak di atas meja. Setelah itu, ia kembali ke tempat duduknya dan mulai menyalin tugas yang dikerjaan oleh temannya.
"Pantesan, dateng pagi ada niatan nyontek."
"Bacot Nay." Vio tetap menulis, ngga berniat menolehkan kepalanya. Lagipula kalo bukan karena dia ketiduran semalam, ia pasti ngga akan nyontek kayak gini.
Vio berhenti menulis. Seolah teringat sesuatu. "Oiya, Nay tolongin napa." Kali ini Vio menoleh dengan tatapan memohon.
"Apaan?" Naya yang tengah memainkan handphone-nya menoleh.
"Tolong urusin agenda dong. Heheh." Vio nyengir tanpa dosa.
Naya menghela napas. Tapi ia tetap beranjak dari duduknya untuk mengambil agenda di meja guru.
"Untung gue baik," ucap Naya setelah kembali ke bangkunya.
"Iya dah, makasih cabai kuu." Naya bergidik dan menampakkan wajah penuh kegelian. Seolah mau muntah atau apa.
Tiba-tiba saja Vio yang sedang sibuk menyatat jawaban dikagetkan oleh sebuah tas yang secara disengaja dilempar ke hadapannya. Vio melotot.
"Ah anjir! Kecoret kan jadinya," Vio menggerutu. Garis sepanjang jari manis berhasil merusak catatannya. Ia mendangakkan kepalanya.
TUK
"Aw ...." Makhluk di hadapannya merintih kesakitan setelah sebuah penghapus mendarat tepat mengenai dahinya.
"Lo apaan sih! Ganggu orang mulu--EHH ADA YANG PUNYA TIPEX GAK!" Vio mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Mencari-cari salah seorang temannya yang akan berbaik hati meminjamkan tipexnya.
"Ettt, suara lo yo. Berisik." Naya sewot sendiri. Pasalnya, volume suara Vio benar-benar bisa merusak gendang telinganya dan Naya ngga akan rela ia menjadi tuli akibat ulah kecemprengan Vio.
"Nih." Dengan senyum tanpa dosa, pelaku kejahatan yang membuat coretan di buku Vio itu mengulurkan tipex cair yang baru saja di keluarkan dari dalam tasnya.
Vio diam sejenak. Seperkian detik berikutnya Vio berdiri.
"Eh woy ngga ada yang punya tipex apa ish! Eh Herta, pinjem sini tipex lo." Vio melangkahkan kaki menuju meja Herta.
"Jadi orang jangan pelit-pelit dong," ucap Vio sakartis setelah tiba di meja Herta.
Herta melongo.
"Lahh, itu si Dito kan ada. Tai amat," ucap Herta ngga mau kalah.
Vio melengos. Bodo amat soal Dito. Lagian siapa suruh tiba-tiba banting tas seenaknya. Pagi-pagi udah bikin mood rusak.

YOU ARE READING
Pluto Zone
Ficțiune adolescenți[REVISI SETELAH TAMAT] ••• Anindhia Violetta, hampir setiap hari berurusan dengan Fadito Raharja. Kedekatan yang terjalin hanya sebagai topeng kekesalannya pada cowok itu. Vio yang acuh, Dito yang nyebelin. Ini bukan hanya menjadi kisah mereka saat...