BAB 25

53 6 0
                                    

P l u t o Z o n e

Harusnya hari ini menjadi hari paling ditunggu-tunggu bagi Dito. Hari yang entah sejak kapan ia nanti-nantikan. Hari dimana ia bisa mengerahkan semua kemampuannya dan bermain membawa nama baik sekolah dengan latihan yang selama ini ia lakoni demi turnamen futsal kali ini. Nyatanya, di saat hari ini tiba Dito justru kehilangan sebagian semangatnya. Seakan andil dalam turnamen ini adalah angin lalu yang tak pernah ia damba-dambakan sebelumnya.

Yugho dan Beno pun telah berulang kali mengingatkan bahwa turnamen ini adalah turnamen terakhir bagi Dito yang sebentar lagi akan menginjak kelas duabelas di mana ia akan digantikan posisinya sebagai kapten oleh junior-juniornya dari kelas sebelas. Dito tidak menampik fakta itu. Ia tahu jika saja ia gagal maka nama juga timnya pun yang akan dipertaruhkan.

Tapi, bagaimana bisa Dito tenang di saat musuhnya berada dalam tim yang sama?

Dan bagaimana pula ia bisa tenang jika mata itu enggan menatapnya lagi. Padahal, yang Dito harapkan terakhir kali untuk turnamen ini adalah Vio bisa hadir dan memberi dukungan. Bukan datang dengan kilat kebencian seperti yang ia rasakan sekarang.

Dito menyadari atmosfer canggung antara mereka sedari tadi. Bahkan saat Vio dan Vhira datang menghampirinya pagi tadi.

Vhira sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Keceriaannya seolah telah kembali utuh saat mengetahui Dito dan Ghana akan bertanding hari ini. Kalian harus tahu jika menyaksikan dua orang terpenting dalam hidupnya dalam pertandingan ini adalah impian paling membahagiakan bagi seorang Vhira.

Meski ada satu hal yang menjanggal hati gadis itu. Ia sadar, ada yang berubah di antara Vio dan kakaknya. Kedekatan yang sebelumnya Vhira lihat untuk pertama kali seakan terhalang oleh dinding permusuhan yang Vhira sendiri belum mau menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi di antara dua orang itu. Yang jelas, berhasil membawa Vio ke sini setelah perdebatan panjang adalah kebahagiaan kedua yang ia rasakan. Karena Vhira tidak sadar sejak kapan ia mulai menyayangi sosok Vio. Baginya, Vio adalah kakak kedua setelah Dito.

"Kayaknya gue kepagian deh. Tribunnya masih sepi banget." Vhira mengedarkan pandangannya pada tribun yang baru diisi oleh beberapa gelintir orang. Memang, acara baru akan dimulai pukul delapan pagi. Itu artinya masih ada sekitar satu jam lagi sebelum acara dimulai.

Dito hanya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Ia baru saja selesai berganti pakaian dan kini ikut duduk di bersama Vio dan Vhira di salah satu stan kebab yang berada di sisi luar lapangan.

Beberapa stan ini cukup ramai. Hampir seluruhnya diisi oleh siswa dari sekolah Dito yang akan ikut meramaikan acara ini nanti. Yugho dan Beno bahkan terlihat berjalan santai menghampiri meja mereka.

Setelah ber-highfive ria, kedua cowok itu mengambil tempat tepat di sebelah Vio dan Vhira.

"Aduh, calon kakak ipar ganteng banget hari ini," seru Yugho dengan cengiran lebar. Di sebelahnya, Beno ikut tertawa.

"Najis." Dito menggeplak dahi Yugho dan menatapnya tajam.

Vhira tertawa. "Kok jadi kayak Kak Yugho yang naksir Kak Dito ya."

"Maklum lah Vhir, efek kelamaan jomblo. Jadi gak doyan cewek dia," timpal Beno iseng.

Mendengar itu, Yugho pura-pura menampilkan wajah sedih. "Udah jomblo pake dihina-hina segala. Kampret."

Semuanya tertawa.

Vio pun demikian.

Hanya saja, tidak ada yang tahu apakah ada tawa yang palsu di antara semua tawa-tawa itu.

Meski nyatanya, jauh di dalam hati Dito ia menyadari itu semua. Tapi ada daya, yang bisa ia lakukan hanya berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Setidaknya di hadapan adiknya, Vhira.

Pluto ZoneWhere stories live. Discover now