BAB 11

140 26 17
                                    

P l u t o Z ∅ n e

Semua sudah duduk di bangku masing-masing saat suara langkah kaki terdengar menggema memasuki kelas.

Yap, hari mereka akan diawali dengan mata pelajaran fisika. Membuat Naya tergolek lesu diatas kursinya.

"Pagi semua," sapa Bu Murti di depan sana. Semua murid menegakkan punggungnya serempak. "Pagi buu..."

Vio sempat melirik ke meja Dito. Beberapa hari ini Dito sudah jarang bolos sekolah. Membuat Vio bernafas lega. Setidaknya mengurangi bebannya untuk berurusan absensi dengan cowok itu.

Suasana kelas begitu hening. Semua pandangan tertuju pada Bu Murti yang tengah membolak-balik buku ditangannya, lalu menatap tajam kearah murid satu persatu.

"Bulan ini kegiatan kalian akan banyak terganggu karena banyaknya ujian yang akan dilakukan oleh kakak kelas dua belas," ada jeda sebentar. Vio merasakan banyak umpatan senang dari teman-temannya. Bulan menakutkan bagi para kakak kelas, namun sebaliknya bagi para kelas 11 dan kelas 10. Bu Murti berdeham, lalu melanjutkan petuahnya, "Ibu harap kalian tetap belajar intensif di rumah dan sebagai gantinya, ibu akan memberi tugas proyek untuk kalian."

Umpatan protes mulai terdengar, namun hanya sesaat setelah Bu Murti kembali melemparkan tatapan tajam bagi siswa-siswa yang berani berkomentar. Membuat semuanya kembali diam tak bersuara.

"Tugas ini dilakukan berkelompok, ibu akan pilih sesuai urutan absen. Setiap kelompok ibu bagi menjadi empat orang."

Naya hendak protes. Vio tahu pasti Naya kesal akan satu kelompok dengan Herta, sang biang rusuh kelas.

Vio tertawa melihat ekspresi kesal Naya yang sangat kontras dengan Herta yang sedang berseru senang.

Dalam hati Vio bersyukur karena dirinya akan bergabung dengan gerombolan anak rajin di kelas. Seperti Alya dan kawan-kawan. Setidaknya akan mengurangi beban kelompok nantinya.

Namun kesenangan itu tak bertahan lama setelah Bu Murti menyebutkan pembagian kelompok terakhir.

Tahsya, yang merupakan absen penghujung di kelas tidak mendapat kelompok. Akhirnya, Bu Murti memasukkan Tahsya ke kelompoknya dan berujung pada dipindahkannya Vio ke kelompok lain.

"Tahsya masuk kelompok Alya, kalau begitu Anindhia Violetta-- kamu masuk kelompok Fadito Raharja."

Sontak saja Vio membulatkan matanya. Sedangkan Dito hanya nyengir kuda ditempatnya duduk sambil menatap Vio yang sedang meluapkan kekesalannya pada Naya.

"Sialan emang."

"Sudah jangan ribut," Suara Bu Murti menginterupsi.

"Tugas ini harus dikumpulkan sebelum ulangan akhir semester nanti. Ibu minta kerjakan tugas ini dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa kalian jilid rapi. Ada pertanyaan?"

Tidak ada yang menyahut. Semua diam tidak ingin bertanya atau mungkin takut untuk bertanya. Mendengar rentetan penjelasannya saja sudah membuat kepala pusing tujuh keliling.

Setelah itu, semua mulai sibuk mencatat materi apa saja yang harus dikerjakan oleh tiap kelompok dalam tugas proyek kali ini tanpa bersuara.

P l u t o Z ∅ n e

"Ngebetein banget sih tuh guru."

Bu Murti baru saja meninggalkan kelas. Naya yang memang sudah gondok sejak tadi langsung meluapkan unek-uneknya pada Vio.

Vio meringis. Masalahnya bukan hanya Naya yang merasa tidak diuntungkan, Vio juga sama halnya dengan gadis itu. Satu kelompok dengan orang yang menyebalkan membuat moodnya down seketika.

Pluto ZoneWhere stories live. Discover now