BAB 26

65 7 0
                                    

P l u t o Z o n e

Pertandiangan babak pertama baru saja selesai dilakukan. Dengan skor terakhir 2-1 yang mana berhasil dimenangkan sementara oleh tim Dito.

Setelah briefing sebentar dengan sang pelatih, Dito beserta rekannya yang lain berhambur ke luar lapangan. Beberapa di antaranya pergi ke ruang ganti dan sisanya berpencar di sekitar stan-stan bazar yang didirikan di sekitar lapangan. Termasuk Dito salah satunya.

Begitu cowok itu sampai di tempat awal ia berkumpul dengan Vhira dan yang lain, Dito langsung dibanjiri ucapan selamat sekaligus senyum lebar yang sarat akan kebanggaan.

Vhira yang pertama kali menghambur untuk memeluk Dito. Meski, keringat membasahi hampir sebagian kaus yang ia pakai, Vhira sama sekali tidak masalah akan hal itu.

"Keren banget sih ya ampun! Congrats my big bro!" Vhira melepas pelukannya dan berjingkat-jingkat sangking senangnya.

Dito nyengir kuda sembari mengacak pelan puncak kepala Vhira. "Hiperaktif banget sih lo!"

"Biarin."

"Loh, yang lain mana?"

"Yang lain siapa nih? Kak Vio?" Tanya Vhira menggoda.

"Ya siapa lagi kalo bukan Yugho Beno, sama Vio juga. Ke mana mereka?"

"Kalo Kak Beno sih mau jemput Kak Naya di depan katanya. Kak Yugho mau beli camilan. Kalo kak Vio ... gue belom liat dia lagi. Mungkin kesusahan nyari gue soalnya gue buru-buru ke tribun tadi." Vhira mengendikkan bahunya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Mendengar itu Dito hanya bisa mendesah kecewa. Apa mungkin Vio sengaja menghindarinya sampai-sampai menonton pun ia tak sudi?

Memikirkan itu saja cukup untuk membuat perasaan aneh kembali menyelimuti diri Dito.

"Nih, gue beliin jus tadi." Vhira menyodorkan segelas jus melon dingin pada Dito. Dito melirik uluran itu dengan mata berbinar. "Wah, tau aja lo gue butuh yang seger-seger."

Tanpa basa-basi lagi Dito segera menyedot jus melon ditangannya hingga hampir habis tak bersisa.

"Dek, gue keliling dulu ya. Cari makan." Dito meletakkan jus melon tadi ke atas meja. Vhira mengangguk singkat. "Kalo ketemu kak Vio suruh dia ke sini ya."

"Sip." Dito mengacungkan ibu jarinya dan berjalan menjauhi Vhira.

Sejujurnya ia sama sekali tidak lapar. Hanya saja ia merasa jika masalahnya harus segera diselesaikan.

Atau, tidak sama sekali.

P l u t o Z o n e

Dengan rasa kesal yang masih terasa, Vio ke luar dari toilet dengan wajah super bete. Kenapa hari ini ia harus dihadapkan dengan orang-orang yang menyebalkan sih? Apa tidak bisa ia tenang dan menikmati pertandingan ini barang sedetik pun?

Hiruk-pikuk mulai terdengar begitu Vio melewati beberapa stan makanan yang berada di sekitar lapangan. Matanya memandang sekeliling untuk mencari Vhira yang ternyata sudah tidak tampak di tempat terakhir mereka berkumpul.

Vio mempercepat langkah kakinya. Ia tidak mau melewatkan pertandingan ini. Meski masalah ini menimbulkan efek kecanggungan luar biasa antara ia dengan Dito juga Ghana, tapi tetap saja ia akan mendukung lelaki itu. Ya, Vio ingat jika ini adalah salah satu impian Vhira. Dan dengan senang hati Vio akan menemani gadis itu.

Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah Vhira justru menghilang entah kemana. Membuat Vio kelimpungan sendiri mengingat kondisi di sini sangat dipenuhi oleh lautan manusia.

Pluto ZoneWhere stories live. Discover now