Satu.

9.8K 197 19
                                    

Aimee POV.

Kenalin, gue Aimee Alexandra Raymond. Putri kedua dari 3 bersaudara. Kakak gue, Namanya Alexander Aileen Raymond. Dia cuman beda 5 menit aja sama gue. Dan yang terakhir, Adik gue namanya Anggara Albertus Raymond. Dia beda 4 menit sama gue.

Kalian tanya kenapa kok cuman beda 5, 4 menit aja? Ya. Karna kami anak kembar. Kembar 3 lebih spesifiknya.

"Morning mom." Aku mencium pipi Mom.

Ya. Orang tua ku Fay Avichayil Barclay dan Alexander Angelo Raymond. Mereka menikah akibat di jodohkan oleh Grandmom.

Menurutku, Mom and Dad sungguh pasangan yang paling romantis.

Walau umur mom sudah tak muda lagi, tapi aura kecantikan nya masih terpancar jelas. Dan dad pun, wajah nya yang tegas dan rahangnya yang tegas, membuat nya menjadi semakin maskulin.

"Makan apa sayang?" Tanya Mom.

"Terserah sih mom." Aku tersenyum.

Kebiasaan mom setiap pagi. Selalu bertanya aku mau makan apa. Di rumah ada sih pembantu, tapi kalo mom yang masak jauh lebih enak.

Adik ku, Anggara atau bisa di panggil Angga. Dia sangat kaku pada lawan jenis nya. Kadang aku bingung, dulu mom ngidam apa kok sampe bikin dia begitu.

Sifat kami sangat berbeda. Xander, dia orang nya supel dan gampang berdekatan dengan orang baru. Aku dan Angga, memiliki sifat yang sama. Jutek, dingin pada lawan jenis.

Entah kenapa sifat Xander lebih menurun dari Mom. Mom orang nya juga seperti Xander. Gampang dekat dengan orang lain.

"Morning sayang.." aku menoleh saat mendengar suara Dad.

Tuhkan.. mereka itu pasangan paling romantis. Pagi-pagi begini, Dad sudah mencium kening mom. Mereka sudah terbiasa dengan adanya kami atau tidak.

"Morning Dad." Sapa kami bertiga.

Mom selalu mengajarkan begini, "kalian harus memiliki watak yang sopan dan hormat kepada siapa pun. Mom, tidak segan-segan menghukum kalian jika kalian tidak sopan pada orang yang lebih tua. Ucapkan selamat pagi, siang atau malam. Sapa saat dijalan." Aku masih mengingat jelas mom bicara apa saja.

"Kamu gak makan nak?" Aku menoleh saat dad berbicara.

"Siapa dad? Aku?" Tanya ku.

"Iya." Ucap dad.

"Lagi banyak pikiran dad." Akhir-akhir ini aku lagi banyak pikiran. Mengenai tes ku untuk masuk Harvard atau Oxford. Bukan nya aku takut tak di terima, begini-begini aku juara 2 di kelas. Berbeda dengan kembaran ku. Mereka juara 7 dan 5 di kelas mereka.

Aku mempunyai turunan otak Dad. Dad terkenal sangat pintar.

Aku takut, jika di sana nanti, aku tinggal dengan siapa? Secara kedua kembaran ku memilih di California. Mereka bakalan kuliah sekaligus menjaga kakek dan nenek.

"Aimee berangkat dulu, Mom, Dad." Aku mengambil kunci mobil ku.

Ya. Semenjak umur ku 18 tahun, Mom mengijinkan aku mengendarai mobil ku sendiri.

Saat sampai di sekolah, aku langsung duduk di bangku ku.

"Hei..." seseorang menggebrak mejaku.

"Kenapa? Jangan ganggu gue pagi-pagi gini. Gue capek." Ucap ku.

"Loe kenapa? Dari kemarin murung mulu. Loe kan enak udah nentuin mau kuliah dimana. Lah gue masih bimbang." Ucap seorang gadis padaku.

Dia sahabat ku. Cleonisa Afifah. Gadis berpostur tinggi, berkulit putih mulus, berponi samping, mancung. Idaman semua pria. Tapi, aku lah primadona mereka.

Waiting For Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang