sepuluh

543 97 7
                                    

Selama perjalanan pulang kerumahnya,Wendy terus keingat kata-kata Seulgi tadi.Jujur,Wendy juga sudah menaruh rasa pada Sehun tapi saat tahu Seulgi sudah sejak lama naksir Sehun membuatnya harus berpikir dua kali untuk itu.

"Terus sekarang gimana dong?"pikir Wendy kebingungan mencari jalan keluarnya.

"Eomma"Wendy menghentikan langkahnya dan menatap langit mendung diatasnya.

Wendy merasa sekarang ia sangat membutuhkan ibunya.Mustahil memang,jika Wendy meminta arwah ibunya membantu dirinya.

"Eomma,apa yang harus kulakukan sekarang?"guman Wendy masih menatap langit yang semakin gelap itu.

Hingga tanpa sadar,hujan mulai turun dan Wendy masih betah berdiri ditempatnya seraya menatap keatas.Saat semua orang berlari mencari tempat berteduh,Wendy hanya diam disana.

Dari kejauhan,nampak Mark tengah berjalan ditengah-tengah rintikan hujan dengan payung yang melindungi tubuhnya agar tidak basah.

"Aku masih dijalan"ujar Mark pada orang yang menelfonnya.

"Tidak perlu,aku akan naik taxi saja.Baiklah"sambungnya lalu menyudahi panggilan tersebut.

Mark kembali melanjutkan langkahnya tapi ia berhenti ketika matanya menangkap sosok yang fimiliar berdiri diarah yang berlawanan dengannya.

"Wendy?"guman Mark sedikit ragu jika itu adalah Wendy.

Tapi entah kenapa Mark menurut saja saat langkah kakinya berjalan menghampiri sosok itu.

Dan saat jarak mereka semakin dekat,Mark semakin yakin jika gadis yang berdiri ditengah-tengah hujan adalah Wendy.Mark pun langsung menghampirinya dan berbagi payung untuk melindungi tubuh Wendy yang sudah basah kuyup itu.

"Apa yang kau lakukan disini?"tanya Mark , sedetik kemudian Wendy mulai menatap kearahnya.

"Aku sedang berpikir"kata Wendy lalu tersenyum kecil.

"Hanya orang bodoh yang berpikir ditengah-tengah hujan seperti ini!"kata Mark mencibir lalu menggandeng Wendy dan membawanya pergi berteduh dihalte bus yang tak jauh dari sana.

Mark merasa kasian melihat tubuh Wendy yang basah kuyup dari ujung kaki hingga ujung rambut itu.

"Gunakan itu untuk mengelap wajahmu!"ujar Mark sambil mengeluarkan saputangan dari saku celananya.

Wendy diam dan memperhatikan saputangan itu, saputangan yang sama yang diberikan Mark kecil padanya 10 tahun yang lalu.

"Ambillah!"kata Mark menarik paksa tangan Wendy agar mengambil saputangan pink dengan motif bunga itu.

"Kau masih sering membawanya ternyata"kata Wendy yang membuat Mark menatapnya bingung.

"Sepuluh tahun yang lalu,kau juga memberikan saputangan tangan yang sama pada gadis yang menangis ditepi danau kan?"tanya Wendy.

"Eoh,bagaimana kau bisa tahu?"tanya Mark yang terkejut mendengar ucapan Wendy.

"Apa jangan-jangan kau adalah gadis itu?"

Wendy hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

"Maaf,karena aku tidak mengenalimu dari awal saat kita bertemu"ujar Mark.

"Tak apa,aku juga baru sadar jika kau adalah Yien yang kucari selama ini"kata Wendy sedikit malu-malu.

"Kau mencariku? Kenapa??"

Belum sempat Wendy menjawabnya,Mark sudah lebih dulu mengingat kejadian memalukan diacara ulangtahun itu.

"Apa kau mencariku? Karena kau khawatir padaku dan merasa bersalah karena membuat hidungku hampir saja patah huh?"kata Mark.

Wendy cuman ngangguk sambil nahan malunya.

"Dan karena itu juga,tempo hari kau menanyakan siapa namaku kan?"

Lagi-lagi Wendy cuman ngangguk plus nahan malunya ketemu Yien yang ternyata adalah orang yang sama dengan Mark.

Mereka berdua cuman ketawa mengingat awal pertemuan mereka 10 tahun lalu.

*

Srekk~
Suara pintu terbuka,Sooyeon yang sedang berberes rumah menoleh kearah pintu dan melihat Wendy masuk dengan pakaian yang basah kuyup.

"Oh,Wendy-ah kau kehujanan?"tanya Bibi Jung langsung mengambil handuk dan memberikannya pada Wendy.

"Hanya sedikit saja kok,jangan khawatir"balas Wendy.

"Hei,bagaimana jika kau sakit nanti? Tubuhmu itu sangat ringkih lain kali telfon bibi jika hujan biar bibi yang menjemputmu!"kata Bibi Jung khawatir lalu mengelus kepala Wendy itu.

"Ah ya Bi,apa bibi masih ingat dengan anak cowo yang dulu pernah kupukul?"tanya Wendy tiba-tiba.

"Ah,dia.Kenapa? Kau bertemu dengannya?"kata Bibi Jung balik nanya.

Wendy berdehem,"Aku sudah bertemu dengannya.Ternyata dia juga satu sekolah denganku"ujar Wendy.

"Benarkah? Ah~ padahal baru saja Bibi akan mengajakmu bertemu dengannya"

"Bibi mengenalnya?"

Bibi Jung menganggukan.

"Kenapa bibi tidak pernah cerita padaku huh?"

"Baiklah,maafkan bibi.Lain kali bibi pasti cerita padamu. Sekarang masuk dan ganti pakaian ,bibi akan menyiapkan sup hangat untukmu"

Wendy menurut dan langsung masuk kekamarnya.Sesampainya dikamar Wendy langsung mengecek ponselnya dan membaca notif yang masuk.

15 panggilan tak terjawab dan 3 pesan masuk dari Sehun.

Wendy menghela napasnya, kenapa juga Wendy harus terjebak diantara Sehun dan Seulgi?

Tak lama ponsel Wendy bergetar, satu panggilan masuk dari Sehun.Wendy mencoba menenangkan dirinya dan mengeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Oh,sunbaenim"

"Ah akhirnya kau mengangkat telfonku"

"Mian,ada banyak hal tak terduga terjadi padaku belakangan ini"

"Apa terjadi hal buruk padamu?"

"Tidak"

"Kukira kau marah padaku hari itu?"

"Ah,itu.Sunbae,bisakah kau tidak membahasnya?"

"Kenapa? Kenapa kau tidak mau aku membahasnya?"

"Karena itu akan merusak moodku nanti"

"Bukan karena kau takut jika aku akan mengira kau menyukaiku kan?"

"Sunbae...."

"Aku tahu itu,aku tahu jika kau menyukaiku dan kumohon padamu tetaplah menyukaiku seperti itu Wen"

"Tidak,aku tidak bisa... walau mungkin aku bisa saja melakukannya"

"Kenapa?kenapa kau tidak bisa?"

"Karena aku tidak mau membuat seseorang kecewa dan membenciku nantinya"

"Kenapa kau tiba-tiba berubah? Ini seperti bukan dirimu yang sebenarnya wen?"

"Sudah dulu,kita bicarakan ini besok saja"

Bip.

Wendy menutup telfonnya dan akhirnya memilih membasuh dirinya dan pergi tidur untuk membantunya melupakan sejenak masalahnya.

Besok,Wendy akan memutuskan apa yang ia lakukan pada perasaannya.Akankah ia bertahan atau mundur perlahan? Itu akan Wendy putuskan besok.

-tbc.

Vomment janlup♥ thankseu.

PLAYGROUND ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang