Siang itu terbilang cukup terik. Matahari seakan tepat berada diatas kepala menimbulkan rasa pening. Dari atas sini, Aku bisa melihat tak cukup keramaian yang tergambar ditrotoar. Sepertinya -atau mungkin iya- alas kaki mereka tetap akan terasa panas jika melangkah diatas aspal itu sekalipun memakai sepatu berbahan tebal. Baiklah itu berlebihan, Aku bahkan menggunakan sepatu yang tipis. Tanpa sadar kakiku merajut langkah keluar flat. Sesekali menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa Cooky -anjing peliharaanku- tidak mengikutiku pergi keluar. Setelah mengunci pintu aku mulai keluar dan berjalan santai menelusuri setiap toko dipinggir jalan. Walaupun terik matahari cukup mengganggu namun tak membuat beberapa orang kehilangan semangat untuk beraktivitas, Mereka nyatanya asyik berburu sesuatu yang menyegarkan.
"Jika saja Pak tua itu tidak menghubungiku, Mungkin aku sudah mengantri membeli es krim sekarang."
Kalimat itu meluncur bebas tanpa kusadari ketika mataku melihat kedai es krim diseberang jalan ramai dipadati pengunjung. Rasa iri itu muncul, Cukup menyebalkan memang. Kau bayangkan saja ketika kau sedang nyaman menikmati tontonan drama di televisi seseorang menghubungimu, Menyuruhmu seenaknya untuk ke perpustakaan umum dan mencari ensiklopedia tentang saraf. Jika saja ia bukan dosen kesayanganku mungkin aku sudah mengumpat keras ditelepon tadi. Haish, Sudahlah. Membahasnya hanya membuat moodku turun drastis. Lagipula jarak perpustakaan umum dari flatku tak terlalu jauh, Tinggal satu blok lagi dan nanti belok kiri. Selesai.
Tiba - tiba aku mendengar suara ribut - ribut dibelakang, Seperti sebuah perdebatan seorang gadis dan pria. Aku berusaha untuk mengabaikannya dan terus berjalan sambil sesekali menyibukkan diri dengan bermain game online diponsel. Entah apa sebabnya telingaku memanas saat beberapa rangkaian kalimat masuk tanpa izin melewati gendang telingaku.
"Kau bahkan berciuman dengannya dihadapanku penuh nafsu, Tidak'kah kau malu?"
"Heh! Kau pikir aku tak tau bahwa kau berusaha meremas buah dadanya."
Nafasku seketika memburu dan aku merasa marah. Tanpa sadar langkah yang kujalani telah berhenti dan tubuh ini siap berbalik untuk memarahi dua orang yang dengan seenaknya berbicara fulgar-kau-tau-apa-maksudku. Ini tempat umum, Dan heol, Mereka sepertinya sepasang kekasih yang tak tau tata krama. Otakku telah berpikir keras untuk membalas apapun ucapan yang mereka layangkan untukku nanti jikalau mereka menyebutku yang tidak - tidak karna telah ikut campur masalah mereka.
Kupikir ini mudah, Yah, Setidaknya sangat mudah untuk menegur mereka. Tetapi apalah dayaku disaat mulut ini kelak akan berbicara seorang gadis mungil dari kejauhan melambai kearahku dan tiba - tiba berlari mendekat. Dahiku menyerngit bingung melihat seorang pria juga berlari mengejarnya. Gadis berambut hitam dan juga berponi itu terengah - engah ketika berhasil berdiri dihadapanku, Sejenak aku melupakan pasangan kekasih mesum yang sudah menghilang entah kemana -aku bahkan tak mendengar pertikaian mereka lagi.
"Nuguya?" Kata itu meluncur dari bibirku. Namun ia terlihat enggan menjawab, Gadis itu justru mendongak dan tersenyum manis kepadaku. Seketika kepalaku pening, Aku meringis tanpa sebab. I-itu.. terlihat menjijikkan.
"Taeyeon-ah!"
Seakan menyadari ada bahaya, Gadis itu tiba - tiba berdiri tepat disampingku, Memeluk lenganku dengan posesif dengan kepala bersender disana. Seketika aja jantungku mencelos disusul deru nafasku yang berubah memburu. Tidak, Ini tak benar, Dia tak sopan. Posisi ini terlalu intim bagiku, Apa - apaan ini?
"Taeyeon." Pria itu mengulurkan tangannya pada gadis disampingku ini setelah ia melemparkan tatapan membunuh padaku. Aku berusaha membaca situasi yang ada sambil berusaha melepaskan pelukan yang gadis ini berikan pada lenganku. Tetapi ia memeluknya terlalu erat, Aku-
"Taeyeon apa yang kau lakukan?"
"Berhenti mendekatiku lagi, Aku sudah memiliki kekasih."
"Dan ini yang kau maksud kekasihmu!?"
Seperti ada setrum yang mengalir saat tangan pria itu secara terang - terangan menunjuk kearah wajahku.
"Hey? Ini tidak benar. Aku-" Ucapanku tercela saat kurasakan rasa sakit disekitar kaki kiriku. Gadis disampingku ini benar - benar gila, Dia menginjakku dengan sepatu high heelsnya. Erangan bukanlah tanpa alasan.
"Iya! Ini kekasihku, Kekasih baruku."
A-apa!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer - BaekYeon Fanfiction
Fanfiction[TAMAT] Memangnya apa itu cinta? Aku tak pernah merasakannya. Berkeinginan pun enggan, malah terkesan jijik. Jika kalian mengatakan aku mahluk ter-kuno sejagat raya, biarkan, lagipula telingaku sudah bosan mendengarnya. Toh, ini hidupku. Kalian tak...