Pagi yang cerah. Cahaya matahari masuk kedalam kamar Taeyeon melalui jendela yang terbuka. Si gadis bersandar pada ranjang seraya membaca novel yang didapatkannya dari sang sahabat, Tiffany. Ruangan itu hening, sampai seseorang datang membuka pintu.
"Annyeong Haseo."
Telinga Taeyeon tiba - tiba berdengung, ia menghela nafas pelan. Jaewon lagi, pikirnya.
Merasakan ranjangnya berdecit, Taeyeon alihkan sebentar fokusnya dari novel pada pria itu. Jaewon tengah tersenyum sembari menaruh sebucket bunga bawar di nakas. Setelah itu, ia mengeluarkan ponsel dan dari suara yang ditimbulkan tampaknya Jaewon sedang bermain game. Sejenak Taeyeon tertegun, gadis itu tiba - tiba teringat sesuatu yang penting. Spontan, Taeyeon menutup bukunya dengan keras membuyarkan fokus Jaewon. Suara Game over pun terdengar,
"Yahh.. Kau mengacaukannya." Gerutu pria itu mendelik tak suka.
"Kau. Lebih mengacaukan kegiatanku membaca." Alis Jaewon terangkat satu, tiba - tiba saja ia mencondongkan tubuhnya mendekat kearah Taeyeon.
"Kau? Membaca? Yang benar saja."
TUK!
"Aww.."
Taeyeon mendesis seraya memeluk bukunya dengan kesal. Kenapa Jaewon sangat menyebalkan pagi ini? Apa kepalanya terbentur sesuatu? Tanpa sadar Taeyeon merebut ponsel pria itu dari tangannya. Pekikkan protes bukanlah tanpa alasan.
"Taeyeon, kembalikan!"
Taeyeon tak menjawab. Jarinya dengan gesit membuka galeri dan berusaha menemukan gambar dokumen kematian sang Ayah disaat tangan kanannya berusaha menghalau serangan Jaewon yang ingin mengambil ponselnya kembali. Mata si gadis terlihat senang ketika menemukan gambar tersebut, namun baru saja ia akan mengetahui rinciannya tangan Jaewon bergerak lebih cepat dari apa yang ia kira. Akhirnya, semuanya terasa sia - sia.
"Yak! Ponselmu!" Teriak Taeyeon tidak terima. Ia mungkin akan menghajar Jaewon jika tidak mengingat kakinya digips. Tangannya terkepal ketika Jaewon bangkit dan menjauhkan diri menuju sudut ruangan, tempat dimana Taeyeon tidak bisa menggapainya.
"Jaewon-ah! Yak!"
"Kim Jaewon! Bodoh Jaewon!"
Taeyeon berhenti berteriak ketika Jaewon mendongakkan kepala menatap dirinya. Mereka berkontak mata cukup lama sampai pada akhirnya pria itu menghela nafas sembari berjalan mendekat lalu menyodorkan ponselnya pada Taeyeon, "Ini."
Taeyeon segera mengambilnya dan kembali fokus untuk mencari gambar penting tersebut. Namun seperkian detik selanjutnya mata si mungil melebar, tatapannya berubah kosong dan seketika tangannya terkepal tak karuan.
"Kau menghapusnya?"
Jaewon menghela nafas pelan.
"Kau mengetahuinya?"
~*~*~
Kim Taehyung memejamkannya matanya sesaat, kepalan tangannya menguat seiring dengan deru nafasnya yang memburu. Hatinya terasa sesak dan matanya memanas, tapi Taehyung masih dapat menahannya. Namun sebagai gantinya bahunya gemetar halus.
"Sadarlah Hyung.."
Kim Taehyung sudah terlalu lelah menangis. Menemukan Baekhyun dengan keadaan bersimbah darah bak ledakan besar dikepalanya. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana Baekhyun berusaha mati - matian tersadar dengan nafas tersengal - sengal. Pakaiannya bahkan sudah basah dengan darah yang merembes keluar dari luka tusukkan diperutnya. Itu mengerikan. Taehyung ketakutan.
Beruntung ia masih sadar saat itu untuk segera memanggil ambulan dan berteriak meminta tolong. Berkat ketanggapannya Baekhyun berhasil diselamatkan walau sempat kritis semalam. Meski begitu, hati Taehyung sama sekali tidak tenang, rasanya ia seperti gunung merapi yang siap meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer - BaekYeon Fanfiction
Fanfiction[TAMAT] Memangnya apa itu cinta? Aku tak pernah merasakannya. Berkeinginan pun enggan, malah terkesan jijik. Jika kalian mengatakan aku mahluk ter-kuno sejagat raya, biarkan, lagipula telingaku sudah bosan mendengarnya. Toh, ini hidupku. Kalian tak...