Ini sudah terlalu cukup untuk dijadikan bukti. Kecelakaan Ayah, barang – barang Ayah yang hilang, Kakak Jaewon yang bertemu dengan Ayah sehari sebelum kematiannya, foto yang terjatuh dibalik mantel pria itu yang rupanya objek mobil Ayah, dan gambar dokumen kematian sang Ayah diponselnya. Tidak’kah ini semua terlalu menyakitkan? Ia sudah tidak peduli jika teriakan dan tangisannya kini akan membuat Jaewon kembali. Ini titik terendahnya. Mungkin sebentar lagi kini ia akan jatuh dalam kegelapan yang dibencinya, tetapi tidak apa, gadis itu bahkan tak bergerak ketika pintu ruangan tiba – tiba terbuka dan-
DOR!
Taeyeon tersentak. Terkejut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.“JUNGKOOK!”
Taeyeon berteriak kelewat histeris. Gadis itu terperangah lantas menjauh dengan dada menggebu – gebu akan perasaan takut dan terkejut. Tangisannya semakin keras, dan langkah lemas itu berusaha menggapai telepon dinakas milik Jaewon, menekan tiga tombol disana dan segera membeberkan keterangan yang baru saja terjadi. Setelah disanggupi, Taeyeon segera jatuh lantas membekap mulutnya kuat – kuat saat darah itu mulai mengalir, menyerap setiap benang dalam karpet buludru mahal. Bau anyir menyeruak dan pemandangan dihadapannya membuat Taeyeon ingin segera pingsan.
Jungkook bagaikan hantu. Dia mendobrak pintu dengan keras lalu menembak kepalanya dihadapan Taeyeon seperti candaan Halloween. Taeyeon terkejut sampai hampir mati kehabisan nafas. Belum semua fakta yang ia baru saja terima, tetapi fakta yang lain sudah datang bagai benturan balok dikepalanya. Ia bahkan tidak tau mengapa Jungkook berada disini, memakai pakaian serba hitam dan memilih bunuh diri.
“Taeyeon-ah!”
Taeyeon tidak tau jika menangis dalam diam selama 30 menit memandangi darah sang sahabat membuatnya tidak merasakan jalannya waktu. Tiba – tiba Jaewon datang dengan tangis lalu memeluknya, bersamaan dengan itu puluhan orang berlomba – lomba masuk dengan kebisingan tak tertahankan. Puncaknya, Taeyeon tidak dapat mengingat apapun selain wajah Baekhyun saat dirumah sakit kala itu sebelum akhirnya kegelapan datang menyambut.
~*~*~
Baekhyun tidak bisa tidur malam ini. Sebuah perasaan tidak berdasar, seakan mencegah kedua matanya untuk tertutup. Baekhyun tidak tau apa yang terjadi sehingga demikian buruknya, ia hanya terdiam menatap langit – langit ruangan, bergerak mengacak – ngacak kasur, mengerang menganggu tidur Coky, dan segala kegiatan bodohnya. Hampir satu minggu belakangan ini Baekhyun terus mengalami kejadian serupa, kenapa? Apa yang terjadi?
Kim Taeyeon.
Sejujurnya Baekhyun sangat enggan menyebutkan nama itu lagi tetapi semenjak dirinya menyadari perasaannya pada gadis itu. Baekhyun yakin, insomnianya kini berkaitan erat dengan Taeyeon. Entahlah, semacam ikatan batin mungkin?
“Arrrghhh,” Ia kembali mengerang. Hampir frustasi ketika menyadari jam dinding sudah menunjukkan pukul 1dini hari. Sial.
Menyerah. Baekhyun akhirnya terdiam sembari kembali menatap langit – langit kamarnya dengan pikiran melayang jauh. Tanpa sadar kepalan tangannya muncul seiring dengan hatinya yang terasa sakit disusul tatapan benci mematikan yang bahkan merebus otaknya. Mengingat semua ini. Mengingat semua memorinya bersama Kim Taeyeon, benar – benar membuatnya gila.
Tidak’kah gadis itu sangat jahat? Kim Taeyeon sungguh licik.
Dia mempermainkan perasaannya. Sangat muak.
Dia pikir semuanya akan berakhir bahagia. Ketika hari dimana dia menyadari bahwa perasaan bahagia itu adalah rasa suka yang selama ini diidam – idamkannya, Taeyeon langsung menyiramnya dengan air jika perumpamaan hatinya adalah api. Bukan’kah tujuan mereka bersama sudah jelas? Baekhyun harus menyukai Taeyeon lalu membantu Taeyeon keluar dari lingkar pertunangannya dengan Jaewon. Tetapi mengapa ketika dia sudah berhasil, gadis itu justru meninggalkannya dengan Jaewon setelah apa yang telah dialaminya. Perjuangan, rasa sakit, pengorbanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer - BaekYeon Fanfiction
Fanfiction[TAMAT] Memangnya apa itu cinta? Aku tak pernah merasakannya. Berkeinginan pun enggan, malah terkesan jijik. Jika kalian mengatakan aku mahluk ter-kuno sejagat raya, biarkan, lagipula telingaku sudah bosan mendengarnya. Toh, ini hidupku. Kalian tak...