5

2.7K 338 13
                                    

"Wonwoo-ya" panggil Jihoon pelan

"Ya, Jihoon?"

"Ayo kita pulang"

"Ah baiklah"

Mingyu menatap kearah Jihoon dengan wajah memohon agar Jihoon menunda kepulangan mereka agar Mingyu bisa lebih lama bersama Wonwoo. Namun, Jihoon malah menatapnya dengan tajam, tanda bahwa Jihoon menolak permintaan Mingyu.

"Mingyu-ya, kami pulang dulu" ucap Wonwoo

"Apa perlu kuantar? Kebetulan aku membawa mobil"

"TIDAK PERLU!" kali ini Jihoon yang sedari tadi diam saja mulai bersuara—berteriak.

"Jihoon-ah, kau ini kenapa?" tanya Wonwoo

"Cepatlah. Aku lelah"

Wonwoo menatap heran sahabatnya itu. Tidak biasanya Jihoon bertingkah seperti ini kecuali jika ia sedang benar-benar badmood. Tanpa banyak bertanya lagi, Wonwoo segera mengajak Jihoon pulang.

"Maafkan kelakuan temanku, Mingyu-ya" gumam Wonwoo sambil berlalu dari tempat karaoke itu.

Mingyu mematung ditempatnya, sembari menatap tangannya yang tadi menggenggam erat tangan Wonwoo. Betapa lembut dan halus. Mingyu merasa ingin menggenggamnya lebih lama lagi, namun sayang sekali Jihoon sudah mengajak Wonwoo pulang.

Apa lain kali kuajak dia kencan berdua saja, ya? pikir Mingyu.

Malam harinya..

Wonwoo merebahkan tubuhnya di kasur biru laut kesayangannya. ia kembali mengingat apa saja yang terjadi saat di tempat karaoke tadi siang sambil senyum-senyum sendiri.

Mingyu sedang apa ya sekarang? pikirnya.

Loh? Kenapa aku malah memikirkannya?

Wonwoo lalu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Diam-diam ia mengingat senyum manis lelaki berkulit tan dengan postur tubuh tinggi itu. Wonwoo juga ingat bagaimana tingkah konyol Mingyu yang berusaha membuatnya tertawa. Ia juga ingat bagaimana cara Mingyu yang berusaha untuk menggodanya.

Saat sedang asyik melamun—memikirkan Mingyu—tiba-tiba ponselnya berdering.

Mingyu. Saat itulah, jantung Wonwoo serasa mau melompat dari tempatnya.

"Halo?"

"Ah.. Wonwoo?"

"Siapa ini?"

"Kau belum menyimpan nomorku ya, hehe"

"Ah, Mingyu? Maaf, aku lupa menyimpannya"

"Tidak apa-apa. Kau sedang apa?"

"Sedang memikirkan..ah tidak, aku hanya tidur-tiduran saja di kasur. K-kau sendiri?" –Wonwoo berkata dengan gugup karena merasa telah keceplosan bicara.

"Aku sedang meneleponmu hahaha"

"Ck, Kim Mingyu"

"Sudah makan?"

"Sudah"

"Aku juga sudah, kemarin pagi" ucap Mingyu dengan nada bercanda

"Aku tidak bertanya. hahaha"

Obrolan mereka terus berlanjut. Kini, Mingyu sudah lebih berani berbicara dengan Wonwoo semenjak karaoke—tidak sengaja—siang itu. proses pendekatan yang dilakukan Mingyu berjalan dengan baik sejauh ini, setidaknya berhasil membuat Wonwoo tertawa dan berbicara banyak itu—menurut Mingyu—adalah pintu masuk untuk Mingyu untuk menjadi kekasih Wonwoo.

"Mingyu-ya, aku mengantuk, hoam" ucap Wonwoo sambil melirik jam dinding. Sudah pukul sebelas malam.

"Ah baiklah kalau begitu tidurlah, semoga mimpi buruk, Wonwoo"

"Kau ingin aku mimpi buruk? Jahat sekali" ucap Wonwoo dengan nada judesnya. Saat mengantuk pun ia bisa judes juga hihi.

"Iya, mimpi buruk. Agar aku bisa datang ke mimpimu dan membuat mimpimu menjadi lebih baik dan menyenangkan, Wonwoo-ya"

Pipi Wonwoo merona. Rasa kantuknya bahkan menghilang.

"Kau ini selalu saja menggodaku. Sudahlah, aku ingin tidur"

"Goodnight Wonwoo-ya, sleep well. Jaljayo" ucap Mingyu lembut, bagaikan pengantar tidur bagi Wonwoo.

"Jaljayo, Mingyu-ya"

Telepon pun terputus. Wonwoo tidak bisa tidur lagi. Kim Mingyu membuat pipinya merona tak karuan dan entah kenapa—Wonwoo senang sekali.

Aku ini kenapa? Huft. Batinnya.

Mingyu tersenyum menatap ponselnya. Jeon Wonwoo, aku mencintaimu. Gumamnya.

***

chapter ini ditulis pas kondisi lagi ga fit :'v maaf kalo kurang memuaskan hihi. vote juseyo~

Should I? ; meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang