31

1.7K 234 13
                                    

Mingyu membuka matanya perlahan. Seberkas cahaya menusuk ke mata teduhnya yang kini dihiasi kantung hitam itu. ia kini tengah berada di ruangan serba putih, disebelahnya duduk seorang wanita paruh baya dengan wajah yang terlihat sangat lelah.

"Eomma" panggil Mingyu pelan saat mengenali sosok disampingnya itu.

"Gyu? Kau sudah sadar? Eomma panggilkan dokter ya"

"Tunggu...aku kenapa?"

*

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi,dan Mingyu masih belum tidur. Lelaki berkulit tan itu masih terjaga, dengan keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya. Badannya bergetar, sudah beberapa hari ia seperti ini.

Ia sendiri tidak tahu kenapa,

Wonwoo sangat mengubah hidupnya.

Perasaannya kacau, begitu pula dengan pikirannya. Ia sadar mungkin ini terlalu berlebihan, tapi beginilah adanya.

Karena faktanya, Mingyu sangat mencintai Wonwoo.

Mingyu menenggak beberapa obat tidur agar ia bisa tertidur lelap dan melupakan segenap masalahnya sejenak. Ia tidak peduli dengan dosis obat tersebut, ia mencoba menelan obat itu sebanyak yang ia bisa.

Sampai akhirnya, semuanya gelap.

Namun, bayangan Wonwoo masih tetap melekat di otaknya.

*

"Kau pingsan karena terlalu banyak menelan obat tidur. Eomma panggilkan dokter dulu ya"

Sesaat kemudian, sang ibunda pergi meninggalkan Mingyu sendirian di kamar. Mingyu mengusap wajahnya kasar, pikirannya kembali melayang ke wajah Wonwoo yang manis itu.

"Apa sebaiknya aku menyerah? Mungkin wonwoo tidak akan membuka hatinya lagi untukku" batinnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Namun, ia masih terlalu lemah walaupun hanya untuk sekedar mengambil ponselnya yang terletak di meja kecil disamping tempat tidurnya. Ia melirik sedikit,











lalu mendapati nama Wonwoo di layar.

"W-wonwoo? Aku tidak salah lihat?" gumamnya sambil mengerjapkan matanya.

Mingyu lalu berusaha mengambil benda berbentuk persegi panjang itu, dengan segenap tenaga yang ia punya, ia berhasil meraih ponselnya dan segera mengangkat panggilan dari Wonwoo.

"H-halo?" sapa Mingyu gugup.

"G-gyu..ini Mingyu, kan?"

"Iya, ini aku"

"Are you okay?" tanya Wonwoo. Terdengar kekhawatiran dibalik suaranya.

"Aku baik-baik saja, Wonwoo-ya"

"Jangan bohong"

"Sudah dulu ya, eomma memanggilku barusan"

Mingyu memegang dadanya. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang saat ia kembali mendengar suara itu,






Suara yang selalu ia rindukan.

.

.

.

Setelah diperiksa oleh dokter, Mingyu diminta beristirahat agar kondisinya cepat pulih. Tidak butuh waktu lama, ia sudah tertidur pulas. Wajahnya sudah terlihat lebih segar dibandingkan dengan kemarin,

apa karena setelah mendengar suara Wonwoo?

entahlah, itu hanya dirinya yang tahu.

--

Wonwoo menyandarkan tubuhnya ke dinding kamarnya yang bercat biru langit itu. ia memegang erat ponselnya yang baru saja ia gunakan untuk menelpon Mingyu.

Atau aku kunjungi saja dia, ya?

Wonwoo memikirkan hal itu berkali-kali. Ia bingung, haruskah ia pergi ke rumah sakit atau hanya berdiam diri dirumah sambil menunggu kabar tentang Mingyu.







Karena jujur saja, rasa khawatir itu semakin menyerang pikiran dan hatinya.

Dengan cepat, Wonwoo mencari nama Seungcheol di daftar kontak ponselnya, lalu menelponnya.

"Halo, Seungcheol-ah. Bisa kau beritahu aku dimana Mingyu dirawat?" tanya Wonwoo tanpa basa-basi.

"Ada apa memangnya? Kau ingin menjenguk?"

"Cepatlah beritahu. Jangan banyak tanya"

"ia dirawat di Seoul Hospital"

Wonwoo segera memutuskan panggilan itu dan segera bersiap-siap.
















Akhirnya, ia akan bertemu dengan Mingyu-nya, lagi.

**

Vomment?

Should I? ; meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang