36

1.8K 213 3
                                    

"..Aku yakin ini semua ini hanya kesalahpahaman diantara kalian berdua. Mingyu tidak memiliki hubungan apapun dengan Jihoon. Kau tahu? Saat kau masuk rumah sakit karena perbuatan Choi Yoora itu, dia sangat merasa bersalah karena ia tidak berhasil melindungimu. Begitu pula Jihoon. dan sekarang, mungkin kau sedang merasakan apa yang ia rasakan dulu..."

"Apa maksudmu, Jeonghan-ah?"

"Kau merasa sakit hati karena kau berpikir Mingyu memilih Jihoon. Padahal sebenarnya mereka tidak ada hubungan apa-apa. Dan sekarang, Mingyu yang sakit hati karena ia berpikir kau sudah memilih Jun. dan kalian juga tidak ada hubungan apa-apa, kan? kalian terjebak dalam pikiran yang salah selama ini"

"Lalu aku harus apa?"

"Kalian harus bicarakan ini berdua. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum hati kalian sudah sama-sama menyerah. Setidaknya, walaupun Mingyu sudah memulai untuk menyerah, kau masih memiliki kekuatan, Wonwoo. Aku percaya, rasamu untuk Mingyu tidak main-main"

"Kalimat menyerah darinya itu...apa ia bersungguh-sungguh?"

"Aku tidak tahu. Yang jelas, aku tahu pasti bahwa ia sangat mencintaimu, Wonwoo"

--

Mingyu menelungkupkan kepalanya di atas meja, sambil memainkan pulpennya. Rasa bosan mulai menguasai dirinya, membuatnya tidak fokus pada pelajaran yang sejak tadi dijelaskan panjang lebar oleh gurunya. Ia hanya mencoret-coret bukunya tanpa minat, pikirannya melayang entah kemana.

"Aku juga ingin membencimu! Tapi aku tidak bisa Gyu.."

Mingyu tersenyum miring mengingat kalimat itu. hati dan pikirannya terus berperang, memintanya untuk bertahan dan menyerah di waktu yang sama. Ia sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan, 5 tahun itu bukanlah waktu yang sebentar dalam hal menyukai bahkan mencintai seseorang.

Tentu saja, untuk menyerah pun mungkin butuh waktu lebih lama dari itu.

Mingyu mengacak rambutnya frustasi, membuat Seungcheol yang duduk disampingnya menatapnya keheranan.

"Gyu, kau kenapa?" bisik Seungcheol.

"Tidak. Tidak apa-apa."

Seungcheol hanya menghela napasnya pelan. Ia tahu pasti apa yang dipikirkan Mingyu. Jujur, ia juga sekarang sedang tidak fokus karena Jeonghan belum kembali ke kelas.

"Jeonghan kemana, Cheol?" tanya Mingyu tiba-tiba. Seakan-akan bisa membaca pikiran Seungcheol.

"Ah.. aku tidak tahu"

"Apa ia.. bersama Wonwoo?" tanyanya ragu-ragu.

"Hm, mungkin"

--

Wonwoo melangkahkan kakinya dengan ragu saat akan masuk ke kelas. Kelasnya riuh sekali, sepertinya jam Yoo seonsaengnim sudah selesai dan sekarang sedang ada jam kosong. Ia melangkahkan kakinya pelan, sambil menunduk berusaha menutupi matanya yang sembab.

"Wonwoo-ya!!" pekik Jihoon tertahan saat melihat Wonwoo masuk ke kelas. Wonwoo segera duduk di kursinya yang terletak disebelah Jihoon.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jihoon khawatir.

"Ehm" gumam Wonwoo pelan sambil menganggukkan kepalanya.

"Kenapa kau terlambat masuk? Apa ada sesuatu di jalan?"

"Tidak. Tidak ada"

Jihoon yang merasa aneh dengan Wonwoo, segera menarik pelan wajah gadis yang sedari tadi menunduk itu.

"K-kau.. menangis? Ada apa? Ceritakan padaku! Siapa yang membuatmu menangis?"

"aku baik-baik saja, Jihoon-ah. Sungguh"

Jihoon memeluk Wonwoo erat. Berusaha memberikan ketenangan untuk sahabatnya itu. walaupun ia tahu, masalah yang Wonwoo hadapi pasti berat sekali sehingga membuatnya sekacau itu sekarang.

"Jika kau sudah siap bercerita, aku akan setia mendengarkanmu, memberi saran untukmu dan menjadi sandaran untukmu, Wonwoo-ya"

"Terimakasih, Jihoon"

--

"Cheol-ah, saat jam istirahat nanti, aku perlu bicara denganmu" ucap Jeonghan tiba-tiba saat ia sudah masuk ke kelas.

"Ada apa?"

"Ini tentang mereka" bisik Jeonghan pelan.

"Baiklah, sayang" ucap Seungcheol genit.

Jeonghan memutar bola matanya malas, Seungcheol benar-benar tidak tahu tempat saat menggodanya.

"Kau pasti suka, kan, kupanggil sayang?" tanya Seungcheol sambil mengusap kepala Jeonghan.

"Cheolie, kau tidak lihat? Mingyu menatap kita seperti melihat hal yang menjijikkan" ucap Jeonghan sambil menahan senyumnya dan mencubit lengan Seungcheol pelan.

"Biarkan saja. Dia pasti iri dengan kita"

"Hey! Siapa yang iri?" kata Mingyu lalu melemparkan pulpennya ke arah Seungcheol.

"Sst diam! Lee seonsaengnim datang"

--

Saat jam istirahat, Jeonghan segera menarik Seungcheol keluar kelas. Ia berniat membawa Seungcheol ke rooftop sekolahnya, tempat paling aman dan paling tenang selain taman di belakang sekolah.

"Hanie, jangan terburu-buru, santai saja" ucap Seungcheol saat Jeonghan mengajaknya berlarian di tangga menuju rooftop.

"Nanti bel masuk berbunyi, Cheol"

"Kau tidak lapar? Apa sebaiknya kita ke kantin dulu?"

"aku membawa bekal untuk kita. Nanti kita makan bersama"

"Ah kau benar-benar kekasih pengertian" ucap Seungcheol sambil merangkul Jeonghan dan memainkan rambutnya.

"Jangan macam-macam, ini tempat sepi, Cheol"

Hehehehe bagus dong kalo sepi –csc

Sesampainya di rooftop, Jeonghan segera mengajak Seungcheol duduk sambil menatap langit yang cerah di pagi menjelang siang itu. matahari belum terlalu panas, membuat mereka merasa nyaman ditambah lagi dengan angin yang bertiup pelan.

"ah. Aku ingin tidur rasanya"

"Tujuan kita kesini bukan untuk tidur, Cheol-ah"

"Hahahah iya iya, chagi. Lalu apa?"

"Aku sudah membicarakan banyak hal dengan Wonwoo tadi pagi. Aku juga sudah mendengar semua ceritanya"

"Apa yang kau dapatkan?"

"Aku akan menjelaskannya nanti. Untuk sekarang, aku ingin membicarakan rencana yang sudah kupikirkan dengan matang"

"Rencana apa, hm?"

"Jadi...."

...

**

maapkan ff yang semakin gaje ini hhhhhh :"""""'

vomment yha:))))

btw, happy birthday for vernon and DK ! 

telat dikit gpp ya. masih tanggal 18 kan :"""D

Should I? ; meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang