28

1.6K 223 3
                                    

Wonwoo mematung. Kini ia tak lagi mengunyah permen kapas itu.

Sedangkan Jun, ia menunduk sambil menunggu jawaban Wonwoo dengan cemas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"aku...tidak bisa, Jun" ucap Wonwoo mantap.

Jun menatap mata Wonwoo sendu. Ada raut kekecewaaan di wajahnya.

"tidak apa-apa, aku mengerti, Wonwoo" ucap Jun sambil tersenyum—yang terlihat sedikit dipaksakan.

"maafkan aku, Jun"

--

Mingyu membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ia menatap ke langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya, wajahnya nampak pucat dan rambutnya sedikit acak-acakan. Ia tidak ada semangat untuk sekolah beberapa hari ini, semenjak kejadian di rumah sakit itu, dirinya benar-benar kacau. Semangatnya untuk membuat Wonwoo kembali padanya menurun karena kata-kata Wonwoo yang terus melekat dibenaknya.

"Hm. oh, iya. saat itu kau sudah bahagia dengan orang lain. Aku tahu, kita tidak ada hubungan apa-apa, kan? jadi seharusnya, aku tidak membutuhkanmu"

Mingyu merasa, ia adalah orang paling pengecut di dunia.

Harusnya, aku tetap mengunjunginya ke rumah sakit

Harusnya, aku berani menghadapinya

Harusnya, aku bisa membuatnya tertawa

Harusnya, aku tetap berada di sisinya

Harusnya...

Akulah yang disampingnya..bukan Jun..

Pikiran itu membuat kepala Mingyu berdenyut-denyut. Ia memejamkan matanya yang terasa panas.

Sesaat kemudian, setitik berwarna bening itu mengalir di pipi coklatnya.

"Wonwoo, aku masih mencintaimu. sangat mencintaimu, dan akan tetap begitu" batinnya.

--

Disisi lain, Jihoon kini sedang berada di taman kota.

Tempat favoritnya dengan Wonwoo setiap hari libur.

Ia duduk di salah satu bangku, menatap stan permen kapas dan es krim favorit Wonwoo. Ia tersenyum kecil, membayangkan wajah manis Wonwoo saat memakan permen kapas dengan lahap.

Ia rindu sahabat cantiknya itu.

Ia tidak tahu semuanya akan jadi seperti ini, ia tidak tahu kalau Wonwoo akhirnya mengetahui semua isi buku diary nya yang dengan bodohnya ia tinggalkan di kelas saat itu.

Dan yang jelas, ia menyesal telah menyukai Mingyu.

Kalau saja ia tak menyukai Mingyu dulu, semua tidak akan jadi seperti ini.

Namun, penyesalannya bukan hanya itu.

Sikap egoisnya yang secara tak langsung membuat Wonwoo celaka itu adalah penyesalan terbesarnya.

"Wonwoo-ya, akankah kau memaafkanku? Aku tak pantas lagi kau sebut sebagai pelindungmu, aku tak pantas lagi jadi sahabatmu, aku jahat, Wonwoo-ya. aku tidak bisa menjagamu...aku jahat, Wonwoo" gumam Jihoon pelan.

Ia lalu menatap ke langit, sambil mengusap matanya yang basah.

"Haruskah aku pergi agar kau memaafkanku, Wonwoo-ya?"

**

yhaaa maaf baru update:"") lagi banyak tugas nih heuuu:( 

FF baru bakal di post setelah Should I selesai yhaa hehehehehehe 

vomment jan lupaaa!^^

Should I? ; meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang