Min Yoon Gi

773 77 6
                                    

Siapa yang tidak merindukan kekasihnya setelah tidak bertemu selama hampir dua bulan? [Name] bukan salah satunya. Ia sangat merindukan kekasihnya yang lebih suka diam dan mendekam di studionya daripada berjalan-jalan romantis layaknya pasangan normal. Karena itu di sinilah [Name] sekarang, duduk di studio kekasihnya.

“Gimana konsernya, lancar?” tanya [Name] berusaha memecah kesunyian di antara keduanya.

“Begitulah,” jawab Yoongi sekenanya.

[Name] menghela nafas berat. Ia sangat mengetahui sifat pendiam yang sudah mendarah-daging pada Yoongi, biasanya ia tidak akan keberatan dengan sikap kekasihnya. Namun, ia ingin reaksi yang lebih dari Yoongi. Apa masuk akal Hoseok lebih terlihat merindukannya daripada kekasihnya sendiri?

“Apa aku mengganggumu?” tanya [Name] lagi. Kali ini berharap Yoongi akan memberikan reaksi yang lebih dan berkata ia merindukan [Name].

“Gak juga,” jawab Yoongi tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputernya. Tangannya sibuk bergerak menekan tombol saat suara musik menggema di studio.

Merasa sia-sia memulai percakapan dengan Yoongi yang tengah fokus dengan musiknya, [Name] memilih untuk diam. Gadis itu menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel, membaca berita penting atau mengecek notifikasi yang berlomba-lomba muncul di layar ponselnya.

“Kamu sendiri gimana? Tugasnya udah selesai semua?” suara Yoongi memaksa [Name] mengangkat wajah. Laki-laki itu masih belum menatap [Name], bahkan masih memunggungi gadis itu.

Senyum perlahan tercetak di bibir [Name]. “Udah kok. Makanya aku kesini karena aku tahu kamu bakal nyuruh aku ngerjain tugasnya dulu baru diizinin ke sini.”

“Bagus deh,” itu kalimat terakhir Yoongi sebelum hening kembali menyelimuti keduanya.

Memandangi punggung Yoongi merupakan satu-satunya hal yang bisa [Name] lakukan sekarang. Bibirnya mengukir senyum kecil saat mengingat apa yang pernah Jimin katakan padanya setiap kali ia menemani Yoongi di studionya.

“Hampir tidak ada yang berani mengganggu Yoongi-hyung di studionya selain Rapmon-hyung, apalagi sampai bisa membujuknya untuk keluar dari singgasananya itu,” kata Jimin saat [Name] berhasil mengajaknya keluar untuk makan malam.

Yah, setidaknya [Name] tahu Yoongi memiliki sisi lembut terhadap dirinya yang tidak akan bisa dilihat oleh para membernya. Dengan langkah mantap, [Name] menghampiri Yoongi yang perhatiannya masih melekat pada musiknya.

“Aku tidak ingin mengganggumu lebih lama lagi,” [Name] membungkuk untuk mencium pipi Yoongi cepat. “Kalau sudah selesai kamu bisa mampir ke apartemenku atau kalai kecapekan, kamu telepon aku aja. Biar aku yang ke sini nemenin kamu lagi.”

[Name] yakin Yoongi akan membiarkannya pergi dengan senang hati, ia mengingatkan dirinya untuk berpamitan pada member lainnya dulu sebelum pulang. Namun sayang, Yoongi tidak membiarkannya pergi lebih dari selangkah.

Yoongi menahan lengannya.

“Kamu mau kemana?” tanya Yoongi. “Emangnya aku udah nyuruh kamu buat pulang?”

“Aku takut gangguin kamu. Mendingan aku pulang aja ya?” kata [Name] seraya memamerkan senyumnya.

Yoongi mendecak lalu menarik tangan [Name] keras sampai gadis itu terjatuh di pangkuannya. Kedua lengan Yoongi memeluk pinggang gadisnya protektif. Ia menempatkan dagunya di bahu [Name] dan sengaja menghembuskan nafas lebih keras di telinga [Name].

“Kan aku udah bilang kamu gak ganggu. Kalau kamu pulang aku malah gak konsen. Emangnya kamu gak tahu peran kamu di hidup aku tuh penting banget?” tanya Yoongi. Dahinya mengernyit samar saat [Name] menggelengkan kepala.

“Jagi, kamu tuh inspirasi aku. Aku ngerasa kata-kata ngalir gitu aja pas kamu deket aku, kayaknya aku gak pernah susah buat nulis lirik kalau kamu di samping aku. Jadi, gimana bisa aku ngebiarin kamu pulang pas lagunya belum selesai?” bibir Yoongi beradu dengan pipi [Name] lama.

[Name] menahan diri untuk tidak tersenyum lebar mendengar pujian yang sangat keluar dari bibir Yoongi. “Kalau kamu gak mau aku pulang, bilang aja. Gak usah pakai gombal segala kali.”

Yoongi mendecak lagi. “Siapa yang gombal? Kayaknya salah banget aku ngungkapin perasaanku ke kekasihku sendiri ya?”

“Gak salah sih, Cuma agak aneh aja. Kamu kan jarang banget ngomong manis kayak gitu. Namanya aja Suga, tapi orangnya mah sama sekali gak manis,” balas [Name].

Gadis itu terkekeh pelan saat Yoongi menghela nafas kasar. Yoongi tidak membalas ucapan [Name], kembali sibuk dengan tombol dan nada lagunya. [Name] juga tidak bisa pergi kemanapun selama lengan Yoongi masih memeluknya. Ia tidak memiliki pilihan lain selain menyibukkan diri dengan kertas yang berada di samping keyboard.

“Ini lirik yang kamu buat?” tanya [Name] sedikit menoleh ke arah Yoongi. “Kok liriknya jatuh cinta semua? Biasanya kamu bikin yang patah hati.”

“Gimana mau nulis lirik yang patah hati kalau kenyataannya kamu terus-terusan bikin aku jatuh cinta?”

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang