Kim Tae Hyung

461 42 3
                                    

“Tae, istirahat dulu ya? Aku udah gak kuat lagi,” keluh [Name] dengan nafas terengah. Tangannya bersandar di lutut berusaha menstabilkan nafas dan detak jantungnya akibat lari pagi sejak jam tujuh dengan kekasihnya.

[Name] harus bangun lebih pagi karena kekasihnya, Taehyung, sudah mengganggu tidur nyenyaknya dengan alasan ingin lari pagi bersama. Biasanya, [Name] tidak akan menolak permintaan Taehyung yang satu itu apalagi mereka jarang bertemu, namun untuk kali ini ia agak keberatan. Pasalnya, [Name] baru berhasil memejamkan mata dan tenggelam dalam mimpi saat jarum pendek menunjuk angka dua. Tidur tiga jam bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuknya.

Ya. Kim Taehyung menyadarkannya dari alam mimpi jam lima pagi.

Ditambah lagi, Taehyung bukanlah orang paling normal yang [Name] temui. Laki-laki itu datang diam-diam kemudian meloncat berkali-kali di atas kasurnya sampai ia terjatuh dan mendapatkan memar di dahi karena ulahnya.

Ah... Taehyung sangat beruntung karena [Name] mencintainya. Kalau tidak, mungkin manajemen, para member dan penggemar di luar sana sudah menangis karena idola mereka akan ditemukan tewas dengan luka tusukan ganas di perutnya. Betapa beruntungnya Kim Taehyung.

“Iya deh. Aku kasihan ngeliat kamu mandi keringat gitu,” Taehyung nyengir sambil menyusul [Name] yang sudah mendudukkan dirinya di salah satu bangku sekitar taman.

“Aku mandi keringat kan juga karena kamu,” sungut [Name]. “Udah banguninnya kasar banget, lari pagi juga gak nungguin aku malah asyik lari-lari sendirian. Kalau begitu, ngapain minta aku nemenin kamu?”

Taehyung mencium hidung [Name] cepat. “Aku kangen sama kamu. Mumpung aku dapat hari libur kan? Kapan lagi bisa lari pagi sama kamu?”

[Name] menahan senyumnya, berusaha tetap berpura-pura marah pada kekasihnya. “Aku juga kangen sama kamu, tapi aku gak loncat-loncat di kasur kamu sampai kamu jatuh, kan? Aku gak ninggalin kamu pas lari pagi, kan?”

“Iya deh. Aku minta maaf. Maafin aku ya karena bangunin kamunya kasar,” pinta Taehyung. "Tapi aku gak mau minta maaf karena ninggalin kamu lari pagi.”

“Lho, emangnya kenapa?”

Taehyung meraih tangan [Name] kemudian mencium punggung tangan gadisnya. “Karena aku bukan ninggalin kamu, tapi kamunya aja yang kelamaan. Bukan salah aku kalau kamu terlahir pendek dan kaki kamu kecil, kan?”

Tangan [Name] bergerak refleks memukul punggung Taehyung keras. Ia memalingkan wajahnya seraya melipat tangan di depan dada. Rasa amarahnya sudah memuncak, ia sedang tidak ingin digoda oleh kekasihnya. Masa bodoh dengan tingkah imut Taehyung.

“Jagiya,” panggil Taehyung. Ia menusuk pipi [Name] dengan telunjuknya. “Ngambek nih ceritanya?”

“Bodo amat,” sahut [Name] ketus.

Taehyung tertawa geli melihat tingkah kekanakkan gadisnya. Jari telunjuknya menyentuh dagu [Name], memaksa gadis itu menatap matanya. Masih dengan senyum memesonanya, Taehyung mengusap pipi [Name] dengan ibu jarinya.

“Jangan ngambek lagi. Aku beliin es krim mau?” tawar Taehyung.

“Rasa cokelat ya?” mata [Name] berbinar mendengar kata es krim. Rasa amarahnya menguap begitu tawaran Taehyung menggema di indra pendengarannya.

Taehyung mencubit hidung [Name] gemas. “Iya, iya. Sejak kapan sih aku lupa rasa favorit kamu?”

[Name] tersenyum kecil seraya mengeluarkan ponselnya dari saku.
Taehyung selalu memiliki seribu satu cara untuk menghiburnya. Entah dengan senyumannya, tingkah lucunya, sikapnya yang kekanakkan atau idenya tentang sesuatu yang tidak pernah [Name] duga. Dari luar, kekasihnya memang terlihat seperti seseorang yang tidak memiliki beban, namun [Name] tahu lebih baik. Taehyung selalu memikirkan orang-orang yang disayanginya dan selalu berusaha untuk membuat mereka tersenyum.

Dahi [Name] mengernyit heran. Sudah hampir dua puluh menit Taehyung pergi untuk membeli es krim. Seharusnya tidak perlu waktu lama untuk membeli salah satu makanan kesukaan [Name] itu, tapi kenapa kekasihnya belum kembali juga? Tidak mungkin Taehyung membeli es krim di rumah neneknya, kan?

Tidak sabar menunggu lebih lama lagi, [Name] memutuskan untuk menghampiri truk es krim yang masih sibuk dikerubungi oleh anak-anak. Tepat saat melewati kotak pasir di taman, matanya menangkap sosok besar yang familiar tengah duduk di tengah-tengah kotak pasir itu. Tawanya yang sedikit keras membuat [Name] menghentikan langkah.

Ia menemukan Taehyung tengah asyik membangun istana pasir bersama dengan anak kecil yang umurnya tidak lebih dari lima tahun.

“Taehyung-ah. Kamu ngapain di sana? Katanya tadi pengen beli es krim buat aku?” tanya [Name] dengan nada setengah kesal setengah geli seraya melangkah menghampiri Taehyung.

“Lagi bikin istana pasir kita,” jawab Taehyung tanpa menghentikan gerakan tangannya pada pasir yang setengah jadi.

“Hah?”

“Aku pengen bikin istana yang isinya aku sebagai raja dan kamu sebagai ratunya,” ucap Taehyung sambil memamerkan cengirannya. “Karena belum bisa bikin istana yang asli, makanya aku bikin istananya pakai pasir aja. Ide bagus, kan?”

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang