Kim Seok Jin

184 28 0
                                    

"Ya! Bagaimana bisa kau memotong wortel tanpa membuang kulitnya dulu!?"

[Name] meringis. Entah sudah yang ke berapa kalinya ia mendapat teriakan Seokjin yang gemas dengan caranya memasak dan ia belum menyalakan kompor. Ia mulai merasa meminta Seokjin mengajarinya memasak adalah ide yang buruk. Sangat buruk. Tapi pilihannya hanyalah Seokjin atau ia tidak akan bisa melakukan hal ini selamanya. Tidak ada orang yang cukup bersabar untuk mengajarinya.

"Maafkan aku," entah maaf ke berapa yang keluar dari bibirnya kurang dari setengah jam terakhir. [Name] sudah berhenti menghitungnya setelah yang ke sebelas kali.

Ia mendengar Seokjin menghela nafas rendah. "Tidak. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Maaf karena aku terlalu keras, [Name]-ah."

[Name] hanya mampu menundukkan kepala malu dengan situasi sekarang. "Tidak masalah. Bisakah kita lanjutkan? Aku tidak ingin berhenti di tengah jalan."

"Baiklah. Kita ganti wortelnya," Seokjin menyerahkan satu wortel berukuran cukup besar. "Kupas kulitnya dengan hati-hati, kita tidak ingin tanganmu terluka karena pekerjaan kecil seperti ini."

[Name] mencoba mengupas kulit wortel itu seperti yang diintruksikan oleh Seokjin. Ia melakukannya dengan perlahan dan hati-hati, tidak ingin mengecewakan Seokjin dengan kemampuannya lagi. Setelah berhasil, [Name] berusaha untuk mencacah wortel itu menjadi potongan sangat kecil.

"Aku akan menggoreng telurnya," kata Seokjin sembari menuangkan minyak di atas penggorengan. "Aku yakin bisa memercayakan bawangnya padamu, kan?"

"Tentu saja," sahut [Name] cepat. Ia mengambil bawang bombay lalu memotongnya sesuai dengan yang diberitahu oleh Seokjin.

Untuk sesaat segalanya berjalan lancar untuk [Name]. Setidaknya ia mampu mencincang bawang bombay tanpa menyebabkan masalah yang berarti atau mengganggu Seokjin yang menggoreng delapan telur dadar untuk semua member termasuk dirinya dan [Name]. Tidak ada yang bisa [Name] lakukan selain menunggu yang diperintahkan oleh Seokjin untuk melakukan hal selanjutnya.

Seperti yang sudah terlihat, [Name] memaksa dan memohon pada Seokjin untuk mengajarinya memasak dan Seokjin memilihkan menu paling mudah untuk pemula seperti dirinya. Nasi goreng adalah pilihan yang diajukan oleh Seokjin dan [Name] menyetujuinya tanpa pikir panjang.

"[Name]-ah, bisa tolong ambilkan nasinya? Aku mau kau yang menggoreng nasi dan telur dadar terakhir," suruh Seokjin.

[Name] bergerak cekatan seraya berharap dalam hati ia tidak akan membuat kesalahan fatal hingga ke enam member akan keracunan atau bahkan harus dirawat di rumah sakit karena memakan masakannya.

"Kau harus mengaduknya perlahan agar tidak menggumpal. Jangan dibiarkan terlalu lama," Seokjin menggenggam tangan [Name], berusaha memberikan contoh. "Aku diajarkan untuk menuangkan perasaanku ketika memasak. Perasaan ketika kau memasak adalah hal yang penting."

"Hyung, apa memasaknya belum selesai? Aku sudah lapar sekali," wajah Taehyung dan Jungkook muncul dari balik pintu dapur. "Eh, Noona yang memasak? Tumben sekali. Kuharap makanannya enak, tapi usahakan cepat sedikit ya? Aku dalam masa pertumbuhan jadi butuh makan sebanyak mungkin dalam waktu sesering mungkin."

"Astaga ... kau bisa menahan laparmu untuk lima belas menit lagi atau tidak akan ada makan malam untukmu, maknae," suara Seokjin yang terkesan memerintah tidak membuat cengiran di wajah kedua maknae itu luntur, malah semakin lebar. "Ya! Kembali pada game-mu sana."

"Baiklah, baiklah. Tidak perlu marah-marah begitu, Hyung."

Keduanya kembali menghilang, hanya menyisakan gema tawa yang masih terdengar sampai dapur. Seokjin kembali menaruh seluruh perhatiannya pada [Name] dan masakan mereka. sesekali memberikan intruksi yang dianggap perlu.

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang