Kim Tae Hyung

384 41 5
                                    

“Yak! Kim Taehyung!”

“Maafkan aku, Jagi, tapi kita tidak akan bisa pergi kemanapun sebelum aku membereskan ruangan bagianku. Jadi, selama aku bersiap-siap untuk kencan kita, kau bantu bereskan barang-barangku, ya?” tutur Taehyung sembari memamerkan cengiran sok polosnya. “Anggap saja kau sedang belajar menjadi istriku nanti.”

Tanpa kenal ampun, [Name] melempar bantal ke arah wajah Taehyung dengan kecepatan fantastis. Sayangnya, gerak refleks kekasihnya itu jauh lebih baik sehingga pintu sudah tertutup sebelum bantal yang dilemparkannya mampu menabrak wajah Taehyung.

“Aku kekasihmu, bukan pembantumu!”

[Name] menghela nafas pasrah. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menuruti ucapan Taehyung. Matanya melihat sekeliling dan ia kembali menghela nafas. Kamar bagian Taehyung itu sangat berantakan, walaupun lebih berantakan kamar Jungkook dan Namjoon-oppa, tapi tetap saja melelahkan sekali membereskan barang segini banyak dalam waktu singkat.

Merasa tidak memiliki pilihan lain, [Name] mulai mengangkat baju kotor yang tergeletak di lantai. Kalau saja bukan demi kencan yang sudah ia idam-idamkan selama beberapa minggu ini, [Name] tidak akan sudi memungut baju kekasihnya yang entah berapa lama menempel di lantai. Cih, menyebalkan sekali.

Alasan kenapa [Name] melakukan semua ini karena Hoseok-oppa yang melarang Taehyung untuk pergi kemanapun sebelum bagian kamarnya rapi. ‘Kau tidak akan kuizinkan keluar kalau kamarmu belum rapi, Taehyung-ah. Maafkan aku, [Name]-ah tapi jika tidak seperti ini, Taehyung tidak akan berpikir untuk membereskan barang-barangnya yang berantakan itu.’ sialnya, alih-alih Taehyung yang menerima ganjarannya, [Name]-lah yang harus melakukan tugas bersih-bersih.

Dahi [Name] mengernyit saat tangannya bersinggungan dengan sesuatu yang mirip kertas ketika merapihkan seprei Taehyung. Tanpa berpikir dua kali, [Name] menarik benda itu dan mengamatinya dengan baik. Seperti dugaannya, benda itu benarlah kertas dengan tulisan Taehyung.

Awalnya [Name] sama sekali tidak berkeinginan untuk membaca, paling hanya catatan tidak penting yang terselip, begitu pikirnya. Namun niatnya untuk menaruh kertas itu diurungkan saat menyadari ada namanya dalam kertas itu. Siapa peduli? Toh kalau yang menulisnya adalah Taehyung dan ada namanya, bukankah itu berarti Taehyung pernah menuliskan sesuatu untuknya, tapi tidak pernah diberikan?

[Name]-ah

Sejujurnya aku tidak pernah menulis surat untuk menyatakan perasaanku, tapi semua ini adalah ide si bantet dan leader yang memaksaku untuk menulis surat ini. Walaupun aku lebih suka cara Suga-hyung yang mengusulkan agar aku mengatakan perasaanku secara gamblang, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk itu.

Aku mencintaimu, itu sudah pasti. Karena aku tidak akan merepotkan diri untuk menulis hal seperti ini kalau aku tidak mencintaimu. Kalau kau bertanya apa yang membuatku mencintaimu, maka aku akan menjawab tidak tahu.

Mungkin tawamu saat aku melontarkan lelucon, mungkin juga karena sifat kita yang tidak berbeda jauh sampai aku merasa sangat nyaman denganmu, atau juga karena kesabaranmu yang menghadapiku. Entahlah. Aku tidak terlalu memikirkannya. Bukankah kita bisa mencintai seseorang tanpa alasan yang jelas? Kalau kau masih bersikeras, baiklah akan kujawab. Aku mencintaimu karena aku merasa kau satu-satunya untukku.

Kurasa sudah waktunya aku mengakhiri surat ini sebelum aku mempermalukan diriku sendiri sampai tidak berani menatap matamu lagi, padahal matamu adalah salah satu hal paling indah yang pernah diciptakan. Sayang sekali kalau aku tidak bisa melihatnya lagi karena malu.

Aku ingin kau menerima perasaanku, mengubah status kita menjadi sepasang kekasih selama beberapa tahun sebelum aku memberanikan diri untuk melakukan hal yang sama, jika hal itu terjadi maka status kita bukan lagi sepasang kekasih, melainkan suami dan istri. Bagaimana? Aku terlalu percaya diri, bukan? Itu sudah mengalir dalam darahku sejak lahir. Apapun keputusanmu aku akan tetap mencintaimu sampai kau mau menerimaku.

Tidak ada kalimat penutup dalam surat itu, hanya ada tulisan yang luntur dan beberapa coretan hingga [Name] tidak bisa membacanya. Kepalanya menoleh cepat saat mendengar pintu terbuka.

“Ah, jadi kau menemukan surat itu?”

“Bodoh!” [Name] menghampiri Taehyung, masih menggenggam surat yang ditulis untuknya. “Bagaimana kau bisa berubah menjadi sangat-sangat romantis saat menulis surat, tapi berubah konyol saat menyatakan perasaanmu secara langsung? Malah menari-nari di depan kafe sambil meneriakkan kalau kau mencintaiku. Beruntung aku memiliki perasaan yang sama, bagaimana kalau saat itu aku menolakmu, ha?”

Taehyung memeluk [Name], membawa gadis itu dalam pelukan hangatnya. “Kalau kau menolakku, mungkin aku akan menggantikan Suga-hyung menulis lirik lagu sedih nan depresi yang menyayat hati.”

“Bodoh! Dasar kerempeng bodoh! Membuatku terharu hingga menangis seperti ini,” [Name] memukul dada Taehyung keras, sementara yang dipukul hanya terkekeh seraya memainkan helaian rambut kekasihnya. “Aku juga mencintaimu, tahu. Sangat mencintaimu sampai selalu khawatir pada gadis cantik di luar sana akan merebut perhatianmu dariku.”

“Kau bisa tenang untuk hal itu,” Taehyung menyapukan bibirnya pada dahi [Name], menjauhkan wajah gadis itu dari dadanya hingga mereka bisa beradu tatap. “Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tidak akan lari dan pergi darimu. Karena kau adalah tempatku pulang, pelukanmulah yang membuatku tetap hidup, kau mengerti Nyonya Kim?”

Menepati janji bakalan update sering, and here I am...

Ada yang udah nonton spring day? Ada ptunjuk baru gak? Daku belum ntn, blum ada kuota..

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang